19 Chapter 19

Tanpa mengurangi rasa hormat mulai memijat kaki jenjang Alexa. Berulang kali ekor matanya melirik ke arah wajah cantik. "Jika Anda tidak tahan dengan rasa sakitnya. Silahkan gigit pundak saya."

Oh, baby ... mana mungkin Alexa mu yang cantik ini menggigit mu. Tidak, tidak ... aku tidak bisa melakukan itu kecuali ... menggigit bibirmu yang kokoh itu. Batin Alexa sembari menggigit kecil ujung bibirnya.

--

Namanya juga bukan ahli pijat jadi, sudah sewajarnya memberikan pijatan asal-asalan. Berulang kali ekor matanya melemparkan lirikan ke arah Alexa. "Bagaimana kalau saya mengantarkan Anda ke dokter?"

"Tidak perlu." Tolak tegas Alexa. Ditatapnya Darren dengan tatapan merajuk. "Please, lanjutkan pijatannya. Auch … " rintihnya ketika mencoba menggerakkan kakinya.

"Nona, saya tidak mau salah dalam memberikan pijatan."

Alexa mengukir senyum yang terlihat sangat meneduhkan. "Tidak akan pernah salah, Sir. Lakukan saja!" mengerling genit.

"Jika tidak tahan dengan rasa sakitnya. Silahkan Anda gigit lengan saya."

Alexa mengangguk.

Alexa benar-benar pemain ulung. Berulang kali mengeluarkan suara rintihan seolah-olah benar-benar kesakitan. "Auch, sakit … pelan-pelan saja, Sir." Pintanya. Bersamaan dengan itu Darren mulai memelankan pijatannya. "Sekarang coba gerakkan kaki Anda, Nona."

Perlahan tapi pasti mulai menggerakkan kakinya. Senyum Alexa semakin lebar hingga memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Anda benar-benar seorang pemijat luar biasa, Sir. Kaki saya sudah tidak sakit. Terima kasih." Dan sebagai ucapan rasa terima kasih langsung memberikan pelukan erat.

Tanpa mengurangi rasa hormat langsung dihempas dengan penuh kelembutan. "Kaki Anda sudah tidak sakit. Saya permisi."

"Tunggu, Sir."

Yang dipanggil langsung memutar tubuh. "Iya, Nona."

Alexa mendekat kemudian mengulurkan sebelah tangan. "Kita belum berkenalan, Sir. Perkenalkan, saya Alexa Canberra. Anda bisa memanggil saya, Lexa.

Bibir kokoh menyungging senyum khas sembari menyambut uluran tangan Alexa dengan penuh kehangatan. "Saya Darren Ewald Gilbert, dan Anda cukup memanggil saya dengan, Gilbert."

Alexa langsung memicingkan sebelah matanya. "Em, bagaimana kalau saya memanggil Anda dengan, Mr. Darren? Sepertinya panggilan Darren lebih akrab."

"Saya tidak suka mengulang kalimat untuk yang ke dua kalinya. Permisi." Darren terlihat menyungging senyum smirk. Tidak sembarang orang boleh memanggilku dengan panggilan seperti itu. Hanya orang-orang terdekat yang ku ijinkan memanggilku dengan panggilan, Darren. Lanjutnya dalam hati.

"Lelaki tegas sepertimu luar biasa memikat Mr. Gilbert, dan aku sudah tidak sabar untuk memilikimu, memanjakan tubuhku ini tenggelam di antara lengan kekar dan tentunya merasakan kehangatanmu." Lirihnya dengan menyungging senyum smirk.

Berlalunya Darren dari sana bersamaan dengan datangnya Obsen. Lelaki tersebut bergegas menghampiri wanitanya. "Baby, apa yang kau lakukan di sini, huh? Aku hampir gila karena tidak menemukanmu di mana-mana."

Bibir Alexa menyungging senyum sinis. "Oh, iya?"

"Apa maksudmu berkata seperti itu?" Kemudian dirangkumnya pipi Alexa dengan penuh kelembutan namun, langsung dihempas kasar. "Jauhkan tanganmu!"

"Baby, ada apa ini? Kenapa kau tidak mau aku sentuh?"

"Sentuh saja para wanita tidak malu itu. Bukankah kau sangat senang disentuh oleh mereka sehingga melupakan keberadaanku di sisimu malam ini, hah."

Obsen langsung memicingkan sebelah matanya. "Jangan bilang bahwa kau cemburu. Ingat, baby kita ini hanya saling berkencan dan sedang tidak saling menjalin hubungan. Jadi, bebas bagiku dikelilingi oleh para wanita."

Tatapan Alexa menajam. "Kalau begitu aku juga bebas mengejar lelaki lain." Beriringan dengan langkah kaki melenggang begitu saja dari hadapan Obsen.

