1 Biru

Biru adalah warna paling luar biasa menurut Lucia. segala sesuatu di kamarnya semua berwarna biru. Benda-benda yang sehari-hari dipakainya pun selalu bewarna biru. Entah itu pensil, tas, ikat rambut, dan sebagainya semuanya berwana biru. Baik itu baby blue, navy, semua yang berkaitan dengan warna tersebut menjadi benda-benda keramat yang sangat berharga bagi Lucia. Tapi satu hal yang membuat Lucia heran dengan kegemarannya ini,

"Dimana pulpen baby blue gue?" Tanya lucia pada Intan. Yang ditanya malah mengangkat bahu.

"Tadi lu taruh dimana lemot?" Tanya Intan balik. Intan adalah teman sebangku Lucia. Dan mereka bersahabat sejak SD. Intan memanggil Lucia lemot karena sering loading lama dan pelupa, sedangkan Lucia memanggil Intan Lambe karena intan banyak ngomong dan suka bergosip. Dia adalah orang yang paling tahu info tentang apapun di sekolah, dari hal sepele seperti kucing mati di belakang sekolah sampe masalah gosip terahasia dan besar. Entah dari mana intan tahu semua berita itu, padahal tak tertulis di mesin pencari google.

"Gue taruh di meja tadi," jawab Lucy.

"Lupa kan, pasti lupa!" Cerocos intan.

"Bener gue taruh di meja," Lucy yakin.

"Ini pulpen siapa ya?" teriak Maria yang duduk di bangku paling depan.

Lucia terperanjat, kok bisa ada di depan?batinnya . Intan menepuk jidat.

"Amsyong emang lu! Pelupa lu udah akut," teriak intan. Lucia lari terbirit sambil nyengir dan kembali dengan ceria.

"Untung lu cantik ya, kalo engga gimana coba? udah telmi pelupa pula. Komplit banget benerrr.. untung lu cantik, insyaallah lu masih bisa laku kawin entar di masa depan," cerocos intan. Lucia malah ketawa ngakak.

"Berarti masa depan gue masih selamat ya?" Lucia menjulurkan tangan. Intan menyambutnya dan mereka salaman sepakat.

***

"Lambe, lu hari ini mau ke mana? ujian kan udah beres, ayok main kita," tanya lucia. bel sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, dua mahluk ini masih berkutat di mejanya membereskan buku dan segala barang bawaannya.

Sebenarnya yang paling rempong di sini itu adalah intan, karena meski dia hamba gosip tapi urusan pelajaran paling serius. Makanya buku yang dibawanya lumayan banyak.

"Lu yakin ngajak gue main?"

"Iya lah, kok nanya sih?!" lucia menepuk bahu intan, "gue kan ngomong sama elu! ya pasti gue ngajak elu lah! emang ada orang lain lagi selain kita di sini?"

"ada." jawab intan, "Tuh si bergo!"

"Becanda lu! masa gue ngajak bergo. entar bukannya main malah catur lagi." bisik Lucia

Bergo merasa namanya dipanggil. dia pun melirik tajam ke arah Lucia.

"Hai Bergoo... " Lucia menyapa sok dekat. lebih tepatnya karena dia merasa engga enak dan malu karena ketahuan ngomongin bergo.

Bergo tersenyum tipis-tipis kegeeran, setipis kumis tipisnya. Bergo adalah orang yang sangat kaku. tipe cowok model bapack-bapack suka catur. Bergo kemudian bangkit dari tempat duduknya dan pergi.

Lucia bergidik. "iihh."

"Kenape lu mot?"

"Engga," tepis Lucia.

"Gimana, jadi engga?" sambung Lucia.

"Lu yakin?"

"Kenapa sih nanya lu yakin lu yakin melulu?"

"Soalnya sore ini gebetan lu lagi mau tanding basket!"

Lucia kaget. "Serius? di mana?"

"Di kuburan!" Lucia langsung memukul pundak intan. "di lapang basket lah." jelas intan.

"Lu emang the best!" ucap Lucia sambil mengacungkan jempol ke muka Intan.

"De bas de bes... lu aja yang engga baca pengumumannya di papan pengumuman!" sungut intan. Kini Intan di tarik paksa oleh Lucia untuk mengikutinya ke kantin.

