webnovel

Hanya Ingin

Marsya begitu gelisah berada di dalam mobilnya, Marsya ada di depan gerbang ruamh Rasya saat ini, entah kenapa Marsya tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak menemui Rasya.

Bukan lupa dengan masalah, tapi memang keinginan untuk bertemu itu terlalu kuat, sehingga Marsya tak peduli dengan semua masalah yang ada diantara mereka.

Bukan berusaha menemui Aileen dan meminta maaf padanya, Marsya justru terfokus pada Rasya dan Rasya lagi.

Bukannya berniat memperbaiki hubungan dengan sahabatnya, Marsya lebih memilih untuk mengejar cintanya saja saat ini.

Marsya tahu jika saja Rasya akan menolak kedatangannya saat ini, tapi apa daya karena Marsya tidak bisa menahan semuanya lebih lama lagi.

Tidak apa ditolak asalkan Marsya bisa bertemu dengan Rasya, mungkin saja itu yang bisa mengembalikan ketenangan Marsya nantinya.

Tapi sekarang Marsya semakin gelisah saat Rasya tak menerima panggilannya, pasti sengaja demi tidak bertemu dengan Marsya.

"Tidak apa Sya, tunggu saja mau bagaimana pun ini rumahnya, dan mau tidak mau dia pasti pulang juga"

Ucap Marsya menenangkan dirinya sendiri, itu memang benar karena Rasya tidak akan kemana lagi, tujuan perginya adalah Butik dan tujuan kembalinya adalah rumah, itu dan itu saja tidak akan pernah ada perubahan.

Marsya berkutat dengan ponselnya, mencari hiburan untuk sedikit menenangkannya, biarkan saja itu bukan masalah karena Marsya memang kerap lebih sibuk dengan ponselnya.

----

"Hallo ...."

Teriak Aileen dan dua orang itu bersamaan, Putri dan Indri telah sampai di rumah Aileen saat ini, dan ternyata benar jika Aileen telah siapkan semuanya.

"Ayo minum, makan, mau apa aku sudah siapkan semuanya"

"Baik sekali kamu ya"

"Tentu saja, aku sudah baik sejak orok"

Ucap Aileen menjawab kalimat Indri, sudah terbiasa seperti itu dan Aileen sudah bosan mendengar pujian seperti itu.

"Ayo duduk"

"Orang tua kamu kemana ?"

Tanya Indri seraya duduk, begitu juga dengan Aileen dan Putri.

"Papah masih kerja, kalau mamah gak tahu kemana, gak bilang soalnya, perginya juga baru"

Indri mengangguk, baiklah kalau memang seperti itu berarti mereka bebas mau melakukan apa saja.

"Nadya mana ?"

"Nadya ada perlu katanya, tadi aku udah ajak tapi gak bisa"

Aileen mengangguk, pantas saja tidak datang bersama mereka, Putri terdiam menatap Aileen apa akan bertanya juga tentang kemana Marsya karena tidak datang.

"Ayo minum, kasihan baru pulang kerja kan ya, minum dulu"

Indri mengangguk dan menerima minumannya, Putri sedikit tersenyum dan menggeleng, baiklah jadi Aileen tidak peduli dengan ketidak hadiran Marsya saat ini.

"Put minum"

"Oh iya, siap, makasih"

Putri meraih gelasnya dan meneguk isinya, biarkan saja tidak ada yang harus difikirkan tentang itu, mungkin esok lusa bisa kembali bersama lagi.

"Leen, besok jadi kan acara kamu ?"

"Jadilah Put, harus jadi kalau gak jadi sayang, itu kan uang"

"Iyalah memang harus, kita sudah siap-siap untuk itu"

Aileen mengangguk, acara Aileen kacau hanya saat diacara Afra dan Arsenio saja, dan selebihnya selalu baik-baik saja karena di tempat lain Aileen selalu merasa nyaman.

"Eh iya, kamu udah beli baju ?"

"Belum, pakai yang udah ada ajalah, lagi pula gak ada yang tahu juga Put"

"Kenapa gitu, gak oke dong, kenapa gak coba pilih lagi aja di tempat Rasya ?"

