webnovel

Bab 1

JLEB JLEB

Tusukan katana yang menembus dua jantung dari dua orang didepannya, memperlihatkan sepasang mata biru menyala penuh hawa membunuh. Begitu katananya ditarik dan dikibaskan agar bersih dari darah, beberapa orang yang melihatnya bergidik ngeri, mereka berlari ke arah yang berlawanan, dan berpencar. "Mereka lari ke arah kalian, disini sudah bersih." Ucap sosok mata biru dengan datar.

Lalu, di atas gedung, terdapat seseorang berambut putih panjang terurai yang memiliki sepasang mata merah semerah darah, orang tersebut tengah membidik orang-orang yang lari ke arahnya tanpa mengetahui posisinya berada. Setelah targetnya didapatkan sejauh satu kilometer jaraknya, sepuluh tembakan tanpa suara sudah terlempar dan mengenai dada kiri dari sepuluh sasaran yang berada di jangkauannya.

"Disini juga sudah bersih." Sahut sosok bermata merah sembari merapikan senapan apinya. Kemudian disisi gedung lain, seseorang dengan rambut putih sisi samping depan sedada yang menyembul tertiup angin, "Hmph... seperti kalian menikmatinya..." Cibirnya dengan mata lavender menyala menatap tajam ke arah orang-orang yang lari ketakutan melewatinya tanpa sadar.

Dia melompat turun menggunakan dinding gedung dengan cepat, kedua tangannya mengeluarkan delapan belati yang dihimpit sela-sela jari, dilemparnya belati tersebut dari belakang mereka, sehingga satu per satu jatuh karena belati tersebut menancap pada bagian tengkuk leher. Darah menyembur keluar dari tengkuk leher bagaikan air mancur, "... semua darah dan kebencian..." gumamnya sambil melanjutkan serangan terakhir pada seseorang.

Dia menghilang dan muncul tepat di belakangnya, tangan kirinya merangkul leher, sedangkan tangan kanan menggores leher dengan dalam dan cepat, membuat darah bercipratan pada jalan di depannya.

"... Semua ini akan segera berakhir..."

**********

Halte Bus Kota Juana Blok B-84, jam delapan malam...

Suara decit bus yang mengerem secara tiba-tiba, membuat seseorang yang duduk di kursi penumpang bagian paling belakang terjatuh. Dia merintih dan mengomel, "Pak, kalo ngerem coba ngasih tahu. Jangan dadakan gitu!"

Pak sopir bus menengok ke belakang sembari meminta maaf karena sudah membuatnya tidak nyaman, "Maaf, dek..." Lalu tampak seorang gadis berambut putih, memiliki sepasang mata lavender, masuk melalui pintu depan dan membungkuk kepada bapak sopir bus, "Pak, terima kasih sudah mau berhenti dan maaf sudah membuat keributan." Bapak sopir bus mengangguk rendah, "Ah, tidak apa-apa, Nona. Ini juga sudah biasa kalau ada penumpang yang nunggu di tepi jalan." Sahutnya merasa maklum.

Kemudian, gadis itu duduk di kursi bagian tengah kiri, tepat dekat dengan jendela. Orang berambut pirang yang mengomel tadi penasaran begitu melihat gadis tersebut, dia perlahan pindah ke kursi di depannya, untuk melihat gadis berambut putih tadi dengan jelas dari posisinya.

Rasanya kenal tuh cewek, tapi siapa?... –tanyanya pada dirinya sendiri sembari mengingat.

Setengah jam kemudian, bus berhenti di pemberhentian halte Blok B-86. Gadis berambut putih segera beranjak dari kursi penumpang, lalu turun dari bus, dengan cepat orang berambut pirang itu menyusul, dan turun menghampirinya.

"Murasaki!! Kahime Murasaki!! Itu namamu 'kan?" Tanyanya gugup dari jarak satu meter dengan gadis itu, dan ia berhenti. Kedua iris birunya berbinar saat gadis tersebut berbalik ke arahnya, "Ya, itu namaku. Lalu..." Ia menjawabnya, "... Kamu siapa?" tanya balik gadis yang namanya disebutkan tadi –Kahime Murasaki. Dia terpekik ketika ditanya balik olehnya, "Eh?... kamu sama sekali gak ingat aku, ya? ... ini aku, Saki Raijuu. Apa kau lupa?"

