1 Chapter 1

'Biip ... Waktu produktif telah berakhir.'

'Biip ... Waktu yang dihabisakan: 07 jam, 40 menit, 01 detik.'

'Biip ... User dimohon untuk segera beristirhat!'

Seorang pemuda yang memakai pakaian butler berhenti membersihkan meja ketika sebuah suara mekanik A.I terdengar di kepalanya.

Dia memandang sekeliling ruangan dengan senyum puas.

Ruangan itu memiliki luas sekitar 10 x 8 meter, dengan selusin meja kursi mengisinya, serta dindingnya yang memilki warna dasar putih diisi dengan lukisan model klasik. Aura tenang terasa terpancar dari dekorasi yang ditempatkan di sekitar ruangan.

Berbalik, ia berjalan menuju meja kasir.

Di belakang meja kasir, terdapat seorang wanita muda cantik memakai setelan blazer hitam yang tengah menulis sesuatu di sebuah note.

"Tina, mari kita pulang!' ucap pemuda itu dengan tenang.

Wanita yang ada di balik meja kasir berhenti menulis. Ia mengangkat kepalanya dan berkata dengan lembut, "Apa sudah waktunya? Kalau begitu, tolong bantu aku untuk membersihkan dapur, ok?"

Mendengar permintaannya, pemuda itu hanya tersenyum dan berjalan menuju dapur.

Wanita bernama Tina itu meletakan note yang sebelumnya dipakai ke laci meja dan segera menyusul pemuda tadi.

Tina mengambil apron yang ada di lemari dan memakainya. Dia mengambil gelas, beberapa piring kotor yang ada di meja, dan membawanya ke tempat cucian.

"Danny, bisa kamu kembalikan bijih kopi itu kelemari penyimpanan?" ucap Tina sembari menoleh ke arah pemuda tadi.

Pemuda dengan nama Danny dengan diam membawa bijih kopi ke tempat penyimpanan.

Setelah Danny menempatkan bijih kopi ke lemari penyimpanan, dia mengambil apron yang ada di sebelahnya dan memakainya.

"Biarkan aku membantumu sedikit," ucapnya.

"Hmm... Terima kasih jika begitu!"

"..."

Mereka menghabiskan beberapa menit untuk mencuci piring dan gelas sebelum mengembalikannya ke rak.

Selesai dengan urusan dapur, mereka berdua mengganti pakaian dan mengenakan mantel sebelum pergi keluar toko.

•••

Salju perlahan turun dari langit menutupi seluruh tempat dengan warna putih.

Ada banyak orang berjalan menuju ke rumah mereka ketika hari mulai gelap. Sesekali akan ada beberapa orang yang mengenakan pakain seragam berjalan menuju akademi.

Diantara para pejalan kaki, terdapat satu pasangan yang sedang berjalan bersama. Salah satu dari mereka menggandeng lengan yang lainnya dengan erat.

Sosok yang digandeng itu memiliki penampilan tampan dengan bentuk wajah oval, tinggi sekitar 185 cm, warna pupilnya berwarna hitam sama seperti rambut hitam pendeknya.

Sedangkan sosok yang megandeng itu, ia mengenakan syal merah dikombinasikan dengan penampilan cantik dan kulit putih. Dia memilki bentuk wajah bulat dengan warna pupil merah. Tingginya sekitar 174 cm, dan memilki rambut pirang sebahu.

Kedua sosok yang sedang bergandengan itu adalah Tina dan Danny.

Tina terlihat sangat menikmati ketika memeluk lengan Danny yang ada di sampingnya.

Ia mengangkat kepalanya dan bertanya, "Toko kita semakin ramai setiap hari. Danny, apa kamu tak ingin mencari pegawai tambahan?" ucapnyaa dengan nada lelah.

Danny menoleh dan berkata, "Apakah begitu? Kupikir pelanggan yang mampir di toko kita masih tidak terlalu banyak."

Dia tidak merasa kenaikan jumlah pelanggan untuk beberapa bulan terakhir. Malahan, ia merasa jumlah pelanggan yang datang ke tokonya  masih seperti biasanya.

"Lalu, bagaimana jika kita memasang pengumuman di depan toko?" sambungnya.

"Hmm ... Itu mungkin butuh beberapa hari sebulum ada yang tertarik untuk mendaftar. Yah, tak apa, lagi pula pelanggan toko saat ini bukan sesuatu yang tak bisa aku tangani!" ucap Tina dengan pasti.

Danny hanya tersenyum mendengar tanggapn Tina.

Mereka berjalan bersama sembari membahas masalah toko sebelum akhirnya Tina tiba-tiba berhenti dan melihat ke depan dengan mata menyala.

Menoleh, ia berkata ke arah Danny yang berada di sampingnya dengan nada semagat, "Danny, aku mau makan crepe!"

"Hari sudah hampir gelap dan udara mulai terasa dingin. Apa kamu serius ingin mampir ke kedai itu? Kita bisa membuatnya crepe sendiri di rumah," ucap Danny dengan sedikit khawatir.

Bukannya dia tidak mau mengeluarkan uang, tapi ia khawatir jika Tina jatuh sakit akibat kedinginan. Dan juga, dia juga tak terlalu suka membeli makanan dari luar.

"Ayolah, aku bukan anak kecil yang tidak bisa tahan dengan udara dingin ini," ucapnya dengan nada mengeluh.

"Baiklah, baiklah. Mari kita mampir ke kedai itu!" dia hanya bisa menjawab tanpa daya  atas permintaan Tina.

Keduanya berjalan menuju kedai itu.

