webnovel

Apa aku indigo?

Hangat matahari menyapa tanah timur rumah ku. Hari ini tepat 4 tahun setelah kejadian yang aku alami waktu itu. Saat kejadian itu aku duduk dikelas 2 SMP di salah satu Sekolah didaerah ku. Cerita ini dimulai ketika aku mengikuti salah satu event pembuatan film di suatu tempat tepatnya villa didaerah Utara kota ku, sekitar 1 jam perjalanan untuk sampai ditempat itu. Kebetulan aku menjadi pemain dalam film itu. Teman ku bernama Agnes, kita berkenalan ketika berada di tempat syuting. Dia sering ku anggap aneh, entah karena tingkah nya ataupun gaya bicaranya. Dia sering bercerita kepadaku tentang pengalamannya melihat hal-hal supranatural. Karena saking seringnya aku mendengarkan cerita dari Agnes, semakin tidak asing lagi aku dengannya, bahkan dengan tingkah dan bahasa ketika ia berbicara kepada orang lain.

~~~

Hari kedua menginap di villa, aku merasakan ada yang aneh dari tempat itu. Adanya teman ku yang tiba-tiba kerasukan, dan banyak crew yang melarang semua pemain untuk tidak keluar jauh dari villa. Saat itu aku semakin merasa bingung, sempat terlintas dalam pikiran ku "Apakah akan terjadi sesuatu?". Diteras kamar villa itu aku melamun, seolah ada beban dalam diriku. Dari kejauhan terdengar langkah kaki seseorang, yaa... aku sudah hafal langkah siapa itu. Iya,, dia adalah Agnes, yang sering bolak-balik ke kamar villa ku kalau tidak ada jadwal take film untuknya. Hari itu aku benar-benar lelah, dan akhirnya aku meminta Ayah menemaniku dilokasi syuting. Karena banyaknya kegiatan di hari itu, aku memutuskan untuk istirahat sebentar.

~~~

Dan disinilah semuanya berawal.

~~~

Ketika aku berbaring di atas tempat tidur, badan ku merasakan panas yang luar biasa, menjalar dari arah kaki menuju kepala ku. Badan ini kemudian bergetar seperti halnya orang yang sedang demam dadakan. Alangkah bingungnya aku ketika ada dua orang wanita paruh baya keluar dari sudut kamar kemudian jalan mendekati ku. Pelan namun langkahnya begitu menggema didalam telinga. Ketika aku mulai bangun dan berniat melihat wanita paruh baya itu, sontak aku kaget. Badan ku langsung kaku, nafasku terengah-engah, tangan ku mengepal bak orang yang ingin meluapkan rasa kagetnya . Aku teriak sekeras-kerasnya karena yang aku lihat adalah wanita yang satu pertiga wajahnya benar-benar sudah basah terkena darah. Aku lihat betul darah mereka mengucur sampai lantai. Aku hanya bisa teriak, tetapi tidak ada satupun orang yang masuk ke kamar ku. Aku seperti orang yang mati rasa. Namun telinga ini masih sempat-sempatnya mendengarkan ucapan wanita paruh baya itu. Satu kata yang aku dengar dari wanita itu adalah kata tolong . Persis setengah jam aku mengalami hal itu, dan betapa senang nya aku ketika melihat ayah masuk ke kamar ku.Seperti orang yang baru saja terselamatkan dari sebuah bahaya yang melandanya, aku benar-benar merasa tenang ketika ayah datang. Lantas wanita paruh baya itu menghilang entah kemana perginya aku sama sekali tidak melihatnya. Antara percaya dan tidak aku benar-benar merasa heran. Ayah berlari kearah ku dan memastikan apakah aku baik-baik saja. Yaa mungkin raga ku tak apa tapi nafas ku masih terenggal-enggal. Mulailah hatiku merasa aneh dengan diriku ini . Hari itu aku bercerita kepada ayah, apa yg aku alami saat itu, semua dan tanpa terkecuali.

