webnovel

Berlian for Rayn

Berlian Zein menemukan tunangannya, berselingkuh di kamar hotel Hilton pada saat dia bertugas sebagai pengantar makanan. Siapa sangka jika tunangannya, Nicolas Wilson berselingkuh dengan adik tirinya, Maria Zein. Berlian merasa sangat kecewa dan frustasi sehingga membuatnya hilang akal dan dia malah terjebak dengan pernikahan dingin dengan Rayn San. Pria itu adalah Tuan Muda yang berasal dari keluarga bangsawan. Tempramen yang dingin, membuat orang takut dengannya. Selain itu, dia juga Ceo dari perusahaan San Entertainment. Meskipun demikian, identitasnya itu dirahasiakan. Dia hanya muncul sesekali saja di masyarakat. Apakah Rayn San akan membantu Berlian untuk membalaskan dendamnya pada Maria dan Nicolas atau musuhnya? follow me on instagram @f3.134

Ficee · Urban
Not enough ratings
178 Chs

Berlian salah tingkah

Happy reading

"Anda bagian dari keluarga San?"

Kevin mencibir, "Nona Wilson, akhirnya Anda paham."

Jessica tersenyum dengan bangga. Dia berkata dengan lantang, "Meskipun Anda bagian dari keluarga San, Anda tidak bisa membuat keputusan dengan cepat!"

"Saat kau pulang nanti, Nona Wilson akan tahu apakah saya telah mengambil keputusan yang tepat. Saya yakin, bahwa Tuan Wilson akan marah pada Anda!"

Setelah dia selesai berbicara, dia mendekati Berlian dan berbisik, "Nona Berlian, Presdir menunggu Anda di luar…"

Ekspresi Berlian berubah dan dia melirik Kevin. "Tapi temanku masih di atas…"

Dia menggigit bibirnya.

"Aku akan menjelaskannya padanya."

Berlian menatapnya dan akhirnya mengangguk. Setelah dia meninggalkan toko itu, lalu berjalan sekitar dua puluh meter ke kanan. Dia melihat pria berdiri di sana.

Pria itu mengenakan setelan coklat dan penampilannya rapi, seperti biasanya. Rayn San melambaikan tangannya ke arah Berlian saat dia melihatnya.

Berlian menghampirinya dan berdiri selangkah darinya, nyaris tidak tersenyum.

"Presdir San, sungguh ini kebetulan sekali! Apakah kamu pergi berbelanja juga?"

Rayn San menyunggingkan senyumannya seraya mengulurkan tangan untuk menarik Berlian.

Berlian tidak siap dan bersandung karena terkejut saat ditarik ke dalam pelukannya.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Jangan bergerak."

Rayn San meraih rambutnya dengan lembut lalu memindahkan kotoran. Berlian tercegang sampai wajahnya memerah tanpa sadar.

Berlian mundur selangkah dan mengikat rambutnya. Dia tidak berani untuk menatap Rayn San. "Itu… Terima kasih telah mengutus Kevin untuk membantuku."

Rayn San tersenyum dan berkata dengan santai, "Kebetulan aku lewat dan melihat seseorang berdebat di toko, dan mendengar suara seperti suaramu. Ternyata itu benar, dan aku harus mengatakan bahwa kita benar-benar ditakdirkan bersama. Bahkan, kita bertemu berbelanja."

Berlian terdiam sesaat. Dia menatapnya dan sedikit penasaran. "Bukankah pada jam segini, kamu seharusnya bekerja di kantor? Mengapa kamu berbelanja?"

Pria itu berbohong tanpa mengubah wajahnya, "Hari ini aku libur."

"Um, begitu!" Meski Berlian bingung kenapa Rayn San libur di hari ini, tetapi setelah dia pikir dia adalah boss tentu saja punya waktu libur tersendiri. Jadi dia percaya.

Dia melihat sekeliling tetapi tidak melihat orang lain, jadi dia bertanya, "Apakah kamu berbelanja sendirian?"

Rayn San mengangguk. "Bukankah itu membosankan?"

"Iya, jadi maukah kau menemaniku jalan-jalan sebentar?" Berlian tertegun. Tidak mudah baginya untuk menjawab pertanyaan itu!

Berlian memaksakan senyum dan menolak, "Aku datang ke sini dengan sahabatku, bukankah itu tidak nyaman untukmu?"

Rayn San berpikir sejenak sebelum dia mengangguk, "Tentu saja."

Tiba-tiba Rayn San mengeluarkan kartu dari sakunya lalu meletakkannya di tangan Berlian.

"Kalau begitu ambilah ini."

Berlian tercegang. Dia memandangi kartu VIP Golden untuk mal perusahaan San. Tentu saja, kartu ini memiliki identitas yang kuat sehingga tidak ada orang yang berani meremehkannya di masa depan.

Berlian menganga karena terkejut saat dia menatap Rayn San. "Kenapa kamu memberikan ini padaku?"

Rayn San mendengus seolah-olah dia tidak menyukai pertanyaan itu. "Bukankah tidak pantas istri dari Rayn San memiliki kartu biasa?"

