webnovel

Marah

"Makasih ya, aku duluan"

"Ok, bye"

Aileen membalas lambaian tangan Marsya, makan malam mereka telah selesai, dan memutuskan untuk langsung pulang saja.

Mereka terpisah di parkiran, Marsya membawa mobip sendiri, jadi tidak perlu diantar Rasya.

"Sekarang kita juga pulang kan ?"

Rasya menoleh, tanpa menjawab pertanyaan Aileen, Rasya lantas memasuki mobilnya.

"Masih gitu aja"

Ucap Aileen pelan dan turut memasuki mobil, sejak tadi Rasya memang tidak banyak bicara.

Rasya lebih fokus pada makanannya dan juga pada ponselnya, Aileen jadi lebih asyik berbincang dengan Marsya.

Selama kebersamaan tadi, Aileen benar-benar melihat dengan jelas setiap ekspresi yang ditunjukan Marsya terhadap Rasya.

Aileen yakin sekarang kalau Marsya memang menyukai Rasya, Aileen tersenyum .... Rasya memang tampan dan mapan juga baik, pantas saja jika Rasya mudah menarik hati wanita.

Tapi kedekatan Aileen dan Rasya pasti akan membuat Marsya keberatan, Marsya memang tidak mengatakan semua itu, tapi Aileen merasa cukup pintar untuk bisa mengerti hal itu.

"Sya"

"Apa ?"

"Kamu suka sama aku ?"

Rasya menoleh sekilas, kenapa jadi itu pertanyaannya.

"Rasya"

"Apa ?"

"Serius, kamu suka sama aku ?"

"Kenapa memangnya, kamu keberatan ?"

"Enggak, aku tanya aja soalnya kamu terus aja dekati aku"

"Ya kamu fikir aja sendiri, kalau udah tahu seperti itu harusnya tahu alasan dan tujuannya"

"Jangan galak-galak, aku kan bicara baik-baik"

Rasya tak menjawab, Rasya memang kesal pada Aileen masih perihal Marsya tadi.

Rasya merasa waktunya terbuang sia-sia karena keberadaan Marsya, harusnya Aileen membiarkan Marysa untuk pulang saja, bukan malah mengajaknya gabung.

"Setelah acara di Butik kamu, kamu masih ada kontek sama Marsya ?"

"Masih dia kan tetap jadi mode aku"

"Masih suka ketemu ?"

"Engga, cuma di ponsel aja"

Aileen mengangguk, mungkin sudah banyak yang mereka bahas, jadi Marsya mulai menemukan hal lain pada Rasya yang membuatnya tertarik.

"Kenapa tanya seperti itu ?"

"Gak apa-apa, aku mau tahu aja jadi nanya, memangnya salah ?"

"Salah"

"Kok salah, apanya yang salah ?"

"Ngapain bahas Marsya, setidak penting itu sampai saat berdua masih harus bahas orang lain"

"Kenapa sih, jangan marah-marah dong"

Rasya kembali diam, salah sendiri Aileen menyebalkan sekali.

"Rasya"

"Apa lagi ?"

"Marsya kayanya suka sama kamu"

Rasya seketika menghentikan laju mobilnya, Aileen langsung menoleh belakang, untung saja tidak ada kendaraan disana, kalau ada sudah pasti akan membuatnya celaka.

"Hati-hati dong"

"Kamu ngomong apa tadi ?"

"Marsya mungkin suka sama kamu"

"Gak usah aneh-aneh, kalau kamu gak mau sama aku bilang aja terus terang, gak usah kemana-mana bicaranya"

"Kan aku bilang mungkin"

"Ya terus kenapa, itu urusan dia sendiri"

"Ya kalau benar adanya, pasti jadi urusan kamu juga dong"

Rasya berdecak dan melajukan kembali mobilnya, kenapa semua jadi serba mengesalkan seperti ini.

Apa Tuhan tidak setuju dengan kebersamaan mereka hari ini, kenapa banyak sekali yang menyebalkan.

"Rasya"

"Udah diam, aku harus fokus nyetir"

"Kita mau kemana ?"

"Pulang, kamu juga malas kan dekat terus sama aku"

"Kok gitu bicaranya"

Tak ada jawaban, Rasya tak ingin lagi berbicara dengan Aileen.

"Rasya"

Aileen menghembuskan nafasnya pelan, kenapa jadi marah seperti itu.