Aileen mengernyit dan terdiam, untuk apa menyebut itu seperti tidak ada tempat lain lagi saja, Aileen tidak mau mendengarnya sedikit pun juga.

Putri tersenyum, baiklah Putri bisa melihat dengan jelas ekspresi Aileen saat ini saat mendengar nama Rasya.

Dan selanjutnya Putri harus cari tahu apa permaslahan mereka bertiga, dan apa pun itu Putri harus membantu untuk selesaikan masalahnya.

"Kenapa sih, tegang banget kayanya dengar nama Rasya ?"

Aileen dan Putri menoleh bersamaan mendengar kalimat Indri, Aileen menggeleng tak peduli untuk apa juga Aileen menjelaskan semua itu.

"Aku rasa mereka sedang ribut ya Dri ?"

Indri mengangguk perlahan seraya menatap Aileen, menyadari hal itu Aileen langsung mengusap wajah Putri dan Indri bersamaan.

Menyebalkan sekali mereka berdua, apa mereka sedang berniat untuk mengintrogasi Aileen sekarang.

"Pulang kalian"

Putri dan Indri saling lirik, menyeramkan sekali kalimat itu bagi mereka.

"Serius banget sih Leen, biasa aja kali"

"Tahu, aneh banget kalau memang gak ada masalah ya biasa aja, gak udah marah"

Aileen berdecak dan menggeleng untuk merespon kalimat mereka berdua, terserah saja tapi Aileen masih malas untuk mendengar nama Rasya.

"Mulai cinta ya ?"

Tanya Indri seraya tersenyum, Aileen justru memelototinya tanpe berniat melontatkan kalimatnya itu.

"Aahh udahlah, pada akhirnya memang cinta yang akan mengalahkan segalanya, sekarang marahan dua hari pasti baik lagi, percaya Put sama aku"

"Tentu saja aku percaya, dan kita hanya perlu menunggu buktinya saja"

Keduanya mengangguk yakin, Aileen menggeleng dan meneguk minumnya habis, apa bisa Aileen menyesal telah menerima kedatangan mereka berdua sekarang.

----

"Rasya tunggu"

Teriak Marsya, setelah lama menunggu kedatangan Rasya, akhirnya lelaki itu hadir juga dalam pandangan Marsya.

Rasya telah mengabaikannya tapi tak membuat Marsya menyerah untuk terus mengejarnya, pada akhirnya Rasya pasti mau juga menyempatkan waktunya untuk bicara sekarang.

"Rasya, aku tidak akan pergi meski kamu mengabaikan aku seperti ini"

Rasya menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Marsya, wanita itu terdiam menerima tatapan Rasya tanpa rasa bersalah sedikit pun juga.

"Rasya, aku sudah menunggu kamu sejak tadi"

"Kamu fikir aku peduli, lagi pula apa aku yang meminta kamu menunggu ?"

"Tapi paling tidak kamu terima kedatangan aku"

"Gak mau, aku gak ada undang kamu datang sekarang, dan aku berhak kapan aku bisa menerima dan menolak tamu yang datang"

"Tapi Sya ...."

"Aku sudah bilang, jangan ganggu aku lagi, kamu hanya menambah sakit kepala aku saja Sya, gak ada pengaruh apa-apa kehadiran kamu"

"Itu karena kamu tidak menerima aku dengan tulus"

Rasya mengangguk, kalau memang Marsya mengerti dengan itu lalu untuk apa masih memaksakan saja untuk semuanya.

"Rasya aku sudah berterus terang tentang semuanya, dan kamu juga sudah mendengarnya, jadi aku harap kamu mengerti kenapa aku melakukan ini"

"Aku gak mau tahu Sya, aku juga sudah bilang sama kamu, kalau aku hanya akan berjuang untuk memperbiki hubungan dengan Aileen, bukan dengan kamu"

"Hubungan apa dengan Aileen, Sya dia gak mau sama kamu jadi untuk apa lagi ?"

"Itu bukan urusan kamu, dan kamu harus tahu kalau aku menyesal telah mengenal kamu, aku memang salah Sya karena telah tergoda oleh sikap kamu, tapi bukan berarti aku bisa begitu saja untuk bersama kamu"

"Rasya, waktu kamu akan terbuang sia-sia"