webnovel

Sepertinya Benar

Ketika malam tiba, Arsenio terdiam di balkon kamarnya, entah kemana arah fikirnya sekarang.

Arsenio teringat dengan dua wanita itu, Afea dan Aileen, pertemuannya dengan Aileen membuat Arsenio merasakan hal lain.

Sosok Aileen memang telah jauh berbeda, bahkan nyaris berubah total, dan Arsenio menyukai perubahan itu.

Kecuali dengan perubahan sikap Aileen pada dirinya dan Afra, itu sama sekali tidak menunjukan sosok Aileen yang penuh kasih.

Menganggap Arsenio dan Afra sebagai masa lalu yang telah dilupakannya, itu terdengar buruk ditelinga Arsenio.

Kenapa bisa Aileen seperti itu, bukankah harapan yang dituliskannya dulu, Aileen bisa kembali bersama mereka dan meneruskan persahabatan mereka lagi.

Tapi apa yang terjadi sekarang, Aileen justru bersikap seperti itu, acuh dan tak peduli dengan Afra dan Arsenio.

Bahkan sekedar untuk mendengarkan penjelasan mereka pun, Aileen tidak mau sama sekali, dan itu adalah perubahan yang tidak bisa Arsenio terima.

"Nio .... di bawah ada Rara"

Arsenio menoleh, malam-malam seperti ini untuk apa Afra datang ke rumahnya, dan bahkan tidak memberi kabar terlebih dahulu.

"Nio, kamu sudah tidur ?"

"Belum, iya sebentar aku turun"

Arsenio tak mendengar jawaban apa pun, mungkin saja Mia sudah turun dan menemui Afra lagi.

"Ada kamu kesini Ra, saat sudah malam seperti ini juga"

Arsenio lantas bangkit dan berjalan keluar kamar, apa pun keadaannya, Arsenio memang tidak bisa menolak kedatangan Afra.

Orang tuanya pasti akan marah jika sampai Arsenio mengabaikan Afra.

"Ada apa, Ra ?"

Afra menoleh dan bangkit saat Arsenio telah ada di hadapannya.

"Aku mau ketemu Aileen"

Tak ada jawaban, apakah malam ini fikiran mereka sama, sama-sama memikirkan Aileen.

"Aku mau ke rumah Aileen, ih kamu diam aja"

"Mau ngapain, ini udah malam, Aileen juga pasti udah tidur"

"Ya, coba dulu, ayo"

"Coba dulu apa, memangnya kamu tahu dimana alamat rumah Aileen"

"Tahu, makanya aku ajak kamu sekarang"

Arsenio kembali diam, benarkah Afra tahu dimana Aileen tinggal.

Arsenio tersenyum, kalimat Afra cukup membuat hatinya senang.

"Nio"

"Iya ayo, aku bawa kunci mobil dulu"

"Ok"

Afra tersenyum karena ternyata Arsenio mau menuruti keinginannya saat ini.

----

Jauh di rumah Aileen, meski sudah malam tapi Aileen masih asyik bersama sahabatnya.

Mereka menginap di rumah Aileen atas permintaan Aileen sendiri, itu memang sudah kebiasaan mereka sejak awal.

Mereka tampak asyik bercandaan, membicarakan banyak hal tentang kisah mereka masing-masing.

Meski sebagian besar adalah cerita yang diulang-ulang, tapi tetap saja mereka merasa terhibur dengan pembahasannya itu.

"Parah nih Indri ah, menyebalkan sekali kamu"

"Gak apa-apalah Nad, namanya juga hiburan, bebas dong yang penting menghibur syukur lagi kalau bisa terhibur diri sendirinya"

Nadya tak menjawab lagi, terserah saja mau bicara apa pun juga, mereka punya mulut masing-masing.

Perdebatan mereka terhenti ketika ponsel Aileen berdering halus, mereka melihat layar ponsel Aileen bersamaan.

"Cieeee .... udah malam kali, masih aja teleponan kaya gitu"

Ucap Putri dengan suara yang lantang, Aileen tersenyum dan meraih ponselnya.

"Sirik aja sih kalian"

Jawabnya, itu adalah panggilan dari Rasya.

Semakin kesini, Rasya memang semakin sering menghubungi Aileen.

"Kenapa Sya ?"

"Sya .... Sya .... lama-lama jadi syayang tuh"

Ledek Nadya, ucapan Nadya membuat yang lain tertawa tapi tidak dengan Marsya.

