webnovel

BB.022 HONEYMOON

"Kita pergi honeymoon." Jawabnya singkat.

*******

Lagi-lagi Jean hanya dibuat melongo oleh Dominic. Dia memang kaya, tapi Jean tidak tahu kalau Dominic bisa melakukan apapun yang dia mau, seperti tadi, mengendarai mobil seenaknya, membuat satu mall sepi dan sekarang menggunakan heli pribadi kapanpun dia mau.

"Tidak mau?" Tanya nya. Jean pun menggapai tangan Dominic dan naik ke heli itu.

"Kemana pilotnya?" Tanya Jean tidak melihat siapapun disekitar mereka.

"Aku pilotnya." Ucapnya bangga. Jean meringis. Ternyata Dominic memiliki percaya diri yang terlalu over.

"Aku tidak yakin kau bisa mengendarainya." Kata Jean. Dia memang sedikit ragu dengan Dominic, apakah dia memiliki lisensi mengemudi atau tidak.

"Aku bahkan bisa mengendarai tank, jika kau ingin tahu." Jawabnya bangga.

"Ya, ya. Aku percaya." Jean memilih mengalahkan.

"Kita belum pernah bercinta di heli. Apa kau mau mencobanya?" Diminum menggoda Jean. Entahlah, sekarang menggoda Dominic sudah menjadi hobi barunya.

Jean memilih mengalihkan pandangannya ke lain arah, takut jika Dominic melihat wajah merahnya. Seharian ini wajah Jean memerah sepanjang hari akibat perlakuan Dominic padanya. Bolehkah Jean berharap sikap manis Dominic akan seperti ini terus menerus sampai waktu berpisah itu tiba?

Dominic mulai menjalankan heli itu. Rasa takut menghampiri Jean saat baling-baling mulai berputar dan mengangkat mereka ke udara. Jean memejamkan matanya erat-erat, ini juga pertama kalinya Jean naik heli.

"Kau boleh membuka matamu." Suara Dominic menginterupsi pendengaran Jean, mau tidak mau dia membuka matanya dengan perlahan.

Mata Jean melihat sekeliling, sangat indah. Dua kata itu yang ada di dalam kepala Jean. Melihat pemandangan kota dari atas tidak pernah terpikirkan olehnya. Dominic lagi-lagi memberikan sesuatu yang mungkin Jean saja tidak pernah memikirkannya.

Kantuk tiba-tiba menerpa Jean, dia pun menutup matanya sejenak, berharap kantuk nya dapat berkurang jika dia menutup matanya meski hanya sebentar.

****

Entah sudah berapa lama Jean tertidur dengan pulasnya. Tidak ada sakit karena tidur dengan posisi duduk. Tapi tangannya menyentuh sesuatu, lembut dan empuk. Jean pun langsung membuka matanya, ternyata dia sudah tidur di sebuah kamar mewah, entah sejak kapan. Pantas saja tidurnya sangat lelap. Sejak kapan Dominic memindahkan Jean. Apa tidurnya terlalu nyenyak sampai dia tidak menyadari jika Dominic membawanya?

Jean pun baru tersadar jika lengan kekar sedang memeluk perutnya dengan erat dari belakang. Tangan penuh dengan tatto menghias kulitnya. Sikap manis yang diperlihatkan beberapa hari ini membuat hati Jean menghangat dan membuat Jean merasa jika pernikahannya seperti layaknya pernikahan sesungguhnya. Tapi jika mengingat jika pernikahan nya dengan Dominic hanya dilandasi bukan sebuah keinginan, hatinya menjadi ciut. Apa Jean sekarang menginginkan Dominic sebagai suami aslinya? Bukan suami yang kapan saja bisa membuang nya.

Jean ingin memindahkan tangan Dominic dari tubuhnya, dia ingin pergi mandi karena tubuhnya terasa lengket. Tapi semakin Jean ingin menggeser lengan besar itu, Dominic malah semakin mengeratkan tangannya.

"Dia bereaksi pada gerakan bokongmu." Ucap Dominic tiba-tiba mengejutkan Jean.

