webnovel

BAB 20

Hari libur terasa cepat berlalu, hari ini sudah hari senin lagi di mana Elmira harus kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. Yaitu sekolah dan tentu saja sepulang sekolah ia harus mengerjakan tugasnya.

Dengan sedikit malas, Elmira menyampirkan tasnya di bahu kanannya lalu berjalan keluar dari rumah. Saat ini ia berangkat sendiri lantaran Rivanya sudah lebih dulu berangkat ke sekolah lantaran gadis itu terpilih menjadi petugas upacara hari ini.

Sudah terhitung satu bulan Elmira berada di desa ini, rumah yang berbeda, sekolah, lingkungannya. Meskipun Elmira akui bahwa suasana di desa Marga Asih ini lebih tenang, damai, tetapi yang menjadi permasalahannya adalah ia belum terlalu nyaman ada di sekolah barunya.

Rasanya Elmira ingin cepat-cepat kembali ke sekolah lamanya, bertemu dengan Alana. Elmira masih merasa canggung jika bersama Rivanya, ia belum bisa terbuka seperti pada Alana.

Sibuk berkecamuk dengan pikirannya sendiri, membuat Elmira tersadar saat dirinya sudah menginjakkan kakinya di lingkungan sekolah. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah sangat dekat sehingga membuat Elmira tak terasa berjalan sendirian.

Baru saja Elmira akan menginjakkan kakinya pada tangga pertama, seseorang berteriak memanggilnya membuat gadis itu mau tak mau menoleh ke belakang. Seketika Elmira langsung berdecak malas saat melihat Varo yang tengah berlari ke arahnya.

"Lo baru dateng juga, El?" tanya lelaki itu ketika sudah sampai di samping Elmira.

Gadis itu mengangguk seraya berjalan menaiki anak tangga, begitu pula dengan Varo yang terus berceloteh sedangkan Elmira hanya mendengarkannya tanpa berniat untuk menyahuti perkataan laki-laki itu.

"Lo kenapa diem aja?" tanya Varo saat keduanya memasuki kelas.

"Males ngomong," sahutnya sambil menaruh tas ke bangkunya lalu mendudukkan dirinya di samping Berlyn.

Sementara itu, Berlyn yang tengah asik membaca novel lantas mengalihkan tatapannya ke arah Elmira dan Varo bergantian. "Kalian berangkat bareng?"

"En—"

"Kayaknya kalian makin hari makin deket ya," potong Berlyn dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi, gak apa-apa, deh. Jadi, kalau lo sama si Varo jadian nanti kita bisa jadi sepupuan juga."

Mendengar itu, Elmira langsung bergidik. "Kalau gitu mendingan gue sama lo temen aja, Lyn. Gak perlu sepupuan," tolaknya mentah-mentah.

Varo yang duduk tepat di belakang kedua gadis itu tentu saja mendengarnya dengan sangat jelas. Lelaki itu menepuk bahu Elmira pelan membuat gadis itu langsung menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.

"Emangnya gue kurang ganteng? Sampe-sampe lo gak mau sama cowok modelan kayak gue," sewotnya tak terima.

"Wah, jangan ditanya! Udah pasti lo kurang banget!" setelah mengatakan itu Elmira kembali menghadap ke depan dan merebahkan kepalanya di atas tangannya.

Baru saja Elmira ingin memejamkan kedua matanya, tiba-tiba terdengar pengumuman untuk semua siswa dan siswi untuk cepat memasuki lapangan karena sebentar lagi upacara akan segera dimulai.

"Bangun! Bangun! Upacara!"

Varo dengan sengaja menggoyangkan kursi yang ditempati oleh Elmira, sontak membuat gadis itu langsung menegakkan tubuhnya seraya menatap ke arah laki-laki itu dengan tajam. Lalu Elmira menatap ke arah Berlyn, dari tatapannya seolah ia mengadu.

"Udah biarin aja, El. Gak usah ngeladenin orang yang gak bener kayak dia!" Berlyn langsung menarik tangan Elmira untuk keluar kelas dengannya.

Sedangkan Varo yang baru saja akan melangkah keluar kelas, kakinya terasa menginjak sesuatu lantas lelaki itu menunduk dan mengangkat kakinya. Tangannya meraih benda berwarna merah muda yang ia injak.

