webnovel

Benarkah Ini ?

"Pulang sekarang kalau kamu masih mau aku memiliki sikap baik sama kamu"

"Aku gak mau Sya, aku mau sama kamu sekarang ?"

"Tapi aku gak bisa, aku lelah mau istirahat lagi pula jam berapa ini, aku tidak ada waktu lagi"

"Rasya"

"Cukup"

"Sya"

"Aku bilang cukup, jangan menambah kebencian ku lagi sekarang, kamu pergi atau aku tidak akan mau melihat kamu lagi"

Marsya diam, kenapa jahar sekali lelaki di hadapannya padahal Marsya sudah berterus terang tentang semuanya.

Marsya telah melupakan hal lainnya demi bisa mengutarakan perasaannya, termasuk juga mengabaikan perasaan sahabatnya sendiri.

"Pulang, aku tidak meminta kamu datang, jadi maaf kalau sekarang aku keberatan dengan keberadaan kamu disini"

"Kamu memang gak punya hati Sya"

Rasya mengangguk, itu memang benar adanya, Rasya akui jika apa yang dikatakan Marsya adalah benar adanya.

"Silahkan"

"Rasya"

"Apa lagi sih, apa aku harus panggil warga dulu baru kamu mau pergi dari sini ?"

Marsya menggeleng, tak percaya dengan apa yang didengarnya itu, kenapa Rasya sampai setega itu pada dirinya.

Padahal sudah jelas jika Marsya lebih bisa menyayangi Rasya dari pada Aileen, Rasya tak perlu lagi repot mencari cara untuk bisa meluluhkan hati Aileen.

"Pulang"

Marsya berlalu begitu saja, tapi kepergiannya kali ini bukan untuk terakhir kali, bukan karena menyerah tapi Marsya akan biarkan Rasya untuk merenungi semuanya terlebih dahulu.

Rasya mengusap wajahnya dan memasuki rumahnya, benar-benar tak peduli dengan Marsya disana yang masih sempat melirik kearahnya lagi.

"Aku akan kembali Sya, dan aku akan terus kembali sampai aku mendapatkan apa yang aku inginkan, aku hanya ingin kamu jadi maaf aku tidak bisa mengikuti kamu untuk pergi"

Marsya lantas memasuki mobil dan melaju pergi meninggalkan kediaman Rasya, janjinya adalah untuk kembali jadi Rasya harus memikirkan semuanya dengan baik.

Marsya berharap saat pertemuan berikutnya nanti, Rasya sudah bisa untuk lebih menghargai dirinya, lebih mengerti keinginan dan harapannya itu.

----

"Leen, ponsel kamu berdering"

Ucap Indri seraya melahap cemilan, Aileen melirik ponselnya dan terdiam menatap layarnya.

Sejak tadi Aileen memang lebih banyak diam, Aileen benar-benar menjadi pendengar yang baik bagi Indri dan Putri disana.

Memang aneh, tapi itulah keadaannya, mereka mengerti dan tak berniat untuk mengusiknya sama sekali.

"Siapa Leen, kok cuma dilihat saja ?"

Aileen menggeleng dan meraih ponselnya, merasa malas menjawab pertanyaan Putri, Aileen memilih menjawab panggilannya saja.

"Iya hallo"

Ucap Aileen malas, Indri dan Putri saling lirik, tebakan mereka panggilan itu pasti dari Rasya sehingga membuat Aileen malas seperti itu.

"Aku di rumah, ada Indri sama Putri"

Putri mengangguk, mungkin saja fikirannya itu benar, Rasya pasti meminta bertemu Aileen sekarang.

"Tidak ada, silahkan saja kalau mau datang"

Putri mengangkat sebelah alisnya, saat ini sangat besar antusias Putri untuk menyimak kalimat Aileen.

Berbeda dengan Indri yang justru sibuk mengunyah cemilan dipangkuannya, biarkan saja itu bukan masalah karena Putri memang ingin tahu masalah apa yang sedang dihadapi Aileen saat ini.

"Ya udah, terserah kamu saja"

Tak lama dari situ, Aileen menutup panggilan masuknya, menyimpan kembali ponselnya dan meneguk minumannya.

"Siapa sih Leen, tegang banger kayaknya ?"

