webnovel

Tidak Mungkin

"Aku tidak menyalahkan kamu Sya, aku hanya bertanya kenapa kamu seperti itu, harusnya kamu bantu aku menjelaskan semuanya pada Aileen"

"Jelaskan apa, Aileen tidak akan perlu penjelasan apa pun juga, karena Aileen tidak menyukai kamu Rasya."

Rasya mengepalkan tangannya dan memukul tembok di samping Marsya, itu membuat Marsya sedikit menjerit dan memejamkan matanya kuat.

Marsya berfikir kalau itu adalah pukulan yang ditujukan untuknya, tapi ternyata bukan karena Rasya memukul tembok rumahnya.

"Mulai malam ini, kita tidak perlu berurusan lagi, jangan pernah berbicara dengan ku lagi, semua selesai termasuk hubungan pekerjaan yang pernah ada"

Marsya menggeleng, itu tidak bisa diterimanya sama sekali, jahat sekali Rasya karena telah mengatakan kalimat itu.

"Jangan pernah mengganggu ku lagi, apa lagi jika hanya untuk menjauhkan aku dan Aileen saja"

"Dia tidak menyukai mu harus berapa kali aku bilang"

"Diam"

Rasya menunjuk Marsya dengan segala kekesalannya, Rasya tidak menginginkan Marsya meski Aileen tidak juga menerimanya.

Dan Marsya juga tidak berhak memaksanya untuk itu, Rasya memiliki pilihan sendiri dan jelas jika itu bukanlah Marsya.

Rasya berlalu begitu saja tanpa peduli dengan teriakan Marsya, Rasya memasuki mobilnya dan benar-benar meninggalkan Marsya.

Sudah cukup, kedatangannya saat ini tidak membuahkan hasil apa-apa karena Marsya hanya menambah kekesalannya saja.

"Aaaaa ...."

Jerit Marsya seraya mengacak rambutnya, seketika itu juga mbak rumahnya menghampiri dan bertanya apa yang telah terjadi.

"Bukan urusan kamu, untuk apa datang kesini, aku tidak butuh"

Bentak Marsya yang kemudian berlalu memasuki rumah, tidak ada gunanya wanitu ada di hadapan Marsya karena tidak akan mampu mengembalikan Rasya juga.

----

Niat Aileen untuk segera tidur sepertinya tidak mendapatkan dukungan alam, karena sampai saat ini Aileen masih saja terjaga di kamarnya.

Matanya begitu sulit terpejam karena bayangan Marsya dan Rasya tadi, kenapa harus ada kejadian seperti itu di rumahnya dan kenapa juga harus mereka berdua.

Aileen memijat pelipisnya, kenapa itu sangat membjat kepalanya sakit, padahal Aileen mengaku tidak peduli dengan semua itu.

Aileen ingin istirahat dan melupakan semuanya, tapi kenapa sulit sekali bayangan mereka berdua sangat mengganggu Aileen.

Aileen menoleh saat mendengar ponselnya berdering, tentu saja Aileen bisa melihat layar ponselnya dengan jelas dan itu adalah panggilan dari Rasya.

Aileen memejamkan matanya sesaat, setelah bayangannya yang sangat menggangguk ternyata sekarang orangnya pun sama saja mengganggu.

Aileen tak habis fikir dengan semua itu, kenapa Aileem harus mengenal mereka dan melihat kelakuannya juga.

Dering ponselnya sempat terhenti tapi kembali terdengar beberapa detik kemudian, Aileen dengan kesal menjawabnya juga karena Rasya pasti akan terus mengganggu selama panggilannya tidak juga di jawab.

"Ada apa lagi ?"

"Aileen, aku akan kembali ke rumah kamu sekarang demi Tuhan aku tidak bisa meninggalkan kamu dala keadaan marah seperti itu"

Aileen mengernyit, jadi Rasya memilih untuk membuat keributan di rumah Aileen saat malam telah larut seperti sekarang.

"Aku akan menunggu kamu di luar, dan tidak akan Pernah pergi sampai kamu menemui aku, bahkan meski sampai besok pagi atau besok lusa sekali pun"

Rasha menutup sambungannya begitu saja tanpa menunggu jawaban Aileen, apa-apaan lelaki itu seenaknya sekali bersikap pada Aileen.