Bisa dilihat, di depan terdapat sebuah mobil tipe van tua yang disulap menjadi kedai keliling yang menjual crepe. Di dalamnya, terdapat dua orang berumur dua puluhan yang sedang melanyai para pelanggan yang mampir ke kedai mereka. Salah satu bertugas sebagai kasir dan yang lainnya membuat pesanan pelanggan. Mereka memiliki lumayan banyak pembeli yang sedang mengantre dengan kebanyakan dari mereka adalah para pria dan wanita muda.

Danny dan Tina ikut mengantre ke dalam barisan sebelum akhirnya tiba giliran mereka.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya kasir wanita itu.

"Ah, tolong crepe dengan topping strawberry coklat," ia menoleh ke arah Danny. "Danny, topping apa yang kamu inginkan?"

"Sama sepertimu."

"Kalau begitu, tolong dua crepe dengan topping strawberry coklat!"

"Baik. Totalnya 6 Xass!"

"Tunggu sebentar!"

Tina mengambil uang di dompetnya dan membayar ke kasir.

Keduanya menunggu saat untuk pesanan mereka.

Danny yang berdiri di samping Tina hanya bisa tersenyum masam. Dia tahu bahwa Tina menyukai sesuatu yang manis, terutama makanan.

Setelah beberapa saat, akhirnya pesanan mereka datang.

"Silahkan!"

"Ah, terimaksih~~"

Tina menerima pesanannya, dan menyerahkan satu kepada Danny.

Keduanya berjalan sambari menikmati crepe yang telah dibeli sebelumnya. Danny memperhatikan ekspresi Tina yang terlihat sangat senang ketika menikmati makanannya.

Dia dengan tenang berkata, "Bukankah kemarin kamu berkata akan melakukan diet? Kenapa kamu tiba-tiba memakan sesuatu yang manis?"

"Ughh ... Haha." Tina hanya bisa tertawa malu.

Danny menghela nafas.

"Mau bagaimana lagi. Kamu tahukan jika aku tidak tahan dengan sesuatu yang manis."

"Itu benar," Danny dengan lembut menyubit pipi kanan Tina. "Tapi, tubuh yang kita pakai sekarang berbeda, itu tidak sama dengan tubuh asli kita."

"Berhenti! Berhenti mencubit pipiku!" ia mencoba melepas tangan Danny yang sedang mencubitnya. "Aku janji tidak akan makan yang manis-manis terlalu banyak lagi!"

Danny kemudian berhenti mencubut pipi Tina.

Keduanya berjalan sekitar 20 menit sebelum akhirnya sampai di rumah mereka. Ruman ini tidak terlalu mewah, itu hanya memilki 2 lantai, dan dinding berwarna dasar putih.

Keduanya berhenti sesaat ketika akan memasuki rumah. Terlihat, di pintu gerbang terdapat sesosok dengan jubah hitam.

"Ah, ternyata itu Albert! Ada apa kamu datang kesini?" tanya Danny dengan tenang ke arah sosok itu.

Ketika pria berjubah hitam itu mendengar suara Danny, ia segera jatuh berlutut dengan satu kaki sebelum berkata dengan hormat, "Salam Tuan Danny, Nyonya Tina! Persiapan untuk panen sudah selesai! Nona Kesha berkata jika panen bisa memulai kapan saja."

"Lalu, kamu bisa mengatakan kepada Kesha bahwa panen bisa dimulai sebulan dari sekarang,"  Tina tiba-tiba berkata dengan acuh tak acuh.

Danny sedikit bingung dengan Tina yang tiba-tiba berkata. Dia tak terlalu memikirkan terlalu lama sebelum pandangannya kembali ke arah pria berjubah hitam yang bernama Albert itu.

"Ngomong-ngomong, Albert, apa kamu sibuk setelah ini?"

Albert merenung sebentar sebelum menjawab, "Tidak!"

"Bagus! Kalau begitu, datanglah lusa besok ke tokoku! Aku dan Tina sedikit kekurangan tenaga untuk beberapa hari ini."

"Sesuai kenginanmu, Tuan!"

"Hmm, kamu bisa per–"

"Tunggu!" potong Tina. "Danny, kenapa kamu memperkerjakan Albert?"

"Kenapa? Aku hanya ingin memotong ongkos pengeluaran biaya toko." Danny sedikit bingung.

"Jeez... Kamu terlalu pelit hanya untuk mengeluarkan uang ... Yah, itu tidak apa-apa. Lagi pula, Albert juga tak keberatan."

"Kalau begitu,"

Tina mengulurkan tangannya ke depan. Sebuah distorsi ruang tiba-tiba muncul. Ia memasukan tangannya dan mengambil sebuah patung berbentuk kelelawar merah.

Ketika patung itu muncul, segera, aura yang membingungkan mengelilingi area seluas 3 km. Mulutnya bergumam pelan dan seketika aura membingungkan itu ditekan ke dalam patung.

Tina melemparkan patung itu ke arah Albert dengan santai.

"Berikan ini kepada Kesha! Ini akan memudahkannya dalam mengekstrak jiwa planet ini"

Albert menerimanya dengan hormat. Dia segera membuka distorsi ruang dan memasukan patung itu ke dalamnya.

"Kamu bisa pergi sekarang," ucapnya masih dengan nada acuh tak acuh.

"Baik!"

Badan Albert berubah transparan sebulum akhirnya hilang sepenuhnya.

Danny yang ada di sampingnya sedikit terkejut ketika melihat Tina mengeluarkan patung tadi. Dia akhirnya entah bagaimana bisa tenang kembali.

Mereka berdua akhirnya kembali berjalan menasuki rumah.

(Author Note: Tidak disarankan untuk membaca cerita sampah ini. Lebih baik kalian mencari novel lainnya.)

avataravatar
Next chapter