~~~

Cerita ini berlanjut.

~~~

Setelah kejadian itu aku semakin was-was dikamar villa. Hari terakhir syuting segala kejanggalan mulai muncul, dan katanya ada salah satu crew yang mengalami gangguan-gangguan yang aneh ditempat itu. Tiba saatnya take film selesai dan waktu itu setelah aku berpamitan untuk pulang, tanpa lama aku kemudian membereskan tas dan perlengkapan ku. Hari itu aku merasa sedikit aman karena ayah menunggui ku sedari pagi, Yapp,,, aku akan pulang bersama ayah. Gang demi gang aku lewati , tepat pada gang kedua aku memandang satu tempat disebrang jalan. Rumah tua yang tinggal dinding saja dapat kokoh berdiri sedangkan genting serta plafonnya sudah mulai berjatuhan, karena mungkin sudah lama rumah itu tidak ditempati. Tepat didepan pintu rumah itu aku melihat wanita yang kemarin sempat menghampiri ku dikamar villa, waktu itu aku memberanikan diri melihat siapa sebenarnya mereka. Meskipun dari kejauhan namun nampak jelas, matanya mengisyaratkan bahwa mereka ingin berbicara kepada ku. Mataku tak berkedip saat melihat mereka, hingga akhirnya ayah bertanya kepada ku.

"Kamu kenapa nak? lihatin apa?"

"Emm enggak kok yah aku gapapa, mungkin kecapekan aja." dengan gugup aku mengucapkan kata-kata itu.

Aku masih bertanya-tanya "Apa sebenarnya yang ingin dia sampaikan pada ku??" Disepanjang perjalanan pulang hatiku merasa aneh.

Sesampainya dirumah aku melihat ibu sedang menanti ku dengan rasa cemas ditambah alis tebalnya yang mengerut didahi, memperjelas bahwa ibu benar-benar sedang kawatir. Waktu itu aku sedang tak ingin berbicara, aku hanya meyakinkan kepada ibu bahwa aku tidak apa-apa. Ketika kaki ku melangkah menuju ruang tamu kepalaku merasa berat, badan ku serasa berputar dan mendadak menjadi dingin seluruh tubuh ku. Aku memejamkan mata, merasakan apa yang terjadi dengan diriku. Saat aku memejamkan mata aku merasakan ada sesuatu yang mengikutiku

.Dan ternyata benar, ketika itu aku mulai tidak bisa menahan emosi. Dua wanita yang kemarin aku lihat dikamar villa tiba-tiba ada didepan ku persis. Aku tahu maksud mereka adalah ingin berbicara dengan ku, namun aku tidak tahu apakan ucapan mereka dapat ku dengar? Apakah ucapan ku bisa dimengerti oleh nya? Salah satu dari wanita itu memulai pembicaraan ini...

"Anak manis jangan takut dengan kami, kami tidak akan menyakiti mu. Yang bisa kami mintai tolong hanya kamu, orang lain tidak ada yang mau menolong aku dan adikku."

Mendengar kata-kata wanita paruh baya itu aku kemudian semakin yakin untuk menutup mata dan dengan kondisi badan gemetar aku mengobrol dengannya meski hanya beberapa kata saja.

"Aku harus bagaimana? Aku tidak tau apa-apa, aku juga tidak bisa apa-apa. Aku tidak mau kalau kalian terus mengikuti ku seperti ini."

Kemudian suara lirih dari wanita itu terdengar ditelinga, dan aku merasakan tangan dingin nya menyentuh telinga ku seolah dia ingin membisikan sesuatu kepada ku. " Tidak perlu apa-apa aku hanya ingin kamu memintakan maaf kepada Tuhan, supaya aku dan adikku diberi jalan terang menuju surga-Nya. Sebelumnya terimakasih telah mau mendengarkan ku. Gunakan apa yang sudah Tuhan berikan kepada mu, jangan kamu pakai disembarang tempat karena itu bukan hal yang mudah dipahami oleh setiap orang. Suatu saat kamu akan tau tujuan dari kemampuan mu itu."

Setelah itu aku membuka mata dan langsung ku peluk Ayah dan ibu ku karena waktu itu aku benar-benar takut. Dan aku memutuskan mengajak ayah serta ibuku untuk mengirim do'a kepada dua wanita paruh baya itu. Kemudian aku merasa ada yang berbeda dari ku, badan ini sudah tidak gemetar lagi dan merasa lebih ringan untuk bergerak.

~~~

Sejak kejadian itu tak sedikit orang yang bilang kalau aku ini indigo. Karena sejak itu aku mulai sering bertemu dengan mereka yang tak kasat mata, setiap pertemuan ku kepada mereka memiliki makna yang berbeda-beda. Disinilah aku mulai bertanya-tanya APA AKU INI INDIGO?