Aileen melempar ponselnya begitu saja, silahkan saja jika Rasya ingin menunggunya, Aileen tidak akan memperdulikannya.

Aileen tidak pernah suka dipaksa dalam hal apa pun juga, apa lagi hanya untuk masalahnya saat ini.

Rasya bebas menunggunya sampai kapan pun juga, besok, lusa atau hari-hari lainnya silahkan saja itu haknya sendiri.

Aileen kembali memejamkan matanya berharap kali ini Aileen bisa meraih alam mimpinya, tapi ternyata selain dari bayangan Rasya dan Marsya tadi, sekarang ucapan Rasya justru terngiang jelas di telinganya.

Dan itu sangat menambah kekacauannya juga, ingin sekali Aileen menampar mereka berdua untuk memuaskan perasaannya.

***

"Aileen"

"Aku disini, untuk apa memanggil ku terus menerus, kamu mau katakan apa ayo katakan, biar aku juga tenang nantinya"

"Aku tidak tahu kenapa itu bisa terjadi, tadi Marsya tiba-tiba datang dan mengatakan kalau dia suka sama aku, dia memaksa agar aku mau meresponnya sesuai dengan keinginan dia, aku berusaha baik-baik bicara dengannya tapi aku gak ngerti kenapa bisa sampai seperti itu"

Aileen menggaruk alisnya yang tak gatal, Aileen memang tidak tahu tentang itu, Aileen tidak tahu apa saja yang akan mengarahkan mereka untuk melakukan itu.

Tapi meski begitu rasanya mereka harus bisa sadar tempat, dan mungkin sadar diri juga, bukankah kelakuan seperti itu hanya akan mempermalukan diri mereka sendiri.

"Aileen, aku tidak pernah berniat untuk itu, kamu tahu tujuan aku seperti apa sebenarnya"

Aileen mengangkat kedua alisnya, Aileen tidak pernah mati-matian memikirkan itu, jadi meski sekarang mereka harus kembali tak saling mengenal itu bukan masalah.

Mereka masih bisa menjalani hidupnya masing-masing, karena sebelumnya pun mereka memang tidak saling mengenal satu sama lainnya.

"Aileen, aku minta maaf, aku tidak bisa menjaga sikap di rumah kamu"

Aileen mengangguk dan bangkit dari duduknya, Aileen sudah cukup mendengarkannya jadi sekarang Aileen ingin beristirahat saja.

"Aileen"

"Aku tidak apa-apa jangan khawatir, kamu tidak perlu meminta maaf juga karena apa yang terjadi itu bukan urusan ku, sekarang semua sudah jelas dan sudah selesai juga jadi silahkan pulang"

"Aileen"

"Aku tidak pernah minta dikenalkan sama kamu, kita bersama sekarang karena orang tua kita yang mempertemukan, jadi aku rasa tidak akan jadi masalah meski kita kembali tidak saling mengenal"

"Aku gak mau Leen"

"Terserah, tapi aku mau, permisi"

***

"Ssss aaa"

Aileen terduduk dengan menahan semua kekesalannya, kenapa hal seperti itu harus mengganggu Aileen, biarkan saja mereka mau melakukan apa.

"Enggak, aku gak mungkin suka sama Rasya, dan aku gak mungkin cemburu apa lagi sampai sakit hati karena ulah mereka berdua"

Aileen menepuk kedua pipinya berulang kali, berusaha menyadarkan diri dari kekacauan yang dirasakannya saat ini.

Aileen harus bisa menepisnya, karena itu memang tidak mungkin, Aileen tidak ingin menyukai Rasya apa lagi setelah kejadian tadi.

Rasya terlalu kurang ajar pada wanita kerena saat mendekati Aileen tapi Rasya justru mencium Marsya, lelaki macam apa itu Aileen tidak akan mungkin menyukainya.

Dengan alasan apa pun perkenalan mereka, itu tidak akan merubah perasaan kosong Aileen terhadap Rasya, dan semua harus tetap sama sampai kapan pun juga.

"Aku mau tidur sekarang, tapi kenapa sulit sekali rasanya, apa aku harus minum obat tidur saja agar bisa cepat terlelap"

Aileen menghembuskan nafasnya sekaligus, ingin sekali Aileen menjerit sekarang, jika hanya sendirian saja disana.