Aileen menoleh dan tersenyum, apa benar Aileen tegang padahal Aileen merasa biasa saja saat ini.

"Rasya ya ?"

Putri mengernyit dan melirik Indri, sejak tadi Aileen kesal karena mereka terus saja membahas Rasya, dan sekarang Indri justru mengingatkannya lagi.

"Apaan sih, memangnya yang tahu kontak aku cuma dia doang ?"

"Ya tapi kan yang memiliki masalah sama kamu cuma dia saja"

"Ish"

Putri menyikut Indri hingga membuat bungkus cemilannya terjatuh, Indri balik memukul Putri dan mengambil kembali apa yang telah terjatuh.

"Jadi siapa ?"

"Afra"

"Afra ?"

Aileen mengangguk, biarkan saja mereka mengingat sendiri nama yang disebutkan Aileen, karena Aileen enggan menjelaskan siapa Afra.

"Ada apa dia telepon ?"

"Gak tahu, gak jelas, biarkan saja tidak perlu difikirkan"

Indri dan Putri mengangguk bersamaan, dan kalau memang Aileen mengatakan tidak perlu difikirkan, seharusnya Aileen tak lagi muram.

Kedatangan mereka adalah untuk bahagia, bukan untuk bingung seperti itu, dan rasanya sayang sekali jika kebersamaan saat ini diabaikan begitu saja.

"Udah dong Leen, senyum dong biasa juga ceria, gak enak banget kaya gini"

Ucap Putri, Indri berdecak dan mengangguk setuju dengan ucapan Putri itu, memang benar dengan Aileen yang seperti itu telah membuat keadaan menjadi canggung.

"Terus aku harus gimana ?"

"Ya cerita dong, apa saja kan biasa juga gak diam gitu"

"Tahu, dari tadi kita terus yang cerita, memangnya selama kamu melek gak ada kejadian apa pun juga ?"

"Gak ada Putri, memangnya harus ada kejadian apa, aku tidak mengalami apa pun juga"

"Ya mungkin kamu merasa lapar dan kamu sibuk memasak sendiri, kan bisa saja kamu cerita itu"

"Atau mungkin juga kamu sakit perut, tapi ternyata klosetnya macet gitu, bisa juga kan"

Aileen sedikit tertawa mendengar kalimat Indri dan Putri itu, apa harus Aileen bercerita tentang hal seperti itu, aneh sekali jika sampai Aileen bercerita tentang itu.

----

Arsenio mengusap kepala Afra, wanita itu tampak kecewa dengan hasil percakapannya dengan Aileen tadi.

Memang benar, karena Arsenio juga mendengar nada malas Aileen berbicara dengan Afra, tapi itu bukan alasan untuk Afra terus berusaha.

"Aku sudah bilang kan, pasti seperti ini juga"

"Iya, tapi kan namanya juga usaha, kamu tidak boleh bosan"

"Ya tapi sampai kapan harus kaya gini ?"

"Ya sabar, kamu harus percaya kalau esok lusa Aileen akan luluh atas usaha kamu itu"

Afra tak menjawab, entahlah, mungkin memang tidak akan ada lagi kebersamaan mereka sekarang.

Dan mungkin juga Afra harus menerimanya, dan kembali berusaha melupakan Aileen, seperti sebelum mereka bertemu lagi, Afra sudah terbiasa dengan ketidak hadiran Aileen.

"Jangan menyerah, nanti aku bantu ya, tenang saja aku juga mau kebersamaan kita kembali lagi"

Afra mengangguk, semoga saja kebersamaan itu memang akan kembali ada, mereka akan kembali bahagia bersama.

"Dalam hati kecilnya, Aileen pasti merindukan kebersamaan itu juga, hanya saja sampai saat ini Aileen masih kesal saja sama kita"

"Mungkin saja iya, tapi mungkin juga enggak"

"Iya, kita berusaha saja selama kesempatan masih ada, meski perpisahan kita tidak baik, tapi hubungan kita sebelum itu sangat baik"

Afra tersenyum dan mengangguk, itu benar dan mungkin Afra memang masih harus sabar sambil terus berusaha untuk mengembalikan kehangatan itu.

Arsenio berpaling, kenapa Aileen seperti itu, padahal saat bertemu tadi, Aileen sudah berniat untuk meminta maaf pada Afra.