webnovel

1. Perang dan Kematian

28 Juli 2048

Boom!

Suara ledakan terdengar di sebuah kota kecil di pinggiran Jakarta.

Bom itu berhasil meruntuhkan dua gedung pencakar langit yang ada di kota tersebut.

"Reyhan! Hentikan semua ini, tidak akan ada akhir yang baik bila kita meneruskan pertarungan ini!" Kata seorang gadis yang melayang di udara.

Gadis itu sangat cantik dan terlihat dewasa, ia mengenakan kostum unik dengam corak biru dan merah serta jubah di belakangnya dan logo "W" di tengah-tengah dadanya, gadis itu bernama Olivia Putri, atau lebih di kenal sebagai Wanita Super.

Ia sedang menatap seorang pemuda yang sedang duduk di atas puing bangunan dengan cukup santai.

"Mengakhirinya? Olivia, apa kau pikir aku bisa mengakhirnya setelah semua yang kulakukan?" Tanya pria itu dengan ringan.

Ia bernama Reyhan Budiman, seorang pria yang terlihat tampan dan atletis, ia adalah seorang penjahat kelas kakap dengan kodename Venom.

Reyhan menggunakan pakaian ketat berwarna hitam, meski itu ketat dan terlihat sesak namun pakaian itu di rancang untuk tetap nyaman dan memudahkan gerak pemakainya.

Itu adalah pakaian super canggih yang sangat muktahir di era saat ini.

"Itu bisa, bila kau menyerahkan diri dan bertobat aku bisa menjaminmu, setidaknya kit–"

"Aku tak menginginkannya!! Apa kau pikir aku akan menerima hal seperti itu!? Olivia, usiamu sudah tua namun pikiranmu masih senaif dulu, bila aku menyerah maka aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri karena mengkhianati teman seperjuanganku karena itu aku tidak akan menyerah!"

Reyhan segera berteriak dengan kencang saat mendengar bujukan dari Olivia.

"Bagaimana denganmu? Bila kau menyerah dan berhenti menjadi sok seperti pahlawan maka perang ini akan cepat selesai karena ancaman terbesar kami adalah dirimu." Kata Reyhan ringan, ia menatap Olivia yang masih di atas langit.

Mendengar ini tidak membuat Olivia terkejut, ia justru mengelengkan kepalanya sambil turun secara perlahan.

"Aku tidak bisa, bila aku berhenti menjadi pahlawan maka warga sekitar akan terus di aniaya oleh kalian, itu juga membuktikan kalau kejahatan bisa melawan kebenaran karena itu aku sebagai simbol dari kebenaran tak mungkin bisa menyerah dan berhenti di tengah jalan." Kata Olivia dengan ringan sambil tersenyum kecut.

"Kalau begitu pembicaraan ini selesai, mari kita buktikan siapa yang akan jadi pemenang dalam pertarungan ini!" Kata Reyhan dengan ringan namun ia juga berdiri sambil menatap Olivia yang ada di bawahnya.

Olivia diam karena ia juga merasakan hal yang sama.

Keinginan, status, tekad, dan ideologi mereka berbeda dan saling bertentangan karena itulah hanya pemenang yang bisa mengakhiri pertarungan ini.

Tanpa pembincaraan lagi keduanya mulai berlari dan saling bertarung satu sama lain.

Cring!

Bruak!

Srek!

Suara benturan dan hantaman terus terdengar dengan sangat kuat, apakah itu benturan dengan senjata atau tangan kosong, keduanya bertarung dengan sangat serius tanpa saling mengendurkan kekuatan.

Bug!

"Kuah!"

Olivia berhasil mendaratkan pukulannya ke Reyhan, hal ini membuat Reyhan memuncratkan liur dari mulutnya yang terbuka.

Tanpa memberikan kesempatan Olivia segera memberikan pukulan beruntun ke tubuh Reyhan dan di akhiri dengan sebuah tendangan.

Bug! 6x

Wuush!

Druaak!

"Kuh!" Reyhan yang di pukul dan di tendang tersebut terpental jauh dan menembua sebuah gedung sebelum akhirnya tertanam di dinding belakangnya dan ia batuk darah.

"Aku belum menyerah!" Keluh Reyhan dan dari tangannya dua bola energi muncul dan meluncur ke arah Olivia.

Melihat ini membuat Olivia segera terbang untuk menghindar namun karena hal itu memberi kesempatan bagi Reyhan untuk kabur dan bersembunyi.

"Percuma kau bersembunyi, aku selalu dapat melihatmu!" Kata Olivia dengan ringan.

Ia kemudian menyalurkan energinya ke mata dan pengelihatannya berubah menjadi X-ray lalu melihat Reyhan yang bersembunyi di balik dinding reruntuhan.

Matanya kemudian mengeluarkkan laser merah yang menembak ke arah Reyhan yang sedang bersembunyi.

Reyhan lalu melompat dan menghindar dengan cepat, ia tau karena insting bertahan hidupnya.

Di tangannya muncul senapan dan mulai menembak dengan cepat ke arah Olivia, namun serangannya selalu bisa di tangkis atau di hindari.

"Seperti biasa, ia seperti tank multifungsi yang luar biasa." Puji Reyhan didalam hatinya.

Olivia memang seperti itu, ibaratkan ia adalah superman didunia nyata yang luar biasa bahkan kekuatannya seakan tak punya kelemahan.