"Udah jangan banyak ngomong, cepetan berangkat!!" tarik Lucia.

"Aduh bentar.. bentar.." Intan tergopoh membawa buku-bukunya.

Sesampainya di lapang basket, terlihat kelas C dan E sedang bertanding.

"Kyaaa... Chriiiiss..." teriak Lucia. si anak bule blasteran tersebut melirik sambil tersenyum.

sedang mata intan tertuju pada lawan main chris, Ringgo.

"Lambe, Lu liatin siapa?" tanya Lucia "Jangan bilang lo liatin si kampret Ringgo?"

"Emang kenapa?? iihh kepooo!!" Jawab Intan judes.

"Dia berandalan Be... ngapain lu liatin."

Si ringgo yang lagi diobrolin senyum manis ke arah Lucia.

"Mot, dia senyum ke elu tuh!"

Lucia malah bergidik.

"Gue lebih suka Chris, si cowok jaket biru." ungkap Lucia.

***

Keesokan harinya.

Chris menggendong tas hitamnya. Dia senantiasa setia dengan style jaket biru, rambut bowl cut, rapi, dan wangi untuk berangkat sekolah. Chris adalah laki-laki yang down to earth. Tidak pernah merasa hebat atau sok ganteng. Dan itulah yang membuat Lucia jatuh cinta padanya. Terlebih jaket yang sering dipakai Chris adalah jaket berwarna navy blue yang membuat Lucia merasa bahwa Chris satu hati satu jiwa untuk urusan warna dengannya.

Sesampainya di depan pintu kelas, segerombolan cewek langsung menghampiri Chris. Mereka dari kelas lain.

"Chris selamat ya kemarin kamu menang. Kamu main bagus banget."

Chris tersenyum, "terima kasih."

"Chris ini buat kamu sebagai ucapan selamat," ucap yang lain sambil menyodorkan sebuah cokelat dengan pita warna merah.

"Makasih ya, padahal engga usah repot-repot. lagian aku juga gak main sendiri. Yang lain juga bagus mainnya."

"Ya gak peduli juga sih sama yang lain," kilah cewek-cewek itu pelan.

Di sisi lain, Lucia dan Intan sedang memantau pergerakan cewek-cewek yang dianggap nista oleh kedua mahluk ini. Mereka menunggu saat yang tepat untuk menghampiri chris saat semua cewek nista itu pergi.

Ketika cewek-cewek yang mengerubungi Chris pergi, Lucia bersiap. "Be, be, be gue udah rapi kan? Wajah gue masih cantik, kan?" Tanya Lucia rempong.

"Masih te o pe," ucap Intan cepat. Tak lama bel masuk berbunyi.

"Alaah bel pake bunyi segala lagi," protes Lucia. Mereka bergegas menghampiri Chris yang hampir masuk kelas.

"Chriìisss.." teriak Lucia menghentikan langkah Chris. Chris berbalik dan menghampiri mereka yang datang dengan tergopoh.

"Chris selamat ya.. kamu kemarin menang."

Chris yang bingung dengan tingkah mereka memandang dengan tersenyum kaku. Chris tak habis pikir, di jam masuk kelas ini mereka masih sempat-sempatnya datang hanya untuk mengucapkan selamat. Tapi Chris agak terhibur dengan kedatangan mereka berdua.

"Terima kasih. Tapi emang kalian engga ada kelas?" tanya Chris.

"Ada. Tapi.. Chris bisa engga..." belum selesai Lucia bicara seorang guru ternyata sudah berdiri tepat di samping mereka. Pak Hardi, Guru Fisika, sudah berdeham dan terhalang untuk masuk kelas.

"Eh, Pak Hardi," ucap Intan cepat.

"Kalian engga ada kelas?" Tanya Pak Hardi sinis. yang ditanya malah meringis. "masuk kelas sana!" ucap pak hardi lagi. Keduanya nyengir dan langsung pergi.

Untuk urusan usir mengusir, guru emang paling bisa membubarkan keruman cewek-cewek di kelas C. Dan bukan satu dua kali pak hardi mendapati kerumunan cewek di kelasnya Chris. Fenomena biasa untuk orang-orang di lingkungam Chris berada.