Aileen kan bicara baik-baik, dan itu juga hanya tebakan Aileen saja.

Kalau memang salah ya tidak usah marah, Aileen jadi bingung sendiri sekarang.

Sepertinya Rasya sudah salah paham dengan apa yang dikatakan Aileen, bukan Aileen yang keberatan didekati Rasya, tapi mungkin saja Marsya yang keberatan dengan kedekatan mereka.

Aileen hanya tidak mau sampai bermasalah dengan sahabatnya, pertemuan dan kedekatan Aileen dengan Rasya tidak boleh jadi masalah untuk persahabatan mereka.

Mobil berhenti, Rasya mengantar Aileen sampai ke halaman rumahnya.

"Kamu marah sama aku ?"

"Udah sana masuk, udah malam"

"Aku gak maksud buat kamu marah kok, jangan marah kalau memang aku salah dikasih tahu aja, gak usah marah"

Rasya tak menjawab, saat kesal seperti ini, banyak bicara bisa jadi membuatnya marah.

Jadi untuk apa banyak bicara, Aileen pasti ngerti dengan semuanya.

"Rasya, maaf ya, aku kan cuma nebak aja soalnya aku perhatikan cara Marsya melihat kamu dan berbicara sama kamu itu berbeda"

"Ya terus kenapa ?"

"Ya aku gak mau nantinya malah jadi masalah, sebelum kenal kamu aku udah sahabatan sama Marsya, aku mau kalau aku sama Marsya tetap baik-baik saja"

"Hubungannya sama aku apa, aku gak minta Marsya buat suka sama aku, lagian kan dia tahu sendiri kehadiran aku saat ini adalah untuk kamu, bukan untuk dia"

"Hati kan tidak ada yang tahu Sya"

"Terus aku harus mengutamakan hati Marsya dibanding dengna hati aku sendiri ?"

"Ya bukan gitu, cuma maksud aku ...."

"Maksud kamu, aku harus lebih mendekat ke Marsya dan menjauh dsri kamu gitu ?"

"Bukan"

"Lalu apa, aku gak melakukan apa pun untuk menarik perhatian Marsya, kalau memang dia suka sama aku ya itu urusan dia sendiri, aku akan tetap dengan urusan ku sendiri"

"Ya udah jangan ngotot gitu, bicara pelan kan bisa"

"Gak bisa, kamu buat aku kesal malam ini"

"Kenapa ?"

"Kenapa lagi .... menurut mu apa ?"

"Aku gak tahu, ya udah kasih tahu salahnya apa, biar aku gak ulangi lagi"

"Memangnya bisa ?"

"Ya kan diusahakan"

"Udahlah, gak usah di bahas, udah sana masuk aku juga mau pulang"

Aileen terdiam, kesalahan sebesar apa yang telah Aileen lakukan, untuk pertama kalinya Rasya seperti itu pada Aileen.

Bicaranya ngotot sekali, seburuk itu semua yang diucapkan Aileen, sampai membuat Raysa marah padanya.

"Ya udah aku masuk ya, makasih udah antar pulang, makasih juga makan malamnya"

"Lain kali kalau gak mau aku ajak jalan lagi bilang aja dari awalnya"

"Aku mau, makanya aku setuju"

"Aku ajak kamu jalan untuk urusan kita berdua, bukan orang lain"

"Marsya kan bukan orang lain, kamu tahu siapa dia"

"Tapi Marsya bukan tujuan ku, kamu tidak perlu melibatkan dia dalam urusan kita berdua"

"Ya udah maaf, kan udah minta maaf, udah jangan marah lagi"

"Ya udah sana, salam buat om dan tante, maaf aku gak mampir"

"Iya nanti disampaikan, aku masuk ya, sekali lagi maaf dan terimakasih"

Aileen lantas keluar dan berjalan memasuki rumahnya, Rasya menatap kepergian wanita itu.

Kenapa bisa Aileen malah memikirkan Marsya, harusnya Aileen tahu kalau Rasya memang datang untuk dirinya bukan untuk Marsya.

Apa pun itu tentang Marsya, Rasya tidak mau tahu, tujuannya adalah Aileen bukan Marysa atau pun sahabatnya yang lain.

Rasya menggeleng dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah Aileen, pintu itu kembali terbuka rupanya Aileen masih diam dibalik pintu sejak tadi.