Berlian terdiam. "Aku belum menyetujuinya…"

"Kita sudah memiliki buku nikah." Rayn San langsung menyela dan berkata dengan serius, "Alasan aku memberimu waktu 48 jam adalah karena sulit bagimu menerima kenyataan bahwa kamu telah menikah, tetapi bukan berarti kamu bisa menyangkal hubungan kita, dan kamu harus memahaminya."

Berlian terdiam. Tiba-tiba, ponselnya berdering saat itu juga. Dia harus menjawab telepon itu.

Telepon itu dari Jovita.

"Berlian, halo! Aku dengar kau harus pergi dengan terburu-buru? Ada apa?"

Berlian melirik Rayn San. "Tidak ada apa-apa. Aku kembali sekarang, jangan khawatir."

"Oh, tidak perlu. Agenku memberitahuku bahwa kami ada acara mendadak, jadi aku akan pergi ke sana. Kita akan bertemu lagi lain kali."

Berlian tidak punya pilihan selain setuju, lalu menutup telepon.

Rayn san tersenyum.

"Apakah sahabatmu harus pergi?"

Berlian menatapnya dengan curiga, "Tuan San, apakah ini trikmu?"

Pria itu menggelengkan kepalanya, "Apakah aku harus repot-repot membuat sahabatmu pergi? Hanya karena ingin pergi jalan-jalan denganmu. Aku bukan seperti itu. Apalagi aku tidak mengenal sahabatmu."

Berlian mempertimbang perkataannya. Rayn benar. Baiklah! Kalau begitu, untuk saat ini, dia lolos dari kecurigaan.

Rayn San tersenyum saat memandangi sikap Berlian yang santai. "Baiklah Nyonya San, bolehkanh aku mengajakmu jalan-jalan bersamaku?"

Dengan mengatakan seperti itu, bagaimana dia akan menolak Rayn San?

Berlian tersenyum dan bertanya, "Kamu mau beli apa?"

"Baiklah… Bantu aku memilih dua set pakaian!"

... ..

Selama ini, Berlian belum pernah menemani pria untuk belanja pakaian mereka. Bahkan saat bersama Nicolas saat itu, dia tidak melakukannya. Ini merupakan suatu kehormatan baginya dari Rayn San.

Dia memiliki wajah yang tampan, tubuh tegak dan yang paling penting terlihat sempurna dengan pakaian apapun yang dipakainya. Semua gadis yang melihatnya, tentu saja akan memikatnya. Mereka terpesona dengan ketampanan Rayn San. Bahkan, para gadis ingin menikah dengannya.

Berlian di sana tanpa komentar. Dia menganggukkan kepalanya setiap kali Rayn San keluar dengan satu set pakaian baru.

Setelah dia melihat beberapa set, dia menyadari bahwa pakaian apapun yang dipakai Rayn San tetap bagus dan tidak akan merubah ketampanannya. Bahkan, tidak ada yang menandingi ketampanannya..

Berlian mendesah tak percaya. Rayn San terlihat sangat sempurna. Dia membayangkan jika Rayn San menjadi model dari bisnisnya, bukankah dia akan menjadi tabungan untuknya?

Jalan-jalan mereka berlangsung sampai sore. Perut Berlian keroncongan karena lapar. Rayn mengajaknya makan malam untuk berterima kasih padanya karena telah membantu 'memilih'pakaian untuknya.

Karena Berlian lapar, jadi dia tidak menolak untuk pergi makan malam. Mereka pergi ke restauran terdekat untuk makan. Berlian dengan lahap menyantap makanannya tanpa memperdulikan komentar orang lain. Rayn San bergumam dalam hatinya, "Berapa hari dia tidak makan? Sehingga menyantap makanan dengan banyak."

Ketika Berlian hendak menghabiskan bistik bebek yang ke delapan, dia mengulurkan tangannya, tetapi dengan cepat Rayn San menariknya.

Dia mendongkak dan memandangi Rayn San. "Apa yang kamu lakukan?"

Rayn San menyerahkan piring itu kepada pelayan untuk dibawa pergi dan berkata,"Kamu akan terserang kolestrol, jika kamu makan terlalu banyak bistik bebek. Makan yang lain saja."

Berlian cemberut karena tidak puas tetapi dia mendengarkan nasehat dari Rayn San. Namun, setelah melihat hidangan lain, Berlian menjadi kenyang dan meletakkan garpunya.

Rayn San melihat Berlian meletakkan garpunya dan dia pun berhenti makan. Dia memanggil pelayan untuk membayar tagihan lalu keduanya berdiri dan berjalan keluar bersama.

Mobil Aston Martin hitam di parkir di tepi jalan. Kevin turun dari mobil dan membukakan pintu dengan hormat untuk mereka. Berlian menyambutnya dengan tawa. "Tuan Kevin, apakah Anda sudah makan?"

Kevin merasa ada sesuatu yang menakutkan dari tawa Berlian dan dengan cepat dia tersenyum lalu berkata, "Saya sudah makan."

Bersambung