1 Undangan

Luis mengamati semuanya karena ia duduk di tempat tertinggi sehingga leluasa memantau setiap sudut dari ruangan ia berada malam ini. Pentas seni budaya dengan menghadirkan seorang bintang tamu berbakat.

Gegap gempita terdengar di auditorium balai kota karena gemuruh tepukan tangan dari para penonton, yang menyaksikan pertunjukan dari Adelia Sanusi, salah satu soprano muda terbaik di kota Selatan.

Adelia baru saja selesai menampilkan lagu terbarunya setelah memenangkan perlombaan kompetisi penyanyi terbaik untuk soprano muda usia 17 sampai 25 tahun di negerinya, dua minggu yang lalu.

Luis tidak berkedip sepanjang Adelia tampil dan ia mulai bergerak ke belakang podium begitu layar di panggung tertutup sedikit demi sedikit, sampai Adelia sudah boleh turun dari tangga menuju ruang gantinya.

Sekejap mata, Luis sudah berada di antara para pengisi acara dan tetap mengikuti pergerakan Adelia dalam diam. Ia melihat seorang laki-laki selalu berada di samping penyanyi bersuara tinggi tadi.

Luis belum tahu kalau pemuda itu adalah sahabat terbaik Adelia yang dipanggil Robi, yang juga sekaligus adalah manejernya, yang menyambutnya di bawah tangga panggung dan langsung bergegas mengiringi langkah Adelia.

Dengan telinga tajamnya Luis bisa mendengar percakapan antara Adelia dan Robi.

"Aku tahu ini berita yang tidak ingin kamu dengar namun ponselmu sudah berbunyi sejak kamu naik panggung tadi. Aku tidak mungkin mengabaikan deringnya karena ini panggilan dari ibumu."

"Kamu sudah menjawabnya?" balas Lia.

"Tidak banyak. Aku hanya mengatakan bahwa kamu sedang pentas di atas panggung sehingga tidak bisa bicara. Tapi ibumu benar-benar mendesak agar kamu segera mengontaknya kembali begitu kamu turun dari panggung."

"Berikan ponselku!"

Robi mengikuti perkataan sahabatnya.

Setelah ponsel Lia terima, ia terlihat berjalan agak menjauh dan mulai mengutak atik ponselnya agar bisa berbicara dengan ibunya, menuruti pesan yang Robi sampaikan.

Lia mengambil posisi agak menjauh untuk menghindari keramaian di belakang panggung.

Tak lama kemudian dia sudah kembali mendekati Robi dan langsung mengajaknya segera keluar dari ruangan itu menuju rumah sakit tanpa mengganti gaunnya.

"Aku tahu kita harus berhati-hati, tapi kita secepatnya harus sampai di rumah sakit karena ayahku sedang kritis."

"Apa yang terjadi pada Om Sanusi?" tanya Robi.

"Ibu tidak mau memberitahuku jadi sebaiknya kita segera sampai di sana untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi."

Pergerakan kedua orang itu tidak lepas dari pengamatan dan pendengaran Luis.

Setiap orang yang memandang ke arah Luis, tidak akan pernah bisa melihat wujudnya langsung, melainkan sosok Antonio. Pria tampan yang kaya raya, putra tunggal dari penguasa kota Selatan.

Luis bisa hadir dalam acara bergengsi malam ini dan terpikat pada Adelia karena ia tinggal nyaman dalam raga Antonio.

Pemuda tampan itu tergila-gila dengan musik dan ia selalu mengikuti konser alunan tangga nada yang diadakan di kotanya.

Hobi yang sangat membosankan namun dengan mendengarkan musik, Antonio merasa ia mencapai puncak kenikmatan yang tidak ia dapatkan dari suguhan jenis hiburan lainnya.

Mata tajam Antonio terus mengamati Adelia dan begitu wanita itu terlihat sendirian di depan lobi, Antonio beserta dua orang kepercayaannya mempercepat langkah mereka untuk mendekati Adelia.

Sementara tidak jauh dari sana, Robi sedang mengeluarkan mobil dari pelataran gedung balai pertemuan kota itu, agar mereka bisa menuju rumah sakit di mana tuan Sanusi, ayah dari Adelia sedang dirawat.

Sambil menunggu Robi mengambil mobil, Adelia berdiri di bagian pintu masuk gedung.

Begitu mobil Robi sudah berhenti di depan Lia dan saat ia ingin naik, sebuah tangan kekar menahan lengannya.