Kedua matanya langsung melirik ke arah bangku yang berada di sampingnya, seketika bibirnya langsung tertarik ke atas. Sepertinya ia tahu siapa pemilik jepit rambut berwarna merah muda ini.

Varo memasukkan benda itu ke saku kemeja putihnya lalu berlalu keluar dari kelasnya untuk mengikuti upacara bendera.

**

Sekitar dua puluh menit upacara bendera berlangsung, saat ini seluruh siswa sudah masuk kembali ke kelas masing-masing. Namun, Elmira meminta pada Berlyn agar mau menemaninya ke toilet sebentar.

Kebetulan Berlyn juga ingin ke kamar mandi, dan kini Elmira tinggal menunggu temannya keluar. Sembari menunggu Berlyn keluar, Elmira memilih untuk merapikan penampilannya dengan menatap pantulannya pada cermin.

Cklek!

Pintu toilet bilik pertama terbuka membuat Elmira meliriknya melalui cermin, lalu kembali menatap pantulan dirinya. Hingga tiba-tiba suara perempuan itu membuat Elmira menoleh sepenuhnya.

"Lo sejak kapan deket sama Varo?"

Kening Elmira menyernit. "Maksudnya?"

Dapat Elmira lihat perempuan itu tersenyum sinis. "Gak usah pura-pura bodoh!"

Elmira terkekeh pelan. "Gue beneran gak ngerti apa yang lo maksud."

Perlahan gadis itu mulai mendekat ke arah Elmira, kedua matanya menatap tajam. "Sekali lagi gue tanya, sejak kapan lo deket sama Varo?"

"Sejak hari pertama dia masuk."

Tentu saja itu bukan Elmira yang menjawabnya, melainkan Berlyn yang baru saja keluar dari toilet. Keduanya langsung menoleh ke arah Berlyn yang mendekat ke arah keduanya dengan sebelah alis yang terangkat—lebih tepatnya Berlyn menatap tajam ke arah perempuan yang tak dikenalinya.

"Jadi, sejak lo dateng ke sini lo mulai deket sama Varo?" tanya perempuan itu pada Elmira, tampaknya perempuan itu ingin jawaban yang lebih tepat yang keluar dari mulut Elmira sendiri.

"Kenapa lo jadi urusin hidup orang lain? Hidup lo udah bener belum? Lagian terserah Varo dong mau deket sama siapapun karena lo bukan siapa-siapanya Varo!"

"Gue pernah deket juga sama Varo!" sentak perempuan itu tiba-tiba.

"Wesss... slow aja! Kenapa ngegas banget, Mba? Sakit hati ya karena cuma deket doang jadian kagak?" setelah mengatakan itu Berlyn langsung menutup mulutnya sendiri, seolah dirinya sudah keceplosan.

"Sorry gue sama temen gue gak ada waktu," Berlyn menarik tangan Elmira dan keluar dari toilet, meninggalkan perempuan yang tak dikenal itu sendirian.

"Lo kenal sama dia, Lyn?" tanya Elmira begitu keduanya keluar dari toilet.

Berlyn langsung menggeleng. "Gak tahu, pokoknya sekarang gak peduli dia siapa. Yang penting itu lo jangan dengerin omongan dia tadi, kayaknya dia suka sama Varo terus selama ini ngeliat lo deket sama Varo."

"Lagian kan gue sama Varo juga gak sedeket yang dia bayangin, kan? Gue sama Varo cuma sebatas teman, kenapa dia malah sewot ke gue?"

"Yaudah makannya jangan dengerin omongan dia, omongan dia tuh cuma omong kosong."

Elmira mendengar itu mengangguk paham, setelah itu keduanya berjalan beriringan menuju kelas tanpa adanya pembicaraan lagi di antara mereka. Sepertinya Varo memang banyak yang mengagumi sampai-sampai perempuan tadi berbicara seperti itu kepadanya, bahkan selama ini juga tak jarang Elmira melihat tatapan siswi-siswi tajam ke arahnya.

Ya meskipun tidak semuanya, tapi ada beberapa yang menatapnya tajam dan Elmira sendiri sudah tahu wajah-wajahnya. Jadi, Elmira dapat menyimpulkan bahwa mereka iri kepadanya karena Varo selalu berusaha untuk bisa dekat dengannya.

***