webnovel

Hutan Terlarang

Di malam yang gelap dan dingin, seorang pria nekad memasuki hutan terlarang yang berlokasi tak jauh dari pemukiman warga desa. Ia baru saja beristirahat di desa itu dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Ketika singgah, ia mendengar banyak sekali pembicaraan soal hutan ini. Konon kabarnya, hutan ini tidak boleh dimasuki oleh siapapun karena mereka yang masuk pastinya tidak akan bisa keluar dari sana. Ada juga yang berkata jika hutan itu dipenuhi makhluk-makhluk dengan kekuatan magis yang luar biasa, serta berbagai jenis binatang buas kelaparan yang siap memangsa kapan saja. Sudah berabad-abad yang lalu sejak terakhir kali seorang pengembara memasuki hutan ini. Entah bagaimana nasibnya, yang jelas orang itu sudah tak terlihat semenjak dirinya memasuki hutan.

Tapi, entah mengapa cerita-cerita seram dan berbagai peringatan yang ada justru semakin membuat pria itu merasa tertantang untuk memasuki hutan terlarang. Ia sudah menempuh perjalanan yang sangat jauh demi menuju ke sana. Apa mungkin ia harus kembali ketika wajah hutan terlarang sudah terpampang jelas di depan mata? Tentu saja tidak.

Ketika mulai memasuki hutan, pria itu mulai melambatkan langkah kudanya. Ia tak mau jika gelapnya malam membuat kudanya itu tersandung kayu dan batu atau tiba-tiba saja terperosok ke dalam lubang yang dalam. Ia mulai merasakan hawa yang berbeda. Suhu serasa turun beberapa derajat, angin bergerak lambat membelai wajahnya yang dipenuhi bekas luka itu. Samar-samar, terdengar suara para arwah penasaran yang menyambut kedatangannya di hutan itu. Namun, semua itu sama sekali tak membuat dirinya gentar. Ia sudah beberapa kali mengalami pengalaman supranatural, ia pun memiliki sedikit kekuatan magis yang telah ia pelajari dari seorang pertapa besar dari gunung yang ia kunjungi beberapa tahun yang lalu. Jadi, ia tidak akan takut kepada sekelompok arwah penasaran.

Semakin dalam, rasanya cahaya bulan benar-benar sudah menghilang. Rimbunnya pepohonan membuat cahaya bulan tak bisa lagi mencapai tanah. Mau tak mau pria itu harus ekstra hati-hati dalam mengendarai kudanya. Sebenarnya, bisa saja ia menggunakan sebuah lentera kecil yang ia bawa di punggung kudanya. Tapi, itu hanya akan berlaku jika dirinya memasuki hutan biasa. Sekarang, ia tengah berada di dalam hutan yang menjadi sumber cerita seram di seluruh penjuru negeri. Lentera mungkin akan membuat beberapa makhluk tersinggung dan marah. Jadi, selama mengendarai kudanya di sana ia hanya akan sepenuhnya mengandalkan insting.

Selain suara, beberapa kali pria itu melihat sekelebat bayangan abu-abu tak jauh dari jalan setapak yang ia lalui ini. Bayangan itu seolah hanya ingin membuatnya jengkel karena kemunculannya yang sangat tiba-tiba. Bayangan itu pun terlihat tak terlalu lama, mungkin penampakannya hanya berlangsung sepersekian detik saja. Bayangan itu hanya ingin mengejutkan si pria. Ya, ia kira penampakan bayangan tak terlalu membuat nyalinya ciut. Ia terus mengarahkan kudanya hingga akhirnya tibalah ia tepat di jantung hutan terlarang.

Pria itu turun dari kudanya. Kemudian, ia mengikat tali kekang ke sebuah batang pohon yang tak terlalu besar. Ia sedikit memperbaiki penampilannya yang sudah tak karuan karena pengembaraannya ini. Ia membenarkan posisi ikat pinggang pedang, membersihkan sisa kotoran di pakaian, juga memperbaiki tali jubah yang ia kenakan. Kenapa dia melakukan itu? Entahlah, rasanya tidak ada satu pun wanita yang terlihat di tempat itu. Kalau pun terlihat, wanita itu jelaslah bukan merupakan seorang manusia.

