1 Kompromi Keluarga Jason

Kevin baru saja sampai dirumah ketika ayahnya menyuruh untuk berbicara dengannya di ruang tengah.

"Tumben Pah kayaknya penting banget?" Tanya Kevin pada ayahnya.

"Duduk Vin, Papah mau bicara dan penting," kata Jason begitu Kevin baru saja masuk kedalam rumahnya.

"Widih tumben Pah serius banget, apa playboy tengik anak Papah udah insaf?" Kevin menyebut abangnya Reno playboy tengik karena hampir setiap bulan membuat hati perempuan tersakiti. Kevin merupakan anak Ketiga dari pernikahan Jason dan Lidya anak tertua mereka bernama Dilan, dia sudah menikah dan sudah dikaruniai anak 1 orang, sedang Reno adalah anak kedua yang hobinya gonta-ganti pacar sebagai alasan karena sedang mencari yang paling cocok.

"Lu pikir botol sama tutupnya kudu cocok," itu jawaban yang diberikan oleh Kevin ketika ibunya kembali didatangi perempuan karena telah dicampakan oleh Reno dengan alasan mereka tidak cocok. Dan Reno akan membalas perkataan Kevin kalau Kevin iri, karena sampai saat in tidak sekalipun Reno melihat kevin berjalan dengan seorang wanita.

"Dihh ngapain sirik, kalau cuma bikin nyokap senewen," itu jawaban yang akan dibalas oleh Kevin pada abangnya. Selisih mereka memang tidak terlalu jauh yaitu 3 tahun namun versi emak-emak komplek menyebut Kevin lebih dewasa dan ramah dibandingkan Reno.

"Bukan, sudah duduk dulu," Pinta jason pada Kevin. Kevin balik berjalan menuju ruang tengah yang tadinya dia hendak masuk kedalam kamarnya.

"Jadi gini, Papah dimintai tolong sama sama Om Beni untuk dititipkan anaknya karena om Beni akan ditugaskan ke timur tengah sebagai duta besar disana," kata Jason menatap naknya, sambil menunggu reaksi dari Kevin.

"Lalu apa hubungannya denganku kalau mama Papa setuju aku mau bilang apa? secara ini rumah kalian aku kan cuma numpang aja dengan predikat sebagai anak Papah," Kata Kevin sambil menggaruk kepalanya yang rasanya tidak gatal.

"Hush kamu ini kalau ngomong, mana ada anak numpang sama orang tua kecuali kamu dah nikah trus kamu gak punya kerjaan udah punya anak istri namanya numpang, lah wong pacar aja gak punya kan?" kata Lidya yang mendengar perkata anak bungsunya itu.

"Ya itu istilah Mam bukan dalam arti kata sesungguhnya," Kata Kevin lalu memeluk ibunya.

"Permasalahannya Mama sama Papa tanya, yang mau dititipkan ini anak Wadon alias perempuan, dirumah kan gak pernah ada tuh perempuan remaja berkeliaran, hanya ada Mama sama Bik Sum perempuan yang sering wara-wiri, jadi makanya Papa tanya sama kamu. Kebayangkan biasanya gak ada anak abg perempuan dirumah ini sekarang bakalan ada, nanti kalau dia wara-wiri kamu ngerasa keganggu, mama sama Papa gak mau kamu jadi jarang pulang kerumah dan lebih sering menginap dirumah Kakakmu atau dirumah teman gara-gara Mama sama Papa dititipi anaknya Om Benni," Lidya menyampaikan kekhawatirannya dan berharap putra bungsunya itu mau mengerti.

"Iya Mam aku paham, aku juga gak mungkin lah sering-sering tinggal dirumah Mas Dilan gak enak juga sama Istrinya," Lidya tersenyum mendengar jawaban anaknya.

"Jadi gimana kamu gak keberatan kan? Kalau keberatan kamu sampaikan alasannya kenapa, biar Mama sampaikan sama Om Benni," Kata Lidya lagi.

"Tidak perlu Mam, silahkan aja kalau dia mau menitipkan anaknya disini, kalau perempuan kan biasanya lebih mudah diatur dan diajarinya daripada anak laki-laki Mam," Lidya tersenyum mendengar jawaban dari anak bungsunya itu.

"Iya tapi kalau dia ada kesulitan atau ada masalah bantu dia ya, anggap saja kamu punya adik." Kata Lidya sambil membelai rambut anak bungsunya itu.

