22 PENGORBANAN JOHAN (3)

"Johannn!" panggil Dealova dengan suara tercekat, matanya berkaca-kaca melihat Johan yang tersenyum padanya dengan tatapan penuh cinta.

Dealova menghampiri dan memeluk erat tubuh Johan.

"Kenapa kamu melakukan ini Jo? apa kamu tidak berpikir kalau kamu bisa di penjara karena hal ini." ucap Dealova dengan hati yang hancur melihat Johan rela mengorbankan dirinya di penjara demi dirinya.

"Love, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkanmu dari tuduhan keluarga Bara." ucap Johan tidak menyesal dengan apa yang telah di lakukannya, tapi hatinya terasa sakit saat tidak bisa lagi menemani dan menjaga Dealova.

"Dengar Jo, aku berjanji padamu...aku akan segera membebaskanmu dari penjara ini, aku berjanji padamu." Ucap Dealova tanpa malu di hadapan polisi mengecup bibir Johan dengan penuh perasaan.

Hati Johan terasa damai dan bahagia, tidak ada kata menyesal walaupun dia harus di penjara seumur hidupnya asal hati dan cinta Dealova hanya untuknya.

"Love, malu di lihat orang." bisik Johan dengan wajahnya yang blushing, karena kecupan mendadak Dealova yang sudah lama menjadi candu baginya.

"Biarkan saja, siapa yang suruh melihat kita." ucap Dealova mengusap bibir Johan yang belepotan terkena lipstiknya.

"Love, pulanglah dan istirahatlah di rumah." ucap Johan merasa kasihan melihat wajah Dealova yang terlihat sangat lelah.

"Aku tidak akan pulang Jo, aku akan ke rumah si Bengis Bara, aku akan menghajarnya atas tindakannya kali ini, aku akan memintanya membebaskanmu." ucap Dealova mengusap wajah Johan, entah apa yang terjadi pada hatinya sejak mengetahui perasaan cinta Johan, dan semua yang di lakukan Johan untuknya membuat dirinya semakin menyayangi Johan.

"Jangan lakukan kalau kamu nanti mendapat masalah Love, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu." ucap Johan dengan cemas.

"Terimakasih Jo, aku akan hati-hati kamu jangan cemas ya." ucap Dealova kembali mengecup bibir Johan dengan lembut.

"Aku pergi Jo." ucap Dealova lagi kemudian pergi keluar dari kantor polisi dan memanggil salah satu ojek untuk mengantarnya ke rumah Bara.

***

Di kediaman rumah Bara, Bik Narti yang sedang menggendong Chelo terkejut melihat Bara keluar dari kamarnya dengan sedikit oleng sambil memegang kepalanya.

"Tuan Besar? apa yang terjadi pada Tuan?" tanya Bik Narti sambil mendudukkan Chelo di sofa ruang tengah.

"Kepalaku terasa berat sekali Bik, jam berapa sekarang?" tanya Bara sambil duduk di dekat Chelo yang masih terlihat lemas.

"Sudah mau sore Tuan Besar." ucap Bik Narti yang tak mengerti apa yang terjadi pada Bara sampai tidak keluar kamar bahkan tidak bekerja.

"Kenapa Bik Narti tidak membangunkan aku? dan ini kenapa Chelo terlihat sakit? bukannya kemarin tidak kenapa-kenapa?" tanya Bara meraba kening Chelo yang sedikit hangat.

"Sudah dari pagi saya membangunkan Tuan Besar, tapi Tuan tidak bangun-bangun, saya pikir Tuan terlalu capek karena dari semalam bekerja sampai larut malam, dan yang terjadi pada Tuan muda dia sakit dari semalam, tadi pagi sudah di antar Non Nita ke Dokter Bagus." ucap Bik Narti yang tidak tahu kalau Georgina melaporkan Dealova pada polisi untuk menangkap Dealova dengan tuduhan penculikan.

"Apa Bik? apa tadi pagi Nita ke sini?" tanya Bara dengan hatinya yang tiba-tiba berdebar-debar aneh.

"Ya Tuan, karena Tuan muda demamnya tinggi dan Tuan Besar belum bangun, saya menelpon Non Nita untuk meminta tolong mengantar Tuan Muda ke Dokter Bagus." ucap Bik Narti.

