7 Bab 6

"Mila... Gue kangen elo," seru Syena saat melihat kembali Kamila di mejanya. Seminggu tanpa kehadiran Kamila membuat hari-harinya terasa bosan. Tak ada teman yang bisa diajak gibah dan seru-seruan seperti Kamila. Syena berlari memeluk Kamila dengan erat.

"Aduh... Apa-apaan sih ini. Engap tahu."

Kamila bergerak-gerak agar dapat lepas dari pelukan Syena. "Ih elo ya. Ngga tahu apa kalo gue kangen banget sama elo. Seneng banget akhirnya teman gibah gue kembali. Welcome back, Mil," seru Syena kegirangan. Kamila hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol Syena.

"Ehem!"

Syena dan Kamila langsung berdiri tegang. Di hadapan mereka ada Kevin si Bos yang super duper cuek dan dingin. "Selamat pagi, Pak Kevin," sapa Kamila dan Syena.

"Pagi" jawab Kevin seperti biasa singkat, padat dan jelas. Kevin menatap wajah Kamila yang sudah tampak normal seperti biasanya lagi. "Aku dengar kamu sakit," ucapnya kaku seperti biasa.

"Iya Pak. Saya ngga enak badan tapi sekarang sudah membaik."

"Baguslah. Jaga kesehatan jangan sampai sakit lagi."

"Eh..." Kevin berdeham. "Gara-gara kamu sakit, ada banyak kerjaan saya yang terbengkalai."

"Saya minta maaf untuk itu Pak."

"Oke... Selamat bekerja." Kevin segera masuk ke ruangannya. Syena dan Kamila kembali ke tempat masing-masing.

Rutinitas pagi itu kembali seperti biasanya. Tak lama setelah Kevin tiba, Kamila mengantar teh hangat ke ruangannya. Dengan sebuah nampan ditangannya, Kamila mengetuk pintu ruang kerja Kevin beberapa kali. "Masuk." Kamila masuk ke ruangan Kevin dan meletakkan teh hangat di atas meja.

"Duduklah."

"Maaf Pak..."

"Duduk Kamila." Kamila segera duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. Kevin yang tengah berdiri di jendela besar ruangannya perlahan berjalan menuju gadis yang tengah duduk di sofa. Kamila tampak terkejut melihat Kevin begitu dekat dengannya. Ia bahkan tanpa sadar menahan nafasnya, saking dekatnya dengan wajah Kevin.

Aroma parfum maskulin yang menjadi ciri khas Kevin menusuk jantungnya, membuat jantungnya berdetak tak menentu. "Pak Kevin..."

Tubuh Mila membeku saat telapak tangan Kevin mendarat di dahinya, mencoba merasai suhu tubuhnya. "Badan mu hangat. Kamu belum sembuh benar tapi sudah berani masuk kerja," ucap Kevin menatap Kamila dengan lekat.

"Bahkan pipi kamu juga memerah karena demam," ucapnya sambil membelai pipinya dengan jari jemarinya yang kekar. Lidahnya terasa kelu. Ia hanya bisa diam membisu saat wajah Kevin semakin dekat. "Sudah saya bilang beristirahat dirumah sampai kamu benar-benar sembuh. Kamu berani melawan perintah ku sekarang, hm."

"A.. Anu Pak Kevin. A...aku sudah enakan kok. Sudah ngga demam lagi," cicit Kamila yang merasa semakin di pojokkan. "Oya? Aku tidak percaya."

Kamila mencoba mendorong dada bidang Kevin saat pria itu tiba-tiba mencium bibirnya. Kevin menahan kedua tangan Kamila dan menekan tengkuk gadis itu untuk terus mendangak. Kedua mata Kevin terpejam dan ia dapat merasakan gerakan lembut bibir Kevin di antara bibirnya.

Tanpa sadar Kamila ikut memejamkan kedua matanya dan membalas ciuman Kevin. Rasanya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, yang jelas hatinya bertabur bunga. Cukup lama keduanya berciuman hingga akhirnya Kamila tersadar lebih dulu dan segera mendorong Kevin menjauh dari tubuhnya.

Pria itu terjungkal dan Kamila segera berlari meninggalkan ruangan Kevin sembari mengucapkan kata maaf berkali-kali. Pria itu menyunggingkan senyumnya, dan mengelap sudut bibirnya yang baru saja dihisap lembut oleh Kamil. Ia menatap noda lipstik Kamila menempel di jarinya. "Am i the first?" gumamnya.

Sementata itu, Kamila berlari menuju toilet wanita. Ia masuk ke sebuah bilik dan mengunci diri di dalam sana. Ia memegangi jantungnya yang berdebar tidak karuan. Masih jelas dalam benaknya ciuman mesra yang baru saja ia dan Kevin lakukan. Kamila berteriak kencang membuat beberapa wanita yang ada di toilet dibuat kaget.

"Hish!! Ciuman pertama gue!!" rutuknya dalam hati.

***

Seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka, Kevin menjalani kegiatannya hari itu seperti biasa. Tapi tidak dengan Kamila yang salah tingkah tiap kali berduaan dengan Kevin. Gadis itu takut tiba-tiba Kevin kembali menyerangnya dengan ciuman memabukkan itu lagi, yang sudah pasti tak mungkin ia sanggup untuk menolaknya.