"Siapa tau kamu jatuh cinta jadi tar kamu gak joblo lagi deh," ledek Jason pada putranya yang disambut tawa oleh istrinya.

"Ih Papa apaan sih, aku tuh belum mau mikirin pacar dulu lah tar kalau udah kerja udah mapan cewek juga ngelingker sendiri sama kita," Kata Kevin dengan sangat yakin pada prinsipnya.

"Kamu pikir cewek itu ular, ngelingker. Dulu Papa pacaran dan nikah sama mama belum punya apa-apa lho Vin, tapi karena kita saling cinta dan menyemangati pasangan kita masing-masing jadi kita bersama sampai sekarang," Kata Lidya menceritakan masa mudanya yang sudah didengar berkali-kali oleh Kevin.

"Itukan Mama yang mau diajak susah dan membangun sama-sama hingga sekarang, jaman sekarang mana ada yang kaya gitu, cowoknya pake bmw alias bebek merah warnanya gak bakalan ada yang mau," Kata Kevin membalas argumen ibunya.

"Hahahha sudah lah terserah kamu saja, kalau adu omongan sama kamu Mama gak bakalan menang, sana ganti baju sebentar lagi kita makan siang soalnya sore ini Mama sama Papah mau ketemu sama Om Benni diluar dia mau ajak makan malam sekalian ngenalin putrinya sama Mami, kamu mau ikut?" tanya Lidya pada anak bungsunya itu.

"Gah ah Abis magrib aku mau main futsal sama teman-teman," Kata Kevin lalu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamar tidurnya, untuk mengganti pakaian yang tadi dia pergunakan untuk kuliah dengan baju yang lebih santai yaitu kaos oblong tanpa lengan dan celana pendek favoritnya.

**

Sementara itu di kediaman rumah Benni, Pelita anak satu-satunya masih berada didalam kamar, ketika kemarin mendengar dia tidak akan dibawa ke Perancis karena sehubungan dengan sekolahnya yang sudah kelas 11 SMA yang sebentar lagi akan naik kelas 12 dan lulus SMA. Pelita masih kesal karena dia tidak boleh mengikuti ayahnya bertugas kesana, padahal Perancis adalah negara impian nya.

"Kamu kan bisa kesana kalau pas liburan Ta, tanggung sekolahmu kalau harus ikut Papi Dan Mami kesana?" Jelas Riska pada Putri tunggalnya itu.

"Lagi pula teman Papah, Om Jason dan Tante Lidya itu baik banget orangnya, Mama sengaja titip kamu sama mereka karena kamu itu seneng banget cari masalah, semoga kau kalau tinggal dengan keluarganya Tante Lidya bisa berubah jadi perempuan beneran," kata Sambil memukul pantat Anaknya yang masih menelungkupkan wajahnya di bantal karena kesal pada kedua orang tuanya.

"Memangnya keputusan Mami sama Papi sudah bulat kayak tahu bulat yang digoreng dadakan, meninggalkan anaknya yang cantik dan imut ini sendirian di Jakarta, Mami gak takut anaknya tar diculik trus dinikahin sama pengusaha kaya tajir dan ganteng," Perkataan Pelita yang asal membuat Riska tertawa terbahak-bahak.

"Kalau yang nyuliknya kaya gitu sih, silahkan Ambil saja penculik dari pada main motor mulu," Kata Riske membelai kepala putri semata wayangnya.

"Sudah sana mandi, anak perawan mau magrib belum mandi. Nanti kita makan diluar, di restoran favorit kamu," Kata Riska kembali menepuk bokong anaknya yang sudah beranjak dewasa namun kelakuannya masih saja seperti anak SMP.

"Serius Mam? Tumben biasanya Papi gak mau kalau diajak ke Pizza hut," Kata Pelita duduk dari tidurnya.

"Yang mau ngajak kamu ke Pizza Hut siapa? Orang kita mau makan di restoran konro bakar yang ada di Kemang," kata Lidya tertawa melihat perubahan wajahnya anaknya yang tidak semangat.

"Ehhh ngapian tidur lagi, sana mandi sebentar lagi Adzan Magrib, setelah sholat rapi-rapi ya," Kata Riska menarik lengan anaknya agar tidak berbaring kembali.

avataravatar
Next chapter