Chris pun masuk kelas dan duduk di tempat duduknya. Rian, teman sebangkunya berbisik, "Jumpa fens lagi?" Chris hanya meringis.

"Si bule kelas sebelah juga ternyata ngefens lu ya!" si bule yang dimaksud Rian adalah Lucia. Lucia merupakan anak blasteran Inggris Indonesia. "Lu suka sama dia engga?" Tanya Rian lagi.

"Kayaknya, yang disebelahnya lebih menarik."

"Siapa?" Rian berpikir sejenak, "Lambe turah?! Jangan becanda lu!" Rian heboh.

"Hei kalian berdua. ini masih jam pelajaran ya, tolong belajar, jangan sibuk ngobrol." Sindir Pak Hardi.

Rian meringis malu. Chris hanya geleng -geleng kepala.

***

"Mot, tadi lu mau ngomong apa sih sama Chris? kepotong Pak Hardi solanya, kan?" tanya Intan.

Kini mereka sedang jajan di kantin. Jam pelajaran sudah berlalu beberapa menit lalu dan jam istirahat pun berbunyi. Mereka jajan di kantin dan memesan bakso dan minuman.

"Iya, tadinya aku mau ngajak Chris makan siang bareng di sini."

"Oooh..."

Selang beberapa detik, Ringgo datang menghampiri mereka, khas dengan jaket warna orangenya.

"Eh, ada Lucinta Luna," sapa Ringgo dengan meledek.

Tuh kan, batin Lucia. "Diam ah, males gue! Gue lagi mode hemat energi, jangan ganggu!"

"Widiih galak bener, iya deh maaf. Boleh engga aku makan di sini?" Tanya Ringgo.

"Boleh boleh." jawab Intan cepat, Lucia melotot.

"Engga gak boleh, penuh!" Jawab Lucia

"Apaan, ini kan masih lega!"

"Engga engga... mejanya udah penuh." Lucia menaruh semua barang di atas meja, mulai dari sendok yang tadinya di atas mangkok, jepit rambut yang tadinya di kepala, gelang yang tadinya dia pake, ponsel, bahkan ponsel Intan yang tadinya masih di pegang Intan semuanya di taruh di meja secara berserakan.

"Iya deh, iya...." kemudian Ringgo dengan cepat mengambil jepit rambut biru Lucia dan lari dengan cepat.

"Jepit rambut kesayang gue!! Ringgoooo...!!" Lucia pun langsung cabut mengejar Ringgo.

Beberapa menit kemudian Lucia kembali dengan hah heh hoh... nafasnya tersengal-sengal karena mengejar Ringgi yang larinya lebih ceoat. untungnya Ringgo kemudian melemparkan jepit rambut Lucia. meski sambil tertawa terbahak.

"Mahluk satu itu emang paling keterlaluaaaannn! gue benci dia Fix!!! Si orange menyebalkan!"

"Kalian berdua tuh ya, kayak anak SD aja," ucap Intan kemudian.

"Kenapa lu cemburu? ambil aja sono, seklian sama kembaliannya!" jawab Lucia sambil kesal.

"Geli tau gue liatnya! Kayak film india aja kalian, pake acara kejar-kejaran! Minus 1 adegan sih, hujan sama pohon."

Lucia melotot dan berdengus kesal. Intan malah cekikikan.

***

LUCIA

Entah sejak kapan gue jadi sering banget berjodoh dengan benda-benda berwarna orange. Setiap gue beli benda, selalu yang tersisa berwarna orange. Contoh ya, ceritanya gue beli motor. Waktu itu gue beli motor vario 125 R. Gue pengen banget vario warna putih, soalnya kelihatan elegan. Tapi sayangnya, di dealernya engga ada. Tersisa cuma orange satu-satunya. Udah kepalang ke dealer (mana jauh pula!) ngga mungkin cancel juga kan? atau nunggu lagi? Secara gue butuh motor sebenarnya. Daripada nunggu berminggu-minggu untuk warna yang aku pengen kan?! Akhirnya oke lah gue ambil si motor orange ini.

Di lain hari, gue ceritanya pesan online pouch warna biru. Di gambarnya pouch itu lucu banget. Ketika barangnya datang, eeehh kenapa yang datang malah orange? kan hamba bingung!