Kalau bukan karena Reyhan dilengkapi oleh semua peralatan super canggih ia pasti telah lama mati bila berhadapan dengan Olivia.

"Kenapa, kenapa kau tidak menyerah saja!" Kata Olivia masih tidak mengerti.

"Kenapa? Bukankah kau sendiri juga tau alasannya, bagimu kami adalah penjahat namun bagi kami setiap tindakan kami bukanlah kejahatan!" Kata Reyhan dengan tenang di situasinya yang genting.

"Tidak jahat? Kalian menghancurkan kota, membunuh, dan mencuri apakah itu tak salah?" Tanya Olivia.

"Bagaimana denganmu? Kalian yang ada di jalur kebenaran selalu bersikap munafik, menghancurkan kota? Bukankah kalian juga melakukan itu? Membunuh? Itu hal yang wajar di era ini apakah itu kejahatan atau kebaikan mereka selalu membunuh dengan alasan yang sama."

"Kalian juga sering mencuri uang rakyat, teknologi kami, serta kebebasan orang-orang, bukankah penjahat disini adalah kalian orang-orang munafik yang hidup dibawah naungan kebenaran." Kata Reyhan dengan tenang dan santai.

"Kau salah, kami tak pernah melakukan itu!" Kata Olivia membantahnya.

"Kau hanya tidak mengetahuinya, karena kau masih senaif dirimu yang dulu!" Kata Reyhan dengan kesal.

"Percakapan ini tak akan pernah selesai, mari kita akhiri ini dengan siapa yang akan jatuh terlebih dahulu!" Kata Reyhan yang mulai menembak Olivia lagi.

"Kenapa, padahal kau dulu tidak seperti ini." Kata Olivia dengan tak berdaya.

Ia mengingat masa lalunya dengan Reyhan saat keduanya masih merahasiakan status mereka, masih menyamar dan hidup dengan damai dimana mereka saling mencintai satu sama lain.

"Kau juga." Kata Reyhan dengan senyum kecut.

Cinta antara keduanya tulus satu sama lain namun mereka berdua adalah pilar bagi kedua kubu, antara kebenaran dan kejahatan hingga akhirnya mereka harus terpisah demi jalan yang telah mereka pilih, jalan yang tak bisa kembali.

"Mari kita akhiri." Kata keduanya bersamaan dan saling menatap satu sama lain.

"Hiaat!" Keduanya kemudian saling bertemu dan mulai menyerang kembali.

Namun di saat terakhir Reyhan justru malah sengaja membiarkan dirinya terbunuh ditangan Olivia.

Olivia melihat ini terkejut, ia selalu yakin kalau Reyhan pasti bisa menghindar tapi kenapa, kenapa ya malah terjun dan menerima serangannya.

"Kau selalu kuat seperti biasa yaa, Via." Kata Reyhan dengan pelan sambil memeluk Olivia, karena saat ini tubuhnya tertembus oleh tangan Olivia itu sendiri.

"Kenapa ... Kenapa kau tidak menghindar?" Kata Olivia dengan tak percaya.

"Kuh ... Aku lelah karena itu aku tak menghindar." Kata Reyhan berbohong.

"Pembohong, apa kau pikir aku tak tau siapa kau ini!?" Kata Olivia dengan bergetar.

"Ahahaha, apa kau sedih? Via, maaf aku tidak bisa menempati janjiku kepadamu, maaf juga karena aku mungkin harus pergi duluan meninggalkanmu didunia yang telah hancur ini." Kata Reyhan pelan, ada kesedihan dan tak berdayaan disuaranya.

"Mengapa, mengapa kau tidak menyerah saja dan kita bisa mulai semua dari awal, aku bisa menjaminmu dan kita bisa terus bersama seperti dulu." Kata Olivia dengan sedih.

"Bodoh, dengan semua yang kulakukan tidak mungkin mereka akan melepaskanku, lalu bila kau ikut denganku maka kau akan menjadi buronan oleh mereka, takdir kita akan selalu sama tidak peduli apapun yang kita pilih." Kata Reyhan pelan.

Mendengar ini Olivia hanya terdiam, dia menempelkan wajahnya ke pundak Reyhan, jelas ia mencoba menahan tangisnya tapi itu sulit.

"Bila aku diberikan kesempatan kedua, aku pasti akan selalu bersamamu dan kita akan hidup bersama, selamanya ... Karena aku ... Mencintaimu." Kata Reyhan dengan lembut tapi suaranya semakin melemah hingga akhirnya nafasnya berhenti.

"Reyhan!!" Panggil Olivia namun sayang suaranya tak akan lagi sampai.

Ia menangis dengan sedih, menangis karena kehilangan seorang teman, sahabat, kekasih, dan juga rivalnya.

Dan kematian Reyhan menjadi akhir dari pertempuran, kubu kejahatan yang kehilangan pilar mereka mulai kabur dan menghilang, banyak para penjahat yang tertangkap dan dijembloskan ke penjara.

Nama Olivia menjadi terkenal dan citranya sebagai pelindung kebenaran diperkuat, namun dibalik kebahagiaan semua orang hanya Olivia sang pilar lah yang sedang bersedih di balik senyumnya.

"Reyhan, aku akan mencoba mengwujudkan mimpi kita dimana membuat dunia yang damai dan indah." Kata Olivia sambil melihat langit yang cerah tak berawan seakan langit menunjukkan kalau cahaya telah menang melawan kegelapan dan cahaya kebajikan menyinari dunia sekali lagi.