webnovel

Sebuah Postingan

Mobil Wat sudah masuk ke dalam area rumah sakit dan ia segera mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Lin dan Wat sama-sama melepas seat belt mereka dan segera keluar dari mobil.

Wat menghampiri Lin dan menggenggam tangan Lin, kemudian keduanya melangkahkan kaki bersamaan menuju ke tempat yang sudah diberitahu sebelumnya oleh ibu Lin.

Kaki mereka melangkah menuju ke ruang tunggu anak, dimana ibu Lin sedang mengantre untuk memeriksakan Pin dan Nas.

"Belum masuk, bu?" tanya Lin.

"Dua nomor antrean lagi. Kalian berdua saja ya, yang masuk. Ibu dan ayah akan menunggu di sini."

"Iya, bu …," jawab Lin, mengambil alih Nas dari pangkuan neneknya.

"Nas … jangan sakit, ya sayang …," ujar Lin sembari memeluk anak perempuannya.

Sementara Wat, juga sudah memangku Pin lebih dulu. Pin dan Nas sedang tidak tidur dan untung saja mereka juga tidak rewel, meski suhu keduanya masih tinggi.

Ckrek!

Terdengar suara kamera dari sebuah ponsel dan itu berasal dari ponsel Wat. Ia mengambil potret dirinya sendiri yang sedang mendekap Pin.

Lin tersenyum, ia menghampiri Wat dan duduk di sebelahnya.

"Kamu foto apa?" tanya Lin.

"Lihat saja di media sosial," jawab Wat.

"Kamu tahu sendiri, aku jarang mengakses media sosial," balas Lin.

Wat memberikan ponselnya kepada Lin.

Lin tersesenyum menerimanya. Ia melihat Wat memposting foto dirinya sedang mendekap seorang anak –Pin- dan disertai caption, 'Good well soon, twins'.

Lin tersenyum, melipat kedua bibirnya.

"Kenapa?" tanya Wat.

"Hm? T—tidak. Tidak apa-apa," jawab Lin gelagapan.

"Kamu senang?" tanya Wat lagi.

"Hah? A—apa? A—aku bi—"

Wat mengambil ponsel miliknya dari tangan Lin dan segera mengalihkan menunya ke kamera. Ia mengambil potret Lin yang sedang melamun melihat ke arahnya.

Ckrek!

"Wat?! Kamu memotretku?" tanya Lin kesal.

Wat terkekeh. Ia tidak segan untuk memposting foto Lin yang terlihat dalam pose yang tidak bagus, namun tetap saja memperlihatkan kecantikannya.

"Wat!"

"Anak Pin Gonataurus dan Nas Wyanataurus," panggilan dari seorang suster yang membuka pintu ruangan dokter spesialis anak itu.

"Sudah-sudah … jangan ribut di sini. Segera masuk," ujar ibu Lin –Nam-, meminta Lin dan Wat untuk segera masuk ke dalam ruangan dokter spesialis anak itu.

Lin dan Wat segera masuk bersama Pin dan Nas yang berada dalam dekapan mereka.

Lin dan Wat duduk untuk berkonsultasi dengan dokter anak itu.

Sang dokter meminta Lin dan Wat secara bergantian membaringkan anaknya di atas brankar untuk di periksa.

Nas menangis, sepertinya ia takut dan merasa asing dengan suasana ruangan dokter tersebut.

"Sudah, gantian kembarannya," ujar sang dokter yang baru saja selesai mendiagnosa Nas dengan stetoskopnya.

Pemeriksaan itu tidak memakan banyak waktu.

Dokter segera memberikan resep sembari memaparkan mengenai sakit Pin dan Nas.

"Bapak dan ibu adalah orang tuanya?" tanya sang dokter.

"Iya, dok. Saya papanya dan ini istri saya."

"Oh … masih sangat muda ya, untuk memiliki anak kembar seperti ini. Anak Pin dan Nas hanya kelelahan saja karena di usia mereka, sedang aktif-aktifnya. Nanti setelah diberi obat penurun panas, demamnya juga akan reda. Mereka juga sepertinya sedang tumbuh gigi, jadi sering rewel," papar dokter yang baru saja selesai menuliskan resep.

***

Win mengambil ponselnya. Ia melihat media sosial miliknya, namun mata Win menyorot pada beranda yang kini sedang terpampang nama Wat. Ia tertarik untuk melihat aktivitas yang baru saja di posting oleh Wat.

