1 Kartu Undangan

Ri, bagaimana kabarmu? Tolong accept. -Binar-

Satu undangan kontak disertai sebaris pesan memasuki aplikasi pengirim pesan instan di perangkat Blackberry-ku malam itu. Refleks aku terima undangan yang seketika membuat degup jantungku tidak beraturan. Kulepaskan ponsel pintar itu dari genggamanku, kugeser ke arah sudut terjauh di atas meja kesayanganku di antara tumpukan kertas-kertas hasil penelitian tugas akhirku. Aku tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap setelah 9 tahun tidak bertemu. Kulihat kedip lampu berwarna biru dari ponselku menandakan datangnya pesan baru.

Mentari, selamat malam.

Aku minta alamatmu.

Aku akan mengirimkan undangan nikahanku.

Entah kekuatan mana yang menarikku untuk memegang kembali ponsel dan membuka kontak Binar; Binar Lazuarditya Anugerah. Kuperbesar foto profil BBMnya. Kudapati gambar siluet dirinya dengan latar belakang suasana bernuansa cahaya jingga dari mentari yang hendak terbenam. Masih ada mentari di fotonya..selalu ada. Aku tersenyum di antara getirnya perasaan saat itu.

Selamat, ya, Bin.. tanggal berapa kamu nikahnya? Kamu gak usah kirim kartu undangan buat aku, Bin. Aku pasti datang.

Binar membaca balasanku, dan membalasnya lagi dengan cepat.

Aku juga mau kirim undangan buat Papa Mama dan abangmu. Kirimkan alamatmu segera, ya, Ri? Acaranya bulan depan.

Kubalas pesan Binar beserta alamat rumahku dan terus kupandangi layar ponsel yang dijejali notifikasi pesan-pesan baru dari Binar, sementara isi kepalaku berisik sekali mempertanyakan siapakah gadis yang akan dinikahinya.

avataravatar
Next chapter