webnovel

BETTER WITH YOU

"Apakah akan lebih baik jika kamu masih di sini dengan sejuta kejahilan dan sikapmu yang menyebalkan daripada seperti ini, Ju." Dia Jessica Stefany Auryn. Hidupnya berubah sejak insiden tiga tahu yang lalu, sosok periang dalam diri Jessica seolah ikut hanyut dalam ombak hari itu, dan karena insiden itu ia telah kehilangan getaran dalam hatinya pada sosok yang disebut laki-laki sejak usia 20 tahun saat ia kehilangan cahayanya. Jessica kehilangan teramat kehilangan, hatinya patah saat sedang berada dipuncak kasmaran membuat hingga akhirnya hati Jessica membeku, tertutup dari semua dan tidak mengizinkan satupun pria bisa mendekatinya. Cahaya yang menyinari dunianya telah pergi membawa hati, perasaan dan separuh nyawanya menyisakan sesak, tangis, hampa dan gelap di dunianya. Tapi, takdir seolah tak ingin membuatnya bersedih terlalu lama. Di saat hatinya sedang hancur, tak sengaja Jessica bertemu dengan cahaya yang sama persis dengan cahayanya yang telah hilang. Juan, laki-laki yang ternyata adalah produser eksekutif setiap karyanya membuat Jessica terkesiap dengan takdir yang ada padanya. Juan terlalu mirip dengan cahaya yang membuat Jessica selalu bingung, bimbang, kecewa, marah, cemburu dan bahagia bersamaan. Awalnya, Jessica mendekati Juan karena percaya dia adalah orang yang sama dengan masalalu Jessica yang membuat perasaan dan getaran itu perlahan kembali tapi keadaannya berbeda. Tapi, Juan menyakinkan kalau dia bukanlah masalalu Jessica dan Saat Jessica mencoba pasrah dan tak memperdulikan cahaya itu, cahaya bernama Juan itu mendekatinya. "Setelah flashdisk itu aku dapatkan, aku tidak akan mengganggumu lagi, Jess." Entah apa maksud dari ucapan Juan saat itu, tapi setidaknya beberapa bulan terakhir ia dekat dengan wanita cantik yang menganggapnya istimewa itu. Lalu, bagaimana bahagia akan terwujud jika cahaya itu tak benar-benar menganggapnya berarti, karena Juan ternyata memiliki niat lain?

Itsme_Abigel · Urban
Not enough ratings
22 Chs

Keputusan Jessi.

"Silahkan, lakukan apa yang ingin kau lakukan!"

Dengan suara datar dan raut wajah yang dingin, Juan menjawab pertanyaan Bella dengan santai. Ia terlihat sama sekali tidak perduli dengan ancaman Bella.

Hal itu tentu saja membuat Bella tak percaya. Mendengar jawaban Juan, Bella langsung membuang mukanya, ia menatap keluar jendela tanpa merespon apapun lagi.

Sepuluh menit kemudian ...

Juan tiba di kantornya bersama dengan Bella, mobil Juan berhenti tepat di depan lobby dan ia sendiri langsung turun dari mobilnya.

Sementara itu Bella menunggu Juan membukakan pintu untuknya namun Juan malah berjalan pergi menuju lobby tanpa menghiraukan Bella.

Bella menatap kepergian Juan dengan tatapan tidak percaya. Ia terlihat kesal dengan sikap Juan terlebih saat melihat Juan memberikan kunci pada seorang satpam dengan sesekali melirik ke arah mobilnya.

"Nyebelin banget sih!" gerutu Bella lalu keluar dari mobil Juan dengan sendirinya, ia berjalan memasuki kantor agensinya dengan menghentakkan kakinya kesal pada Juan.

Sementara itu, Juan memasuki ruangannya. Ia melirik jam tangannya masih jam sembilan pagi, Juan memulai pekerjaannya agar bisa lebih cepat selesai, pasalnya jam satu siang ia ada janji untuk menemui Jessica.

Ia nampaknya sudah tidak sabar ingin bertemu Jessica.

Baru saja Juan duduk, pintu ruangan sudah diketuk. Juan dengan datar dan dingin menyuruh orang yang mengetuk pintu masuk ke dalam.

"Masuk."

"Ketua, ada Bella ingin bertemu dengan anda," kata seorang wanita yang berpakaian serba hitam yang menjabat sebagai sekretaris pribadi dari Juan.

"Ada perlu apa? Kalau tidak penting, katakan saya sibuk!" sahut Juan dingin dan datar. Ia bahkan tidak menatap lawan bicaranya, namun wanita itu sudah terbiasa dengan sikap acuh Justin.

"Baik."

Setelah itu, wanita yang biasa dipanggil Megan itu membungkuk lalu pergi dari ruangan Juan.

***

"Dimana kamu? Apakah kau tahu, sungguh susah buat lupa... hati tak bisa berdusta! Ku coba mengobati, tuk punya kekasih lagi ... namun ku sadar diri hatiku di kamu!"

Lirik lagu pemenang salah satu ajang bergengsi di Indonesia itu menjadi lirik yang paling menggambarkan perasaan Jessica hari ini. Luka yang timbul terlalu dalam sedang coba ia obati untuk ia bisa menerima teman Kevin sebagai pasangan kencannya. Tapi susah untuk Jessica bisa mengobati kesakitan saat ia tahu betul, hatinya masih milik Justin sepenuhnya.