"Sekarang di mana Nita Bik?" tanya Bara dengan hati yang merasa lega dan tidak menyesal telah menarik tuntutannya pada Dealova, dengan apa yang di lakukan Dealova pada putranya sekarang.

"Saya tidak tahu Tuan Besar, karena sepulang saya dari pasar Tuan muda sudah di kamarnya." ucap Bik Narti yang sama sekali tidak mengerti.

"Papi...papi..Tante Nita tadi di bawa sama polisi." sahut Chelo yang tiba-tiba bicara setelah sekian lama diam.

"Apa yang kamu katakan Son?" tanya Bara mengangkat Chelo dan memangkunya.

"Tante Nita di bawa pak polisi Papi, aku di antar pulang sama pak polisi." ucap Chelo lagi yang membuat Bara penasaran.

"Tante Nita di tangkap pak polisi di mana sayang?" tanya Bara menatap mata bening Chelo.

"Di rumah Uncle Bagus." ucap Chelo dengan jujur.

Bara terdiam memikirkan apa yang di katakan Chelo, sungguh Bara semakin penasaran ingin tahu apa yang terjadi.

"Em, Chelo sayang, sekarang Chelo istirahat di kamar ya biar cepat sembuh, papi mau mandi dulu setelah itu Papi temani Chelo."ucap Bara mengecup kening Chelo dengan penuh kasih sayang.

"Bik Narti, tolong bawa Chelo ke kamar dan di rawat biar segar ya Bik." ucap Bara yang ingin segera kembali ke kamarnya untuk menghubungi Bagus agar tahu apa yang sedang terjadi.

Dan Bara sendiripun heran dengan dirinya, kenapa dia tidak terbangun dari semalam dan saat bangun juga merasakan pusing yang luar biasa.

"Apa aku terlalu banyak minum semalam? dan kenapa hatiku begitu sakit dengan penolakan Kanita? sampai aku harus minum hanya ingin melupakan Kanita, apa aku telah menyukai Kanita?" gumam Bara sambil menekan pelipisnya berjalan berniat ke kamarnya, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara teriakan seorang wanita yang sudah tidak asing lagi di telinganya.

"Tuan Bara!!!" teriak Dealova tanpa permisi lagi menghampiri Bara dan melayangkan tinjunya sekeras-kerasnya pada perut Bara, hingga Bara membungkuk memegang perutnya sambil terbatuk-batuk.

"Uhuk.. uhuk.. uhuk, apa yang kamu lakukan Nona Nita?" tanya Bara tak mengerti kenapa tiba-tiba Dealova memukulnya dengan sangat keras.

"Itu ganjaran yang pantas buat orang yang tidak tahu terimakasih!! aku pagi-pagi ke sini membawa Chelo ke dokter malah kamu tega memanggil polisi untuk menangkapku!! dasar manusia tidak punya perasaan!" ucap Dealova hendak melayangkan lagi tinjunya namun dengan sigap tangan Bara menangkapnya dan menarik tubuh Dealova dalam pelukannya.

"Lepaskan aku Tuan Bara!!" teriak Dealova sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Bara.

"Aku tidak akan melepasnya, sebelum kamu berjanji untuk tenang dan kita bicarakan secara baik-baik, oke!" ucap Bara dengan nafasnya sedikit sesak dengan harum wangi rambut Dealova yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Aku tidak sudi bicara baik-baik pada manusia yang tidak punya hati, kamu sudah sangat kejam menuntut aku dengan ancaman bodoh itu!! apalagi dengan pengacaramu yang maniak seks!! dan sekarang kamu masih mengelak setelah menuduhku menculik Chelo dengan memanggil polisi." ucap Dealova masih meronta ingin lepas dari pelukan Bara.

"Apa yang kamu tuduhkan itu tidak benar Nona Nita, dan bukan aku yang melakukannya." ucap Bara dengan wajah serius.

"Aku tidak akan percaya padamu Tuan Bara? apa kamu bisa membuktikannya?" tanya Dealova dengan perasaan tak percaya.

"Aku akan segera membuktikannya tapi kamu harus berjanji untuk bersikap baik dan tidak memukulku lagi, oke?" ucap Bara menatap dalam kedua mata Dealova yang punya mata coklat hazel.

avataravatar
Next chapter