"Apa lagi jadwal saya hari ini?" tanya Kevin membuyarkan lamunan Kamila. Gadis itu gelagapan. Ia membuka tablet yang dipegangnya untuk memeriksa jadwal bosnya.

"Sudah tidak ada lagi jadwal, Pak. Sore ini Bapak free," ucap Kamila tanpa berani menatap Kevin. Kevin mengulum senyumnya. "Oke. Kalau begitu temani saya berbelanja."

"Baik Pak... eh apa?"

"Temani saya memilih pakaian untuk acara ulang tahun perusahaan besok malam."

"Sekarang Pak?" Kevin mengangguk. "Tapi... kenapa harus saya?" cicitnya lagi. Kevin menatap Kamila dengan lekat. "Karena kamu sekretaris saya. Lagi pula ini belum jam pulang. Kamu temani saya dulu baru boleh pulang."

Dasar! Manusia otoriter! Gerutu Kamila dalam hati.

"Saya tahu kamu mengumpati saya dalam hati kan?!" ucap Kevin tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. "Ngga usah geer ya."

"Aku ngga geer. Toh memang kamu tadi ngumpat kok. Feeling aku yang bilang begitu."

"Iyain saja lah biar kamu senang." Kamila sebal. Bibirnya mengerucut dan itu semakin membuat Kevin ingin mencicipi bibir manis itu lagi. "Kamu sengaja ya manyunin bibir kamu kayak gitu biar aku sosor lagi."

Kamila memukuli tubuh Kevin dengan kuat tapi pria itu hanya tertawa kencang. "Kamu gila Kevin. Itu first kiss aku," ucap Kamila sambil terus memukuli Kevin. Beruntunglah saat itu mobil tengah berhenti di lampu merah.

"Aku tahu. Keliatan banget canggungnya tadi." Kevin kembali tertawa. "Berengsek!!" umpat Kevin. Pria itu kembali melanjutkan perjalanan ke sebuah Mall ternama di kota Jakarta. Jalan bersanding dengan Kevin di tempat umum membuat Kamila merasa minder.

Bayangkan saja pria muda, tampan, tajir, single lagi berjalan di Mall di temani oleh seorang wanita yang berada jauh di level di bawahnya. Semua mata tertuju kepada Kevin seorang. Kamila hanya mendapati tatapan tatapan tajam dari wanita-wanita yang iri dengannya.

"Masuk."

Kevin membuka pintu sebuah butik milik perancang busana ternama. Kamila pun masuk ke dalam. Disana mereka sudah disambut oleh Igun Gunawan. Igun membawa keduanya menuju ruanh VIP yang memang sudah di sediakan. "Tumben bawa cewek? Gandengan baru ya," tanya Igun saat melihat Kamil.

"Bukan. Dia asisten gue."

"Oalah gue kira cewek lu. Tadinya gue mau patah hati tapi ngga jadi kalo begitu." Igun tertawa. Kevin menggelengkan kepalanya. Ia lebih fokus mencoba berbagai setelan yang disediakan hanya untuknya. Di saat asyik memilih dan mencoba setelan mewah, tiba-tiba Kevin mengatakan sesuatu yang membuat Kamila tercengang. "Tolong carikan gaun yang pantas untuknya yang senada dengan setelan setelan ku," ucap Kevin kepada Igun.

Igun melihat ke arah Kamila dan tersenyum penuh arti. "Oke. Elo pasti ngga akan kecewa dengan semua gaun pilihan gue," ucap Igun senang. "Bety... Tolong bawa si Mbak cantik ini ke koleksi gaun terbaru kita. Tolong cocokin sama setelan bebeb gue ya."

"Oke siap," jawab Betty asisten Igun. Belum sempat protes Kamila sudah menghilang di bawa Betty mencoba berbagai macam gaun yang tampak couple dengan Kevin. Hampir dua jam di dalam butik Igun, Kevin dan Kamila pun pulang dengan banyak sekali tas jinjing yang mereka bawa.

"Vin, buat apa beliin aku gaun sebanyak itu? Acara perusahaannya kan cuma semalam doang. Ngapain beli sebanyak itu sih. Gaji aku langsung ludes lihat harga satu gaunnya. Gila kamu ya," gerutu Kamila saat mereka dalam perjalanan pulang.

Kevin tertawa. "Aku ngga minta kamu bayar semua gaun itu, toh kan aku yang memang sengaja beliin untuk kamu."

"Tapi buat apa? Lagian aku sudah beli dress bulan lalu bareng Syena. Aku ngga butuh gaun lagi. Lagian itu gaun kenapa harus beli sih, sewa saja bisa kan. Cuma di pakai sekali doang. Sayang duit tahu," cerocos Kamila.

Kevin menatapnya. "Kenapa?"

"Sudah ngomelnya? Telinga aku sakit denger kamu ngomel terus dari tadi." Kamila menggembungkan kedua pipinya karena kesal. Kevin kembali tertawa. "Ish!! Terserah!" Kamila merajuk. Kevin terus menggodanya sampai gadis itu benar-benar tidak ngambek lagi.

avataravatar