1 Prolog

"Di jodohin?"

Aldi membelalakkan matanya saat Mamanya mengatakan jika ia akan di jodohkan dengan anak dari sahabatnya. Ia tak menyangka akan mengalami nasib seperti Siti Nurbaya.

Aldi bergidik ngeri, membayang seperti apa jika ia benar-benar akan di jodohkan, "Aldi nggak mau, Ma."

Mellina, Mama Aldi memandang anaknya itu dengan tegas, "Ini udah kesepatakan. Dan kamu nggak bisa nolak!"

"Aldi udah punya pacar. Aldi nggak maulah, di jodohin kayak gitu." Aldi keras kepala. Ia memang sudah memiliki kekasih, Tania namanya.

"Ini udah kesepakatan keluarga kita dan keluarga calon istri kamu." Mellina membuka majalah miliknya. Tak peduli dengan Aldi yang kini menggerutu tak jelas.

Aldi memijat pelipisnya, "Mama ngertiin Aldi, lah. Masa di jodohin." Aldi juga bergidik ngeri saat Mamanya berkata calon istri.

Mellina menutup majalahnya. Menatap Aldi dengan raut wajah sedih. Kesepakatan antara keluarga ini tak bisa di tolak lagi, "Ini relasi bisnis, Aldi. Kamu yang harusnya ngertiin keluarga kita."

"Tapi Aldi nggak mau di jodohin. Kayak nggak ada cara yang lain aja."

"Gini, deh. Mama ngasih kelonggaran buat kamu." Mellina tampak menimang-minang antara mengatakan apa tidak kepada Aldi. Ini adalah cara kedua mereka untuk menyatukan Aldi dan calon istrinya, "Kamu harus tinggal serumah sama gadis itu selama tiga bulan berdua. Anggap aja sebagai masa penjajakan. Kalo kalian ternyata saling suka, perjodohan itu akan di laksanan. Kalo kalian tetap nggak saling suka. Mama nyerah."

"Gilaa!" Aldi refleks berteriak. Ia berdiri dari duduknya, "Aldi nggak mau tinggal berdua sama cewek yang bahkan nggak Aldi kenal. Mama gila, ya."

Mellina juga ikut berdiri dari duduknya. Ia menepuk pundak anak semata wayangnya itu dan tersenyum miris, "Kamu udah nggak punya pilihan lain. Besok, kamu akan pergi ke Jakarta. Kepindahan kamu udah Mama urus semuanya."

Setelah mengatakan itu, Mellina pergi meninggalkan Aldi yang kini menggeram kesal. Ia sudah tak bisa menolak keinginan Mamanya. Sekarang yang Aldi pikirkan adalah, bagaimana ia menjelaskan semua ini kepada Tania. Dan bagaimana kehidupannya bersama gadis yang sama sekali tak ia kenal. Memikirkan itu semua membuat kepala Aldi berdenyut tak karuan.

👋👋👋

"Dijodohin?"

Salsha reflex bangkit dari tidurnya kala Helen, Mamanya mengatakan jika ia akan dijodohkan. Mata yang sedari tadi mengantuk sekarang sudah berubah menjadi terang.

"Mama becanda, 'kan? Salsha masih tujuh belas tahun, loh. Masa mau di jodohin, sih. Aneh-aneh aja." Salsha bergidik ngeri membayangkan seperti apa bila ia di jodohkan.

"Ini nggak becanda, sayang." Helen mengusap rambut putri semata wayangnya, "Papa kamu udah ngejodohin kamu sama anak temannya sejak kamu kecil. Dan itu udah amanat."

"Ya tapi kan Papa udah meninggal, jadi perjodohan itu juga batal dong." Salsha mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana mungkin ia harus di jodohkan saat usianya baru tujuh belas tahun.

"Perjodohan itu tetap akan berlangsung. Itu wasiat Papa kamu. Keluarganya baik, jadi anaknya juga pasti baik. Kamu nggak bisa nolak lagi." Helen bersikukuh. Ini memang wasiat dari Almarhum suaminya semasa hidup. Selain itu perjodohan ini juga untuk memperkuat perusahaan kedua keluarga tersebut.

Salsha beranjak dari kasurnya dan berjalan ke jendela kamarnya. Menghirup aroma segar, "Pokoknya Salsha nggak mau dijodohin, Ma. Salsha bukan anak kecil lagi dan Salsha juga bisa nyari calon menantu yang lebih baik dan lebih kaya dari keluarga itu."

Helen tersenyum singkat, ia mendekati Salsha dan mengusap rambut putri semata wayangnya itu, "Baik kamu ataupun dia nggak bisa nolak perjodohan ini, sayang. Kedua keluarga sudah sepakat buat ngasih kalian waktu tiga bulan untuk saling mengenal. Nanti sore calon suami kamu datang kesini. Dan kalian tinggal serumah. Setelah tiga bulan, terserah kalian mau lanjut atau membatalkan perjodohan ini." Helen mengedipkan matanya dan keluar dari kamar Salsha.

Salsha menghentakkan kakinya kesal, Ia tak ingin di jodohkan dengan siapapun. Lagipula, Salsha sudah punya gebetan, Farel namanya. Yang akan jauh lebih baik daripada lelaki yang akan di jodohkan dengannya.

"Gue bakal bikin dia illfeel sama gue dan nggak nerima perjodohan itu. Farel pasti jauh lebih baik dari dia. Aaaaa, gue nggak mau di jodohin."

Salsha tersenyum saat mendapatkan ide-ide yang menarik untuk membatalkan perjodohan itu. Ia akan berusaha sekuat tenaga agar perjodohan itu tidak akan pernah terjadi dan hubungannya dengan Farel akan semakin dekat.

avataravatar
Next chapter