Jean ingin melepaskan diri dari pelukan erat Dominic dibelakangnya, tapi Dominic malah mengeratkan tangannya, bahkan dengan nakal meremas payudara Jean dengan keras.

"Ah.." Teriak Jean saat tangan nakal Dominic bermain-main di payudaranya.

"Kamu menginginkannya?" Dominic benar-benar gencar bermain-main, membuat Jean menahan diri agar tidak mengeluarkan desah sialan. Jean tidak mau dianggap mudah takluk oleh Dominic. Padahal nyatanya memang Jean mudah on saat Dominic menyentuhnya. Dan bahkan sangat ingin disentuh oleh Dominic. Anggap dia gila, tapi sentuhan Dominic memang membuatnya gila.

"Apa kau menahannya?" Tanya Dominic. Tentu saja dia tahu Jean sedang menahan diri. Jean memilih tidak menjawab. Sangat malu jika dia mengatakannya langsung.

"Baiklah, kita lihat, berapa lama kau akan menahannya." Dominic melancarkan aksi dengan tangannya yang menggerayangi Jean. Mulai dari payudara, mencubit nakal nipple nya lalu mengelus perut ratanya.

Dominic benar-benar membuat Jean harus berusaha keras untuk menahan diri agar tidak mendesah. Bahkan dengan kuat Jean menggigit bibir bawahnya. Bukan Dominic jika tidak tahu semua yang Jean lakukan. Semua tidak lepas dari Dominic, dia mengetahui jika Jean sedang berusaha keras menahan.

Kini Dominic semakin gencar untuk menggerayangi tubuh Jean, bukan hanya itu, tangan Dominic juga menyentuh 'milik' Jean, titik kelemahannya. Dan benar saja, baru sebentar Dominic memainkan bagian bawah Jean, dia sudah mendesah. Dominic menyunggingkan senyumnya. Dia menang, Jean kalah karena tidak bisa menahan untuk tidak mengeluarkan suara sialan itu.

"Masih mau menahannya?" Setelah mengucapkan itu Dominic menghisap ceruk leher Jean dan membalikan tubuhnya.

Dominic langsung mengungkung Jean dibawahnya. Tanpa menunggu lama, Dominic langsung melahap liar bibir Jean. Sang empunya bibir pun sudah siap menerima serangan dari Dominic yang semakin buas melakukan apapun terhadap tubuhnya.

Dominic melucuti semua yang menempel pada Jean tanpa tersisa sedikitpun. Dan tanpa penetrasi lebih, Dominic 'memasukan miliknya' tanpa aba-aba. Jean terengah dengan yang dilakukan Dominic, milik Dominic melesak 'kedalam miliknya' dengan sekali hentak. Sedikit rasa sakit pada 'miliknya' karena 'milik Dominic' yang cukup besar. Tapi entah kenapa dia menyukainya. Jean mulai terbiasa dengan semua yang dilakukan oleh Dominic. Apa Jean sudah mengerti sedikit tentang Dominic?

"Kau sudah memakainya bukan?" Tanya Dominic disela-sela permainannya. Dominic ingin memastikan jika Jean sudah melakukan apa yang diperintahkannya tentang menggunakan alat kontrasepsi agar mencegah kehamilannya.

"What?" Tanya Jean bingung. Tentu saja akan bingung disela-sela permainan, dan Dominic bertanya.

Dominic tiba-tiba menghentikan gerakannya. "Kau tidak memakai yang aku bilang? Pencegah hamil?" Ucapnya lagi memastikan.

"Aku memakainya." Jawab Jean cepat. Ternyara dia menghawatirkan itu. Pikir Jean.

Dominic kembali menggerakan tubuhnya setelah mendengar jawaban Jean, bahkan dengan sangat liar seakan tidak ada hari esok. Memompa dengan tempo yang cepat.

Mereka melakukan lagi dan lagi, entah sudah kesekian kalinya. Jika orang lain berbulan madu menikmati suasana tempat yang di datangi, tapi untuk Dominic, dia lebih suka menghabiskan waktunya di ranjang dengan Jean. Aneh memang, tapi sekali lagi Jean katakan, dia menyukai semua yang Dominic lakukan.