"Aku tidak lupa, karena aku sama sekali gak kenal kamu.... Dasar cowok aneh." Cetusnya dingin, lalu berbalik kembali berjalan menuju rumahnya. "Ah, maaf. Kalau begitu aku akan pergi." Balas Saki gelagapan.

Selama perjalanan, dia berjalan dibelakang Kahime penuh keheranan, "Hei! Kenapa kau mengikutiku?! Apa kau stalker?!" Bentaknya kesal sambil mengacungkan bogem mentah, "A-aku tidak mengikutimu... aku berjalan pulang ke rumah." Saki menyangkal sembari melambai-lambaikan kedua tangan ke arah yang berlawanan dan menggelengkan kepala, iapun berdecak lidah, kemudian kembali berjalan dengannya.

Bahkan ketika menyebrangi persimpangan jalan, ia bertanya, "Apa arah rumahmu lewat sini?" dia mengiyakannya, lalu saat melewati minimarket gantian dia yang bertanya, "Kamu lewat sini juga?" Ia hanya bergeming menjawabnya, dan setelah dua puluh menit berjalan mereka sampai di depan rumah masing-masing.

"Jadi, kamu tinggal disini?" tanya dia lagi, ketika melihat rumah besar bertingkat dua yang terletak tepat di sudut perempatan jalan sebelah rumahnya. Astaga, makan apa aku kemarin sampai ketemu cowok aneh gini dan bertetangga. –batinnya mengeluh dengan muka datar. "Yah, begitulah." Jawabnya lesu, "Kalau begitu aku pergi dulu." Ucap Saki sambil berjalan masuk ke rumahnya.

Sedangkan Kahime, ia tidak menggubrisnya sama sekali, baginya orang-orang yang merasa mengenalnya adalah orang aneh dan bodoh, karena dirinya tidak ingat apa-apa.

**********

Keesokan paginya, di rumah Kahime...

DRIRIRIINNGG DRIRIRIINNGG

Jam beker berbentuk kelinci berdering menunjukkan pukul setengah enam, tangan kanannya mencari-cari letak jam beker agar berhenti berdering, tapi letaknya yang cukup jauh dari jangkauan, membuat dia terjatuh dari kasur bersama guling dan selimutnya. Karena kesal, diapun melempar sebuah pulpen ke jam beker dalam sekali tancap rusak. Dia melirik ke jam beker, "Ah, aku merusaknya lagi... ini yang ke seribu enam ratus kalinya.. hah, sudahlah... waktu pulang saja beli yang baru." Keluhnya segera bangun membuka korden dan jendela kamar, lalu tanpa diduga Saki terlihat baru bangun tidur sedang membuka jendela juga.

Astaga... cowok aneh itu lagi. Sudahlah abaikan saja, lebih baik segera bersih-bersih dan bersiap ke sekolah. –rutuk Kahime pada diri sendiri.

Sedangkan Saki yang sempat melihatnya, beberapa saat yang lalu dengan wajah bantal, "Murasaki?... hmm, harus siap-siap ke sekolah baru... Sasha~,.. apa kau sudah bangun adik bodoh?.." Gerutunya sambil mengetuk pintu yang terletak di samping kamarnya.

"Berisik sekali kau playboy tua!! Aku bangun lebih awal darimu!!" Sahut adiknya dari sisi lain dengan suara kencang. "Sasha, bersikaplah lebih sopan pada kakakmu!! Saki, cepat turun dengan adikmu. Air hangat untuk kalian sudah siap, jangan lupa bawa handuk dan siapkan seragam sebelum mandi." Tegur ibunya dari lantai satu yang sedang sibuk di dapur.

"Baik~..." Balas mereka berdua bersamaan penuh lesu.

**********

Kembali pada kondisi Kahime, jam setengah tujuh...

Selesai merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar, dia segera turun ke bawah tak lupa membawa handuk, lalu menyiapkan air hangat dengan kran otomatis. Sebelum mandi sambil menunggu pengisian dan airnya siap, dia membasuh muka dan menyikat gigi. Tak lama kemudian, begitu selesai, dia pergi mandi.

Setelah selesai dari mandinya, Kahime berjalan ke kulkas mengambil enam lembar roti tawar, beberapa sayuran, tiga sosis, dan dua butir telur.

Next chapter