Dan smpe saat ini aku belum percaya kalau aku ini indigo. Aku juga belum terbiasa dengan hal-hal aneh yang tidak semua orang bisa merasakan hal itu. Karena menurut ku orang indigo tidak hanya mampu merasakan hal-hal supranatural tapi juga memiliki kelebihan lain, sedangkan aku baru beberapa hari merasa seperti ini bahkan belum ada apa-apanya dibandingkan orang-orang yg disebut indigo. Namun entah mengapa aku merasa asing dengan sebutan itu. Bahkan aku sering menolak ketika mereka mengajak ku berbicara tentang apa sebenernya indigo itu. Aku semakin menutup diri, aku memilih untuk diam dan merahasiakan hal ini kepada teman ku. Satu yang aku takutkan, mereka akan menjauhi ku karena mereka menganggap aku berbeda dari mereka. Suatu ketika ada teman kelas ku yang kebetulan dia adalah tetangga ku, dia menanyakan hal itu padaku.

"Sri sri sini bentar dong, aku mau tanya sesuatu sama kamu nih."

"Tentang apa?" Jawabku singkat

"Ya sini dong duduk dulu, capek tau kalo ngobrol kek patung gini"

Tingkah nya semakin menyebalkan, aku menghela nafas panjang dan kemudian duduk didepan kelas ku.

"Kenapa sih? Mau tanya PR lagi? Ehh denger ya aku ga mau kalo kamu cuma nyontek, aku mau kamu tanya cara gimana nyelesain PR nya bukan jawabannya."

"Ihh Sri aku bukan mau tanya PR kali, kamu kebiasaan sihh."

"Lha terus mau tanya apa temanku terbawel"

Mataku menatap keatas, kusandarkan badan ku dikursi itu. Aku sebenarnya mulai bosan dengan percakapan yang tidak jelas ini, memang dia adalah teman ku yang cukup berbelit ketika berbicara kepada orang.

"Oh iya dengar-dengar kata tetangga kamu itu indigo ya? Bukan maksudku ikut campur lho ya, aku cuma mau tanya aja sih. Kamu kan tau kalo aku kepo, iyaa kan?

Mendengar pertanyaannya itu, badan yang tadinya aku sandarkan dikursi lantas kuangkat. Seolah Ingin menegaskan kepadanya bahwa aku tak mau jika dia membahas akan hal itu. Aku tahu dia adalah orang yang hanya ingin mencari tahu sesuatu kemudian dapat dijadikan sebagai topik pembahasan ketika jam pelajaran kosong.

"Harus aku jawab pertanyaan kamu itu?"

"Yaa mungkin jawaban kamu nanti bisa meyakinkan ku, ohh iya aku cuma mau bilang hati-hati deh kalau yang aku tahu nih yaa, orang indigo itu imannya ga kuat. Mereka bisa melihat bahkan berkomunikasi dengan makhluk halus karena mereka kurang beribadah."

"Hahh ngomong apa kamu? Tau apa kamu tentang indigo? "

Aku kemudian meninggalkan temanku. Aku tak ingin terlibat pertengkaran dengan nya. Lantas ku langkahkan kaki ku untuk pergi dari kursi itu, meski berat badan ini ku angkat karena baru saja hati ku merasa terpukul dengan ucapannya tadi. Mengapa orang indigo mereka anggap lemah? Padahal aku merasa bahwa orang indigo diciptakan Tuhan karena mereka dipercaya bisa menjaga kemampuan itu, bahkan aku menganggapnya adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang tidak setiap orang memiliki kesempatan untuk merasakan hal-hal seperti apa yang orang indigo rasakan. Setiap orang memiliki kekurangan dan bahkan kelebihan yang berbeda-beda, semua ada karena tujuan setiap manusia itu tidak sama. Semakin hari semakin aku terbiasa dengan diriku sendiri, aku yang merasa berbeda dari aku yang dulu, hati ku tergetak untuk menunjukkan bahwa orang indigo tidak selemah apa yang mereka kira.

~~~

Hargailah perbedaan yang ada pada mu, karena justru dari perbedaan itu kamu akan terlihat lebih istimewa dari orang lain.

~~~

CSR, Yogyakarta 28 September 2019

~~~