26 Bagian 25.

"Maaf, Tante. Anda salah paham. Saya hanya menolong, kalau soal jual diri, jangan soal jual diri, beli rumah Anda juga saya bisa. Jadi harap jaga ucapan Anda. Mungkin dia wanita luar bukan berarti Anda berkata seperti itu seakan Anda menghina diri Anda sebagai wanita," ucap Alex bersikap tegas seakan membuat Renata, Kevin, Ervan, dan Fira, terdiam setelah apa yang diucap oleh pria tegap tersebut.

Renata bungkam dia mendapat titik hitam, bahkan musuh bertindak pun tidak bisa dia menyerang. Renata mengepal sebagai penahanan emosi. Sedangkan Fira salut dengan ucapan Alex tadi. Itu pantas untuk ibu mertuanya yang selalu menghina tentang dirinya.

"Baiklah, saya permisi dulu, selamat pagi." Alex pun beranjak dari rumah ibu mertua Fira. Fira dan Ervan memperhatikan mobil itu. Ketika mobil itu sudah tidak terlihat. Ervan pun mengantar Fira masuk ke rumah.

Di kamar Ervan membawa minuman dan juga sarapan buat Fira. Fira menerimanya. Ervan harus bersiap-siap buat berangkat. Dia tidak mau terlihat sebagai seorang supir bermalas-malasan.

Fira mengamati suaminya sibuk sana sini, padahal Fira sudah sarapan di rumah sakit sebelum dia diantar oleh pria tadi. Melihat suaminya mengambil baju sendiri dan memakai kaus kaki dan semuanya. Fira merasa semakin tidak berguna buat suami.

"Sayang, aku berangkat dulu, ya. Kamu gak apa-apa, kan, aku tinggal. Atau kamu mau ...."

"Gak apa-apa, aku bisa sendiri, kok, di rumah. Sayang sudah mau berangkat kerja, ya?" potong Fira kemudian melirik jam dinding, masih pukul tujuh-tiga delapan menit. Setau Fira orang yang masuk kerja pukul delapan pagi mulai delapan lewat tiga puluh.

"Iya, Sayang. Aku harus lebih awal berangkat kerja. Apalagi sekarang aku masih pemulaan. Semalam aku minta maaf ya. Gak kabarin kamu kalau aku pulang terlalu malam. Aku usahakan cepat pulang. Soal omongan mama, jangan didengarin, ya. Aku kerja demi calon anak kita," ucap Ervan sembari berjongkok dan memeluk istri serta perutnya yang belum terlihat itu.

Fira mengelus rambut kepala Ervan. Senang banget punya suami mau melakukan demi dirinya dan calon anaknya. Tapi di benak Fira, dia merasa akan lebih jauh dari kasih sayang dari suaminya. Apalagi Ervan mungkin tidak akan bisa cepat pulang, walau dia tidak tau pekerjaan apa yang Ervan lamar.

Firasat seorang istri pada suami, Fira mulai merasa ada yang kurang saat Ervan berangkat kerja. Merasa rasa sayang itu akan makin menghilang. Beda di mana dirinya awal-awal gembira itu menyambutnya. Ervan begitu perhatian banget rela membawa dirinya keluar untuk mencari makan.

Kini, hari demi hari yang akan Fira jalani, mulai terlihat. Ervan tidak akan seperti dulu lagi. Apakah nanti Fira akan merasa kehilangan sosok rasa cinta dan sayang dari seorang suami?

'Nak, sepertinya papa bakal jauh lebih sibuk dari sebelumnya, kamu jangan ngeyel minta ini itu, ya. Jadi anak yang baik dan penurut,' ucap Fira seakan janin itu sudah mengerti, padahal masih proses pembuahan.

****

Di kantor Alex dari tadi melamun, masih terngiang-ngiang pada kata-kata dari ibu mertua wanita dia tolong. Alberto dari tadi berdiri ikut bengong lihat tuan mudanya tidak biasa bersikap melamun seperti ini.

"Tuan, nanti malam Ibu Marika, mau mengajak Tuan untuk ...."