Langkah pria itu kemudian bergerak mendekati sebuah pohon tua yang sangat besar dan rimbun. Beberapa bekas sesaji dan dupa yang dibakar terlihat memenuhi sekeliling batang pohon. Ia pikir tak ada seorang pun yang berani untuk memasuki hutan, kenapa masih ada bekas sesaji baru di sana? Atau memang ada seseorang di hutan ini yang selalu memberikan sesaji baru? Ia mulai bertanya-tanya, ke mana semua orang yang pernah memasuki hutan ini. Apa mereka mati dimangsa binatang buas, atau para arwah menculik jiwa mereka ke alam lain, atau mereka hanya terjebak di sini dan tak bisa keluar?

Walau pria itu sempat penasaran, namun ia berusaha untuk tetap kembali fokus kepada tujuan awal. Sebenarnya, kedatangan pria itu kemari mengandung sebuah maksud dan tujuan. Ia berkelana dari negeri yang jauh dengan membawa sebuah harapan besar. Harapan akan hidup yang lebih bahagia dan sejahtera, harapan untuk memakmurkan kelompok, serta harapan untuk memiliki kehidupan kekal abadi. Beberapa tahun belakangan, ia merasa sangat terobsesi untuk mengejar sebuah ilmu keabadian. Dari semua ilmu yang ia pelajari, ilmu keabadian akan menjadi yang paling hebat. Siapa yang tak mau memiliki tubuh yang sehat dan bugar, serta kebal dari berbagai serangan senjata juga penyakit?

Pria itu berpikir mungkin jika umurnya lebih panjang, ia lebih leluasa untuk menjalankan pengabdiannya. Sekarang, ia tengah mengabdi kepada kelompoknya sendiri. Ia sudah memimpin kelompok itu sejak pertama kali terbentuk. Kelompoknya biasa berburu untuk bertahan hidup. Tinggal berpindah-pindah di dalam hutan adalah keseharian mereka. Hewan-hewan langka berharga mahal adalah target mereka. Mereka hanya akan memburu hewan berdaging banyak jika stok makanan sudah menipis. Sekali waktu, mereka akan pergi ke pasar untuk menukar hasil buruan mereka dengan beberapa koin emas.

Hah, sedih rasanya jika melihat kelompok yang dipimpinnya itu kini sedang tidak baik-baik saja. Itulah kenapa pria itu berinisiatif untuk pergi mengelana jauh ke negeri seberang. Sekarang, ia sudah berada di tempat tujuan. Sudah saatnya dirinya mengatakan semua hajat keinginannya. Ia tak mau pulang dengan tangan kosong, itu pun jika ia mampu keluar dari sana hidup-hidup.

Pria itu duduk bersila menghadap ke arah pohon. Telapak tangannya berada di atas kedua lututnya. Pandangannya menengadah ke atas, pohon ini memang sangat rimbun daunnya. Usianya pasti sudah ratusan tahun. Entah kenapa hembusan angin tiba-tiba saja datang, menjatuhkan ratusan helai daun kering yang ada di pohon itu. Sepertinya, sesuatu baru saja menyambut kedatangan si pria. Ia tak merasa terganggu dengan semua nuansa seram yang diciptakan hutan terlarang. Tak lama berselang, ia pun mulai memejamkan mata dan merapal sebuah doa. Kemudian, ia melihat sebuah pengelihatan yang cukup menggetarkan jiwa.

Di hadapannya, datanglah seorang makhluk berkepala kambing dengan mata merah menyala. Wujudnya benar-benar menyeramkan, siapa pun yang melihatnya pasti langsung merasa takut, termasuk si pria. Hanya saja, ia berusaha kuat untuk mengendalikan diri. Inilah sosok yang selama ini sangat ingin ditemui olehnya.

"Ada apa gerangan kau berani datang kemari, wahai pengembara?" tanya makhluk menyeramkan itu.

Si pria kemudian menjawab, "Kudengar kau memiliki ilmu keabadian. Aku ingin memperlajarinya dengan sungguh-sungguh supaya aku bisa menolong kelompokku dari kehancuran."

"Kau tahu? Ilmu keabadian memiliki banyak sekali resiko."

"Dengan segenap jiwa ragaku, akan kuterima semua resiko yang ada."

***

Selamat datang di novel "Bet For The Soul." Kuharap kalian semua bisa menikmati cerita ini hingga akhir. Kritik dan saran yang mmebangun akan selalu diterima dengan baik oleh penulis Jadi, jangan segan-segan untuk menuliskan pendapat kalian di kolom komentar. Happy reading ^^

Eirene_Aether_5671creators' thoughts