Win tersenyum, memutuskan untuk melihat postingan tersebut.

Tapi tidak saat ia melihat apa yang diposting oleh Wat.

"W—wat?"

Mata Win membesar, melihat wajah Lin terpampang jelas di status harian media sosial milik Wat.

Win lemas seketika. Merasa telah dibodohi oleh Wat yang kesannya masih mencintai dan tidak bisa melepaskan Lin.

"Tidak perlu jadi kekasih pura-pura, aku juga tidak akan mengejar Lin lagi, Wat. Kalau sudah seperti ini, yang kecewa adalah aku. Kamu sangat bisa membuat semua yang melihatmu jatuh cinta seketika, termasuk aku."

***

"Aku besok tidak kuliah, Wat. Aku akan menjaga twins. Sebagai seorang ibu, harusnya aku yang menjaga dan merawatnya. Bukan dititipkan pada neneknya," ujar Lin, mengeluh atas tanggung jawabnya sebagai ibu yang belum bisa diandalkan.

"Jangan berbicara seperti itu. Kamu adalah mama terbaik untuk Pin dan Nas."

"Seharusnya aku mendengarkan perkataanmu. Di rumah saja, menjaga Pin dan Nas."

"Sudah, jangan menyalahkan diri sendiri karena keadaan. Besok aku akan izin tidak kuliah dan akan menemani kamu menjaga dan merawat anak-anak kita," ujar Wat.

"Wat—"

"Aku tidak menerima protes apapun. Aku papa mereka dan aku juga bertanggung jawab untuk menjaga dan juga merawatnya," ujar Wat, memotong perkatan Lin.

Lin tersenyum dan mengangguk. Ia memang benar-benar membutuhkan bantuan Wat untuk menjaga dan merawat si kembar.

***

Pagi menyambut dengan sinar mentari yang menyelinap dari balik tirai yang menutupi jendela kamar Lin dan Wat. Lin kembali menarik selimut dan melanjutkan tidurnya.

Tidak.

Ia membuka matanya dengan lebar, seolah ada yang membuatnya tiba-tiba terkejut.

"Anak-anak," gumamnya, langsung beranjak duduk.

Ia melihat ke sebelah, sang suami sudah tidak ada di tempat tidur.

'Wat mana, ya?' batin Lin bertanya-tanya.

Lin membuka selimutnya dan menurunkan kakinya dari tempat tidur.

Ia segera berdiri, berjalan menuju ke jendela kamarnya dan membuka tirai yang seolah memberontak, ingin memberikan izin kepada sang surya untuk menerangi dan juga memberikan kehangatan di kamar itu.

Setelah itu, Lin berjalan keluar dari kamarnya. Melihat seisi rumahnya yang sepi.

"Wat kemana, ya?"

Terdengar suara rengekkan, entah suara Pin atau Nas.

Membuat Lin tergerak untuk segera menghampiri kamar anak kembaranya itu.

Cklek

Lin membuka pintu kamar Pin dan Nas. Ia mendapati sang suami sedang memakaikan popok kepada Pin dan mengajaknya bergurau. Sementara Nas, berada di sebelah Pin, sedang memegang botol susunya.

Wat menoleh ke arah Lin yang masih berdiri di mulut pintu.

"Lin, sudah bangun?" tanya Wat.

Lin tersenyum dan mengangguk.

Ia juga menghampiri Wat dan duduk di sebelahnya.

Lin menyandarkan kepalanya di bahu sang suami, sembari memejamkan matanya, masih mengantuk.

"Tidur lagi saja kalau masih mengantuk," ujar Wat, sembari mengusap kepala Lin, pelan.

Lin menggelengkan kepalanya. Ia menegakkan tubuhnya, tidak lagi bersandar.

Lin memberikan senyumannya kepada Wat dan membalas mengusap kepala Wat. Namun ia jadi mengacak-acak rambut sang suami.

"Terima kasih ya … sudah menggantikan aku pagi ini. Titip anak-anak lagi, ya … aku akan membuatkan sarapan untuk kita. Kamu mau sarapan apa, Wat?"

"Apapun yang kamu masakkan, Lin. Pergilah, aku yang akan menjaga mereka."

Lin tersenyum, kemudian beranjak dari tempat ia duduk.

Next chapter