Jessica hanya bisa mempersiapkan diri dalam diam, berdiri di depan cermin. Menatap dirinya yang telah siap dengan pakaian casualnya untuk pergi menemui saudara dari Kevin.

"Mungkinkah aku meminta, kisah kita selamanya... tak terlintas dalam benakku bila hariku tanpamu, segala cara tlah ku coba...." Jessica tidak bisa melanjutkan lirik demi lirik lagu itu dengan baik, ia tidak ingin membuat moodnya rusak hari ini hanya karena ingatannya pada kenangan tentang Justin.

Jessica keluar dari kamarnya, ia pergi ke bar kecil di apartemennya. Ia menuang segelas air putih lalu meneguknya sampai habis.

"Mungkinkah ini sudah saatnya? Menutup lembaran lama dan harus menggantinya dengan lembaran baru? lembaran yang entah akan seperti apa jadinya ketika tokohnya serupa tapi tak sama."

Setiap kata kini menjadi pertanyaan di kepala Jessica, ia masih ingin percaya kalau Juan adalah Justin tapi ia juga tidak bisa membohongi dirinya kalau makam Justin berulang kali ia sambangi dan membuat hatinya selalu ditampar bangun oleh kenyataan.

Tak lama, Jessica coba menepis pikiran yang membuat dirinya tak fokus beberapa hari terakhir. "Tarik nafas, hembuskan...," ucap Jessica pelan sambil menenangkan pikirannya.

Setelah beberapa menit, Jessica mencoba tersenyum, ia meneguk lagi air putih di depannya lalu melirik jam tangannya. "Ke kantor dulu baru nanti siangan aku ke cafe," gumam Jessica memutuskan untuk menjalani hari seperti biasa.

Sepersekian detik, Jessica terdiam ketika tak sengaja melihat dirinya di kaca yang tertempel di dinding ruang tamunya.

"Sepertinya aku tidak mungkin menggunakan pakaian ini bertemu dengan orang yang mungkin saja memang menarik."

Jessica kemudian kembali ke kamarnya dengan langkah santai, ia membuka pintu kamar lalu berjalan menuju walking closetnya. Jessi memilih sebuah baju dress dan beberapa aksesoris lalu memasukkan ke dalam tas agar memudahkan dirinya untuk membawa pakaian itu.

Tak butuh waktu lama setelah itu, Jessica berangkat ke kantornya dengan menggunakan mobil BMW pemberian terakhir dari orang tuanya.

Ia, itu adalah hadiah ulang tahun terakhir sebelum akhirnya kedua orang tuanya benar-benar pergi meninggalkan Jessica.

Jessica menyusuri jalan kota yang lumayan macet ditemani keheningan sejak beberapa menit lalu. Kali ini, Jessica tidak memikirkan Justin. Ia memikirkan kisah apa yang selanjutnya harus ia tulis dalam naskah Better With You, terutama endingnya. Karena sang eksekutif produser memintanya membuat kisah yang berbeda dari sebelumnya.

"Gimana ya? Kalo happy ending, bukan kisah nyata dong? Tapi kalo sad ending, yang ada Mis Kim sama Juan nggak mungkin setuju," ujar Jessica bergumam sambil menyetir.

Di tengah kemacetan lampu merah kota Jakarta, ponsel Jessica berbunyi dan membuat wanita itu langsung mengangkatnya melalui sambungan audio mobilnya.

Drttt Drttt Drttt

"Halo," seru Jessica ketika ia sudah mengangkat telepon yang berbunyi.

"Halo, Jess ...."

"Halo, Miss... Ada yang bisa Jess bantu?" tanya Jessica ramah, ia tentu saja sangat mengenal siapa yang menelfon dirinya tanpa melihat nama yang tertera di sambungan telepon karena suaranya jelas milik Miss Kim.

"Iya, Jess ... Rencananya nanti sore saya akan membedah naskah Better With You yang sudah ada, apakah kamu ada waktu?"

"Membedah? Tapikan naskahnya belum selesai ditulis, Miss?" ujar Jessica bingung.

"Iya, saya tahu... Tapi, nanti saya jelaskan!"

"Baik, Miss. Nanti kita bicarakan lagi, sekarang kebetulan saya sedang di jalan."

"Ah, ya sudah... Saya hubungi lagi nanti, kamu hati-hati!" pesan Miss Kim sebelum akhirnya ia memutuskan sambungan telepon mereka.

Setelah sambungan telepon terputus dan lampu sudah berganti hijau, Jessica kembali melajukan mobilnya menuju kantornya.

***

"Bima? Maksud kamu, Bima temannya Bella?"

"Iya, Bima temen sekaligus manajernya Bella itu! Aku juga heran sih waktu itu."

"Bukannya dia tahu ya kalau Bella itu suka sama Juan, kenapa dia malah mau ngejodohin Juan sama Ka Jessi?"

Michele menghendikkan bahunya. "Iya, Kayanya sih ya, si Bima itu suka sama Bella! Karena Beberapa hari yang lalu waktu dia sempat kontek aku setelah Jessica ketemu sama Juan di acara Mis Kim... Dia nggak bilang sih kalo dia suka sama Bella, tapi keknya dari gerak-geriknya, aku bisa lah baca dikit-dikit!"

Kevin mulai mengerti, ia pun menganggukkan kepalanya. "Aku paham, bisa jadi sih ya ... terus emang kamu sama dia akhirnya ketemu di mana?"

"Di cafe...,"

***

Bersambung ....