Jean menatap Dominic yang sedang tertidur pulas. Jean heran dengan Dominic yang tidak ada lelahnya melakukan 'itu' seolah semua tenaganya tidak akan habis meski terus di gempur. Tangan Jean dengan sendirinya terulur, mengelus hidung mancung Dominic, pria dengan sejuta ke misteriusannya membuat Jean merasakan apa yang belum pernah dia rasakan.

"Apa aku boleh mengenalmu lebih jauh?" Lirih Jean sebelum dia menutup matanya menjemput mimpi yang sudah menunggunya.

Mata Dominic tiba-tiba terbuka, ternyata dia tidak tertidur dan mendengar yang diucapkan oleh Jean. "Jangan terlibat jauh, karena orang didekatku selalu menghilang. Aku tidak mau merasakan itu lagi." Jawabnya tanpa diketahui oleh Jean karena dia sudah terlelap. Dominic berdiri dan memakai brief nya, lalu mengambil ponsel di atas nakas. Dia menekan tombol call kepada seseorang entah siapa.

"Bagaiamana dengan penyusup?" Tanya Dominic to the poin pada lawan bicaranya.

"Masih belum bergerak jauh." Jawab si lawan bicara.

"Perketat disekitar, aku tidak mau sampai terjadi sesuatu." Setelah mengucapkan itu, Dominic langsung mematikan panggilannya.

"Lalat merepotkan." Ucapnya. Dominic pergi beranjak ke kamar mandi, mendinginkan kepala adalah hal yang tepat untuk saat ini. Ada bs aja disaat dirinya ingin beristirahat selalu ada pengganggu. Tapi sebelum melangkah, Dominic menatap Jean yang sudah terlelap dalam tidurnya. Tanpa mengatakan apapun, Dominic meninggalkan Jean.

***

Jean dan Dominic sedang lunch bersama. Mengisi perut sebelum keberangkatan untuk pulang. Ya, mereka menyelesaikan bulan madu yang sangat tidak romantis ini dengan singkat. Dominic tidak mengizinkan Jean keluar, atau tidak mengajaknya keluar dari villa yang mereka tempati. Jean sempat kesal karena mereka hanya berdiam diri di dalam kamar, tapi kekesalannya hilang seketika saat Dominic menatapnya dengan tatapan berkabut. Dia tidak tahu kenapa sangat menyukai Dominic saat diliputi dengan kabut gairah. Jean bahkan berpikir, apa dia sudah menjadi hypersex? Entahlah, apapun yang Dominic lakukan dia selalu menyukainya. Ini sudah kesekian kalinya Jean mengatakan itu.

"Jika ada kesempatan, kita akan melakukan perjalanan kembali. Aku ingin sekali melihatmu dalam balutan kain tipis sialan itu." Ucapnya mengingat jika sebelum mereka melakukan perjalanan, Dominic mengambil satu lingerie yang dibeli di mall itu. Cara mengucapkannya biasa saja tapi membuat Jean terkekeh pelan. Dia tahu jika Dominic kesal karena tidak mendapat apa yang dia mau.

"Kenapa kau tertawa?" Tanya Dominic bingung.

Dengan cepat Jean menggelengkan kepalanya. "Tidak ada." Takut jika mood Dominic menjadi dingin kembali. Sedikit perubahan yang dialami Dominic membuat Jean senang.

"Apa kau menantang ku untuk melakukan disini dengan pakaian sialan itu?" Sifat mesum nya kembali lagi, pikir Jean.

Jean memilih diam tidak menjawab. Mengacuhkan tingkat kemesuman suaminya sesuatu yang harus dilakukannya. Kalaupun dia menjawab, pasti tidak akan ada habisnya, dan Jean pastikan dia sudah berada di dalam kungkungan pria panas itu.

Dan tentu saja Jean akan dengan senang hati meladeni Dominic, yang kini perlahan masuk kedalam kehidupannya.

***