"Baby, tunggu!" Sayangnya, panggilannya diabaikan begitu saja.

Kesal? Tentu saja!

Obsen paling tidak suka dibantah, ditolak, apalagi diabaikan terutama oleh para model yang bernaung di bawah BM Magazine. Baginya seluruh model yang bernaung di bawah BM Magazine harus tunduk pada perintahnya, begitu juga dengan perintah mutlak untuk memuaskannya di atas ranjang.

"Kelancanganmu ini harus segera kau bayar mahal, baby. Malam ini aku akan membuatmu mendesah berulang kali hingga kau lupa bagaimana caranya berjalan."

Sementara itu, Alexa telah menenggelamkan diri di antara kerumunan para tamu. Tatapannya menelisik ke sekeliling mencari keberadaan Darren. Sayangnya, yang ia cari tak juga ditemukan di mana-mana.

"Oh, apakah Mr. Gilbert sudah meninggalkan pesta?" Tanyanya entah pada siapa karena nyatanya di antara banyaknya para tamu tak ada satu pun yang ia kenal.

Alexa terlihat beringsut mundur dengan melemparkan tatapan ke sekeliling. Karena kurang hati-hati, ia pun telah menabrak sesuatu yang sangat keras. Dengan segera menolehkan wajahnya sehingga beradu tatap dengan lelaki yang telah dia cari sedari tadi.

Sudut bibirnya sedikit terangkat berbalut binar-binar bahagia. "Oh, tidak saya sangka akhirnya kita dipertemukan kembali, Mr. Gilbert."

Darren tidak menjawab kecuali melemparinya dengan senyum tipis, sangat tipis hingga Alexa saja tidak tahu bahwa dia sedang tersenyum.

Bermanjakan kedekatan Darren – Alexa telah memaksa Borneo menyipitkan matanya sembari menyentuh pelan pundak kekar. "Apakah wanita cantik ini kekasih Anda, Mr. Gilbert?" Bisiknya tepat ditelinga Darren. Dengan tegas Darrren menjawab. "Bukan."

"Itu tidak mungkin. Kalian berdua terlihat sangat akrab."

"Kalau begitu silahkan Anda berfikir sesuka Anda, Mr. Borneo." Ucapnya dengan mengangkat sudut bibirnya. Bersamaan dengan itu Obsen datang menghampiri dengan melingkarkan sebelah tangan ke pinggang ramping. "Baby, ternyata kau di sini."

"Jadi, Nona Cantik ini kekasih mu?" Borneo bertanya dengan tatapan menelisik mencari jawaban jujur dari wajah tampan.

"Lebih tepatnya pasangan kencan." Jawabnya dengan semakin mengeratkan pelukan. Setelah itu tatapannya beralih ke arah Darren. Seolah paham, Borneo langsung memperkenalkannya. "Perkenalkan ini, Mr. Gilbert." Kemudian ditatapnya Darren. "Perkenalkan bahwa lelaki menyebalkan ini adalah saudara sepupu saya, Mr. Gilbert. Namanya Obsen Brossom pemilik BM Magazine."

"Dan wanita cantik ini adalah salah satu model yang bernaung di BM Magazine." Sahut Obsen.

"Nama BM Magazine sudah tidak asing. Bahkan majalah tersebut sudah sangat santer di Negara tetangga."

"Semua itu berkat ikon model yang sangat berbakat, Ms. Flower Carnabel."

Mendengar nama Flower telah membuat Darren tersentak sehingga membulatkan matanya saat itu juga. Jadi, Nona Flower merupakan ikon dari majalah ternama BM Magazine. Ini sangat sulit dipercaya. Wanita sombong, angkuh, sinis, dan juga galak sepertinya bisa dijadikan seorang ikon. Pikir Darren.

Entah sudah berapa lama tenggelam ke dalam pikiran sendiri hingga suara deheman telah membawa kesadarannya kembali. " Apa yang Anda fikirkan, Mr. Gilbert?"

Yang ditanya tidak menjawab kecuali hanya melempari Obsen dengan seulas senyum khas yang membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Sungguh, ketampanan yang mampu memikat setiap mata memandang, begitu juga dengan Alexa. Ingin rasanya melemparkan tubuhnya di antara lengan kekar saat itu juga.

"Tampan." Puji Alexa tanpa sadar.

Darren memicing, begitu juga dengan Borneo, dan juga Obsen. "Siapa yang kau bilang tampan, baby?"

"Tentu saja kau, baby. Memangnya siapa lagi lelaki paling tampan di acara pesta ini selain kau."

"Uh, baby … kau memang wanitaku yang paling manis." Pujinya dengan memberikannya hadiah kecupan singkat pada bibir ranum.

🍁🍁🍁

Next chapter ...

avataravatar
Next chapter