webnovel

Billionaire Baby

Billionaire Baby Konten dewasa 21+ Ini kali kedua, Fira tidak akan menyangka hidupnya harus memilih dua orang bukan siapa-siapa. Cintanya telah terbagi, bahkan dia harus merelakan separuh harga dirinya untuk pria bukan status cintanya. Demi pria dia cintai, Fira harus berkorban untuk harga dirinya menjadi seorang pemuasan cinta pada pria tidak dia kenal. Bahkan dia harus merahasiakan siapa anak yang dia lahirkan. Demi martabat dirinya merelakan semua cemooh dari keluarga terdekat hingga orang dia cintai juga membencinya. Bagaimana cara Fira memilih mengorbankan dirinya difitnah atau mengorbankan anaknya ditangan pria yang tidak dia kenal? Publish tgl. 19 April 2021

Lsaywong · History
Not enough ratings
26 Chs

Bagian 19.

Alam yang cerah sekali, Ervan bersiap-siap untuk berangkat ke suatu tempat. Ya, dia sudah menyusun semua berkas yang akan dia lamar buat pekerjaan. Sejak kejadian kemarin pertengkaran kecil, Ervan memang berniat untuk melamar beberapa lowongan pekerjaan di perusahaan ternama.

Fira bangun dan hendak untuk bersihkan diri. Dia menatap sosok punggung seseorang di sana. Suaminya sudah berpakaian rapi, rambut tersisir rapi ke belakang. Bahkan jauh lebih tampan dari biasanya.

"Sayang, mau ke mana? Rapi begini?" tanya Fira pada Ervan.

Ervan menoleh dan tersenyum pada istrinya yang baru saja bangun dari mimpi nyenyaknya itu. Dia pun menghampiri istrinya dan meminta izin.

"Hari ini aku mau taruh surat lamaran pekerjaan ke perusahaan ternama, do'ain, ya, Sayang. Segera dipanggil langsung. Aku gak mau terlalu berharap sesuatu apa pun dari keluarga ini. Aku ingin kembali memulai dari awal, lalu bangun kembali benteng pertahanan rumah tangga kita untuk anak yang ada di sini," kata Ervan pada Fira.

Fira yang mendengar kata-kata dari suaminya. Fira terharu, selain itu dia merasa sangat bersyukur punya suami seperti Ervan. Mau mempertanggungjawabkan semuanya. Walau masalah kemarin sedikit heboh untuk dirinya dan juga dia.

"Tapi, uang simpan kita masih banyak kok," ucap Fira. Fira merasa tidak bisa di tinggalin. Kalau terjadi apa-apa padanya nanti, belum tentu ibu mertuanya mau berbaik dengannya.

"Uang sisa simpanan di simpan saja, buat kebutuhan pelengkapan anak kita nanti. Aku cari kerja juga buat meringankan beban kebutuhan kok, aku tidak ingin mempergunakan uang hasil pinjaman dari teman kamu," kata Ervan sambil menyentuh wajah Fira.

"Sayang, gak lama, kan?" tanya Fira. Fira benar-benar tidak suka di tinggal.

"Gak kok, aku sebentar saja, cuma taruh surat lamaran ke pos, terus pulang, atau kamu mau ikut juga?" jawab Ervan, dia juga tau istrinya tidak bisa di tinggal sendirian. Meskipun di rumah ada Kevin dan Rinda.

"Tapi Sayang mau lamar kerja, tar ke ganggu, gak?"

Ervan senyum lagi, "Gak kok, Sayang. Nanti kalau aku taruh lamar kerjaan di pos, kamu tunggu di luar atau duduk di kereta," jawab Ervan.

Fira pun ikut senyum merasa lega. "Benar juga, ya. Nanti Sayang taruh lamaran aku bisa singgah tempat lain, ya? Alfa mini gitu," gerutunya. Ervan mengangguk, "Iya, di sana ada kok. Ya sudah siap-siap dulu. Kita berangkat sama-sama," ujarnya hendak keluar dari kamar. Fira pun bergegas ke kamar mandi.

Dalam perjalanan menuju tempat di mana Ervan akan melamar sebuah pekerjaan. Kali ini Ervan menggunakan kendaraan beroda dua. Fira duduk sambil memeluk suaminya. Tidak lupa memakai masker untuk menghindari asap kenalpot di mana-mana.

Selama perjalanan, Ervan pun berhenti salah satu tempat parkiran tidak jauh dari sebuah pagar bercorak cokelat di sana. Keretanya dia parkir di sebelah warung kelontong. Fira berdiri di sana sebagai tempat berteduh. Ervan bersiap untuk memasukkan lamaran itu di pos jaga.