Alex menghembus napasnya panjang, kemudian dia bangun dari duduknya. Alberto belum selesai pada kalimatnya, melihat Alex berjalan menuju arah golden jendela yang besar, dia pun membuka golden itu. Sangat jelas pada pandangan di depan matanya. Kota, Kota yang saat ini dia kunjungi adalah Sumatera.

Kota yang sering terjadi dia alami selama bertemu dengan wanita itu. Dapat Alex simpulkan penolakan demi penolakan dari wanita itu sangat jelas. Apalagi perkataan ibu mertua nya.

"Menjual diri?" ulang Alex menyebutkan kalimat terakhir dari ibu mertua wanita itu. Bisa di tangkap wanita itu pasti mempunyai rahasia tersembunyi.

"Anak ku?" kembali dia mengulang, sampai sesuatu kalimat itu pernah dilontarkan oleh ibunya sendiri.

"Alberto!" panggil Alex.

"Iya, Tuan?" Dengan cepat Alberto menghampiri Alex.

"Selidiki wanita tadi, selidiki semua identitas tentang dirinya," titah Alex pada Alberto.

"Baik, Tuan."

Alberto pun mundur beberapa langkah, sebelum dia keluar dari kantor Alex. Dia ingin melanjutkan kalimat yang terpotong oleh Alex tadi.

*****

Hari telah malam, Ervan sedari tadi melihat jam arloji di tangannya. Sudah pukul sebelas malam, belum ada tanda apa pun yang keluar dari tempat karaoke tersebut.

Sekali lagi dia mencoba untuk memeriksa, belum sempat dia melangkah sebuah deringan ponsel miliknya pun bergetar. Ervan hendak mengangkat. Terlihat sangat berisik sekali di sana.

"Nona Chika?" panggil Ervan.

Ervan tidak dapat mendengar suara Chika. Karena di sana sangat berisik sekali.

Chika tengah menelepon kemudian dia berteriak meminta Ervan datang untuk membawa dirinya keluar dari ruangan berkaraoke. Tanpa Ervan ketahui. Ervan langsung masuk dan mencari room karaoke itu.

Di sana Chika tengah mabuk berat, bahkan ada beberapa lelaki memeluk dan membuka pakaian milik di mana Chika kenakan. Chika terus mencoba untuk menghindar. Bahkan salah satu dari lelaki itu memasukan sesuatu di minuman di mana Chika minum.

Kemudian lelaki itu pun berikan kepada Chika. Chika awal menolak lalu dia pun menerima tanpa pamli. Padahal dirinya sudah pusing sekali dan tidak sanggup meminum minuman itu.

Ervan buka pintu itu, terkejut melihat Chika hanya meninggalkan beberapa helai pakaian di sana. Seorang lelaki baru akan bersenggama dengannya. Satu pukulan dari Ervan pun mendarat ke wajah lelaki itu.

Lelaki itu meringis atas pukulan mendadak. Lelaki itu ingin membalas tapi malah di balas oleh Ervan. Ervan berusaha membawa Chika keluar dari sana. Sekaligus memakaikan jaket miliknya ke tubuh Chika.

Chika malah merasa gerah setelah dirinya ditutupi. Saat Ervan hendak memasukan Chika ke mobil. Chika malah menarik diri Ervan. Ervan tak bisa mengelak.

****

Di kamar mewah, Chika berargumentasi cinta dengan seseorang. Ervan tanpa bisa menolak bahkan dirinya merasa terbuai akan indah pada tubuh Chika. Chika merasa sentuhan itu sangat gairah.

"Aahh!"

Chika mengerang, Ervan terbuai akan cinta itu. Bahkan dirinya tidak tau bagaimana harus menolak. Walau dirinya begitu menginginkan lebih. Tetapi dia teringat Fira. Ervan pun berhenti.

Ervan benar-benar pria berengsek. "Maafkan saya, Nona. Saya bukan maksud untuk ...."

"Kenapa berhenti! Aku suka sentuhan mu, Alex! Aku tau Alex, kamu gak cinta aku, tapi aku mencintaimu, aku rela sepenuhnya berikan kehormatan ini untuk kamu. Sampai kapan pun, aku akan mendapatkan dirimu," ucap Chika. Ervan yang mendengar nama bukan dirinya. Melainkan nama seseorang tak asing di telinganya.

"Alex?"

avataravatar