Marsya hanya tersenyum dan menggeleng mendengar itu, Aileen meliriknya dan Marsya langsung berpaling pada cemilan di hadapanya.

Aileen tersenyum, tidak boleh ada fikiran apa pun tentang Marsya sekarang.

"Aku lagi sama yang lain nih, mereka tidur di rumah aku"

"Sini Rasya, kamu datang kesini biar tambah rame"

Ucap Indri, Aileen mengernyit dan mencubit tangan Indri.

"Enggak, Indri asal bicara saja, mana boleh malam begini datang ke rumah"

"Boleh kali Sya, kamu udah direstui sama om dan tante"

"Indri"

Aileen memelototi Indri, dan lalu melirik Marsya.

Marsya tampaknya malas dengan perbincangan saat ini, benarkah kalau Marsya menyukai Rasya.

"Rasya, nanti aja teleponannya ya, mereka rese nih ganggu terus"

Aileen terdiam beberapa saat mendengarkan kalimat Rasya, setelah merasa cukup, Aileen lantas menutup sambungannya dan kembali mengajak mereka berbincang termasuk juga dengan Marsya.

"Aileen"

Perbincangan mereka kembali terhenti saat Karin mengetuk pintu kamar dan memanggil Aileen.

"Kenapa mamah ?"

"Keluar dulu sebentar, ada tamu"

"Nah kan .... ih gerak cepat banget si Rasya"

Ucap Nadya, Aileen mengernyit, mana mungkin Rasya yang datang.

Jarak rumah mereka lumayan jauh, tidak mungkin secepat itu.

"Udahlah, Raysa emang perjuangan banget"

"Apaan sih berisik banget"

"Aileen"

Panggil Karin lagi, Aileen lantas bangkit dan membukakan pintu.

"Siapa tamunya ?"

"Di bawah, kamu turun saja dulu"

Aileen pamit pada mereka di dalam sana, dan berjalan mengikuti Aileen untuk menemui tamu tersebut.

Aileen terdiam menatap Afra dan Arsenio disana.

"Mereka ?"

"Iya, udah sana samperin"

"Ngapain sih mah, gak penting ah"

"Hey gak boleh gitu, mereka udah jauh-jauh datang kesini, masa kamu gak sambut"

"Aku sambit aja"

Karin tersenyum dan menepuk bibir Aileen, ngaco omongannya.

"Udah sana samperin"

Aileen dengan malas, berjalan menghampiri mereka berdua.

"Ada apa ?"

Tanyanya yang membuat dua orang itu menoleh, Afra tersenyum dan memeluk Aileen.

Akhirnya mereka bisa bertemu bertiga saja malam ini, bukankah ini kesempatan untuk busa menjelaskan pada Aileen tentang semuanya.

"Kenapa sih ?"

Aileen kebali bertanya, Aileen enggan membalas pelukan Afra saat ini.

"Aku kangen sama kamu Leen, kamu gak kangen sama aku ?"

"Tahu dari mana rumah aku ?"

Afra melepas pelukannya dan mengatakan kalau Afra tahu alamat ini dari Karin sendiri.

"Mamah ?"

"Iya, waktu kita ketemu di tempat makan, sorenya mamah kamu datang ke rumah aku"

Aileen terdiam, jadi benar kalau Karin memang mencari tahu dimana keberadaan Afea dan Arsenio.

"Kalian tinggal di Kota ini juga ?"

"Iya, aku sama Nio tinggal disini juga, kita bisa sering ketemu kan Aileen"

Aileen sedikit tersenyum mendengar kalimat Afra, untuk apa mereka harus sering ketemu.

"Untuk saat ini kamu mau kan berbicara dengan aku dan Nio ?"

"Mau bicara apa ?"

"Semuanya, aku mohon .... dengarkan ya"

"Untuk bahas itu butuh waktu panjang, aku tidak bisa"

"Kali ini sjaa Aileen"

"Aku gak bisa, diatas ada sahabat aku nunggu, aku gak bisa lama-lama disini"

"Sahabat kamu ?"

"Iya .... kalian berdua sudah mengenal mereka bukan ?"

"Jadi mereka ada disini ?"

"Tentu saja mereka disini, sama halnya dengan persahabatan kita dulu, sahabat aku sekarang juga suka menginap di rumah aku"

Afra tersenyum mendengarnya, jadi Aileen benar-benar sudah melupakan persahabatan mereka sekarang.

Aileen hanya fokus dengan sahabat barunya itu, sedih sekali Afra mendengar penuturan Aileen kali ini.