Setelah dimasukan ke sana, Ervan kembali, dan mereka pun melanjutkan ke tempat lain dengan alamat sudah Ervan catat. Sebelum memasukkan lagi lamaran pekerjaan, Ervan berhenti salah satu Indomaret.

"Istirahat dulu, ya, di sini. Nanti baru lanjut. Atau Sayang mau tunggu di sini dulu? Aku gak lama, tinggal beberapa meter saja buat masukin lamaran pekerjaan," ucap Ervan pada Fira.

Ervan tidak mau membuat istrinya kecapekan, apalagi dalam kondisi sedang hamil begini. Sebelum dia berangkat, ibunya sempat mengomeli dirinya. Ervan juga tidak ingin mengambil resiko, cuma Fira mau ikut apa bisa dibuat oleh Ervan sendiri.

"Ya sudah, aku tunggu di sini sampai Sayang kembali, Hati-hati, ya!" ujar Fira mengiyakan dan menurut apa yang dikatakan oleh suaminya.

Dia pun juga tidak bisa ikut terlalu jauh. Terlalu pegal duduk di kereta apalagi cuaca semakin panas. Fira pun masuk ke Indomaret sebagai tempat penyejuk suhu badannya.

****

Suara ketukan pintu, Alex baru saja memakai bajunya. Alberto muncul dan menunduk pada putra majikan tersebut.

"Tuan, ada telepon," ucap Alberto menyerahkan genggam telepon pada Alex. Alex pun menerima tanpa enggan.

"Halo!" jawab Alex pada menelepon.

[ "Alex!" ] panggilan semangat itu sudah dihafal oleh Alex. Dia pun langsung menatap Alberto tajam. Alberto hanya menunduk. Dia juga tidak bisa berbohong jika yang telepon adalah orang yang amat di benci oleh Alex sendiri.

"Ada apa? Jangan ganggu di saat aku tidak butuh dirimu!" ucap Alex ketus.

[ "Hahaha, ada apa kau bilang? Ada apa dengan dirimu sekarang? Aku dapat kabar buruk dari penasehat mu, bagaimana keadaan mu? Apa kau sudah mengingat semuanya?" ] jawab penelepon seberang tak lain adalah David.

Alex duduk sambil memakai kaus kakinya. "Sudah aku katakan berulang kali. Aku tidak ingat apa pun! Memang kenapa?" Alex tidak paham atas omongan kosong mereka.

["Apa obat aku berikan belum juga berfungsi? Mungkin aku harus menaikan levelnya supaya kau segera mengingat kembali. Oh ya? Apa kau sekarang punya luang kosong?" ]

"Kenapa?"

[ "Kesini Lah, ada yang mau aku omong kan dengan mu," ]

"Apa itu?"

[ "Kau ke sini, tempat biasa," ]

Alex pun mendengus, kemudian dia pun mematikan telepon itu. Lalu dia pun bersiap untuk keluar. Saat Alex akan buka pintu depan. Tiba-tiba muncul seseorang tak terduga. Alex terdiam mematung menatap wajah di depannya.

"Hai!" sapa Chika pada Alex.

Kali ini Chika tidak akan membiarkan Alex pergi suka-suka. Dia akan melakukan apa pun agar Alex mau bersiku lutut padanya.

"Sedang apa kau di sini? Siapa yang menyuruh kau datang ke sini? Sejak kapan kau tau aku ada di sini?" Alex bertanya pada Chika.

"Aku dateng sendiri, kau sudah lupa, kau bukannya sering bawa aku kesini? Bahkan aku tau kebiasaan kau saat lagi bete," jawab Chika santai sambil mainkan dasi milik Alex.

"Menjauh dari ku wanita cupu!" dorong Alex, dia tidak sudi disentuh oleh wanita seperti Chika.

Chika merasa tidak punya harga diri. Dia terlihat syok apa yang dilakukan oleh Alex tadi padanya. Dengan cepat dia mengatur sikapnya.

"Tunggu! Kau mau ke mana? Aku datang ke sini kalau bukan atas perintah ibumu," ucap Chika sembari merangkul lengan Alex dengan manja.

Alex berhenti, setelah apa dikatakan oleh Chika tadi. "Maksud kau?"

Chika melepaskan rangkulannya dia pun dengan sikap semanis walau sering di dengar bahwa dia cupu. "Tadi pagi Tante Marika telepon, meminta aku datang ke apartemen mu. Katanya kau sedang banyak masalah, jadi dia minta aku ...."

Tanpa Alex percaya omongan Chika dengan cepat Alex menelepon ibunya sendiri dalam hitungan menit, panggilan telepon terangkat.

"Apa benar kau meminta wanita cupu ke apartemen ku?" tanya Alex pada Marika.