"Maaf, Nona Adelia ada yang ingin bertemu dengan Anda," kata seorang laki-laki dengan pakaian hitam-hitam pada Adelia.

Adelia membalik badannya dan matanya bersitatap dengan Antonio.

Hanya sesaat tapi Antonio mengakui kalau perempuan di depannya ini luar biasa jelita. Tidak hanya suaranya yang merasuk sampai ke dalam sanubari, tapi kecantikannya juga tak terkatakan dan mustahil terlupakan.

Melihat Adelia gagal naik ke mobil bahkan didekati oleh laki-laki, melalui kaca jendela, Robi bergegas membuka pintu mobilnya dan meloncat turun dari kursi pengemudi dan setengah berlari mendekati Adelia.

"Sebentar, ada yang bisa kami bantu? Maaf, tapi nona Adelia punya acara lain setelah ini," ucap Robi segera menjauhkan penyanyinya dari antara tiga orang pria yang berdiri di belakang Lia.

Robi membuka pintu mobil dan berbisik pada Lia untuk segera naik dan menunggu di dalam.

Antonio yang sudah tidak sabar dengan semua perilaku Robi akhirnya bersuara.

"Anda punya hubungan apa dengan Nona Adelia?" katanya mengeluarkan suara baritonnya.

"Saya manejer dari Nona Adelia."

"Kebetulan sekali, saya ingin mengundang Nona Adelia untuk hadir dalam acara ulang tahun saya besok malam. Silakan berikan undangannya!" ucap Antonio pada salah satu pengawalnya.

"Terima kasih. Akan kami pertimbangkan. Jika saya ingin mengonfirmasi kehadiran dari Nona Adelia, ke mana saya bisa hubungi?" tanya Robi menjalankan perannya sebagai seorang manejer.

Antonio, si pemilik suara bariton, langsung mengeluarkan sebuah kartu nama dan diberikan pada Robi.

Antonio menatap sinis pada pria yang mengaku sebagai manejer itu, yang pamit pada mereka setelah menerima kartu nama darinya, bahkan tidak sempat melirik atau membacanya sedikit pun, karena terlihat bergegas meninggalkan tempat itu.

Antonio memdengus lalu berkata sambil memandang pengawalnya yang tadi tidak berbicara dengan Adelia, "Salah satu dari kalian ikuti mereka dengan mobil. Berikan aku laporan per jam apa yang dilakukan oleh perempuan itu. Tetap ikuti mereka sampai penyanyi itu pulang ke rumahnya. Kamu, ikut aku pulang dengan taksi."

Tanpa banyak tanya, kedua pengawal dari Antonio langsung membagi diri setelah memdengar perintah tegas dari tuan mereka.

Di dalam taksi, Luis terus merasuki pikiran Antonio.

'Tidakkah menurutmu biduanita tadi luar biasa cantik? Mengapa kamu tidak siapkan rencana khusus untuk memikat dia besok malam?

Jangan sampai dia jatuh ke tangan pria lain! Kalau kamu masih belum percaya, sebenarnya dia akan jadi pengantinmu yang sempurna!

Beli dia dan jadikan dia sebagai biduanita pribadimu.

Kamu tidak perlu berkeliling dari satu pertunjukan ke pertunjukan lainnya karena sudah ada Adelia yang menjamumu setiap saat.

Kamu bahkan akan mendapatkan lebih dari sekedar suaranya jika kamu mengikuti semua yang aku perintahkan.

Jangan ragu, dia pasti akan datang besok.

Rencanakan sesuatu yang bisa membuat kalian berdua bertemu kembali di tempat dan waktu yang berbeda.'

Sementara di mobil yang berbeda, salah satu pengawal Antonio sudah berada tepat di belakang mobil dari Robi.

Pengawal itu memarkir mobilnya lalu ia mengikuti Robi dan Lia dari jarak yang aman.

Penguntit itu mengamati kalau begitu mereka sampai di parkiran rumah sakit, Robby dengan cekatan mencari tempat yang kosong untuk memarkir mobilnya.

Tak lama kemudian, keduanya terlihat sudah turun dari mobil dan bergegas menuju kamar VIP di mana Ayah Adelia berada.

Orang suruhan Antonio juga tidak melepaskan pandangannya dari mereka karena setengah jam lagi ia harus melaporkan hasil kerjanya pada majikannya.

*Bersambung*

avataravatar
Next chapter