Terus, kejadian lainnya. ceritanya lagi beli tripid buat bikin konten. Pas mau beli, eh yang tersisa cuma warna orange. Bahkan yang harusnya warna hutam itu lebih banyak, tetiba di hari itu engga ada. yang tersisa malah yang ujungnya orange. Kan aneh, ya?

Lain lagi sama kado, jadi gue ulang tahun. Kakak gue kasih gue kado apa? Helm bogo guys. Helm.... Helm warna apa coba? Iya, benar sekali, warna orange berbentuk mirip trenggiling.

Gue aneh gitu, kenapa gue selalu berjodoh dengan si warna orange ini? Sampe ada orang yang bilang, aku ini sebenarnya pecinta warna biru dan orange. Padahal kan aku cuma suka warna biru, titik.

Memang iya, warna orange itu lucu. Cuma, ya biasa aja, sama kayak warna lainnya aja semisal cokelat atau abu-abu.

Kalau gue ditanya gue suka warna apa, i'm proudly say, aku suka warma biru. Iya, biru. dan anehnya, gue selalu engga berjodoh sama biru. entah mengapa.

Gue pernah dan sering banget menghilangkan benda-benda warna biru gue. Misalnya pulpen, jepit rambut, pernah juga kaos kaki. Apa gue sebenernya engga jodoh sama warna biru?

Anjir bnget kan? ada apa dengan biru? dan kenapa harus orange? Apa gue perlu dirukiah?

***

INTAN

Jelas banget menurut gue Ringgo suka sama Lucia. cuma manusia satu itu engga peka dan hanya terfokus pada satu orang, Chris. Chris emang ganteng sih, tapi Ringgo itu rame.

Jadi apa gue suka Ringgo? Apa dia jadi gebetan gue? Gue sejujurnya emang suka sih sama dia. tapi kalo jadi gebetan.... gue gak akan pernah menang dari Lucia. Secara, dia jauh lebih cantik. Kelebihan gue apa? engga ada.

Mau Lucia nanti sama Ringgo atau Chris, gue akan selalu dukung dia.

Gue cuma seorang kutu buku yang sering di cap lambe turah karena tahu banyak hal. iya, gue selaku engga sengaja tahu banyak hal. bukan karena gue kepo. tapi entah kenapa, gue selalu engga sengaja denger apa yang orang lain bicarakan. tanpa sengaja. masa gue harus pura-pura budag? kan gak lucu juga ya.

dan iya memang, salahnya gue sering lemes. keceplosan. hmm.. maafkan hamba tuhan. hamba bukan bermasud jadi hamba gosip yang bergibah. tapi orang lain terlanjur nanya, dan gue cuma mencoba meluruskan. eeh malah keterusan.

***

CHRIS

Gue bukannya engga suka jadi terkenal atau disukai banyak orang. tapi perhatin yang berlebihan membuat gue meraaa tertekan. terlebih rasa suka cewek-cewek itu lebih ke karena fisik gue. iya memang, fisik itu 90% yang membsrikan first impression. tapi, gue ngerasa hal itu engga tulus.

gue lebih suka cewek yang melihat gue apa adanya diri gue. engga ngatur gue harus pakai baju apa, harus kayak gimana, yang mrmbuat gue engga merasa tertekan harus begini dan begitu.

gue bukan cowok sempurna dan gak mungkin sempurna juga kan.

perempuan yang pasti ngeliat gue apa adanya pastilah yang engga suka sama gue kan? yang bisa ngeliat betapa kekurangannya diri gue.

***

RINGGO

si jaket biru? cih! jaket biru, jaket orange, seperti setiap orang memiliki warnanya masing-masing. memang apa maknanya? lalu kenapa biru seperti segalanya? apakah gue juga harus memakai warna yang sama, yang lu inginkan? agar menjadi sosok yang lu idamkan? atau gue harus bisa menjadi seseorang?

bule bego! gue yakin, sahabatnya sudah tau sesuatu. makanya dia engga pernah ngalihin pandangannya dari gue. gue yakin, kalau Lucia tau siapa sebenrnya gue, dia akan berpaling sama gue. kita liat aja, apakah si pecinta warna biru ini akan setia sama warnanya? atau menggantinya drmi mendapatkan yang lebih baik?

avataravatar
Next chapter