webnovel

Satu ranjang dengan Fawwaz

"Istirahatlah, Tuan!" ujar Nurma sambil menyelimuti Fawwaz.

Setelah selesai merawat Fawwaz, gadis muda itu bergegas membuka sebuah lemari yang ada di dalam kamar.

Ia mengeluarkan sebuah selimut tebal berwarna putih tulang yang sengaja dia bawa dari rumah.

Kemudian, gadis itu menggelar selimut tebal di atas lantai samping tempat tidur Fawwaz.

"Kau akan tidur di situ?" ucap Fawwaz memperhatikan tingkah laku Nurma.

Gadis berparas ayu itu menganggukkan kepalanya.

"Kau tidur di atas saja! Biar saya yang tidur di bawah" kata Fawwaz.

"Tuan sedang sakit, tidak apa-apa jika saya tidur di lantai, saya sudah terbiasa" jawabnya.

Nurma mengambil bantal dan menatanya di atas selimut yang telah ia gelar.

Ia membuka hijab yang ia kenakan, kemudian menuju kamar mandi untuk berganti pakaian tidurnya.

Mahkota berwarna hitam mengembang dengan indah. Terlihat sangat menawan.

Fawwaz memperhatikan gadis itu dengan pandangan yang tak biasa.

Ia baru menyadari, ternyata istri yang ia nikahi dua bulan yang lalu itu memiliki kecantikan bak bidadari.

"Nurma Rummana, nama yang indah, cantik, baik hati serta perhatian" gumam CEO muda itu.

"Ah, Fawwaz! Ada apa denganmu? Kau tak akan pernah jatuh cinta lagi, ingatlah jika kau membenci cinta!" batin Fawwaz berusaha untuk mengelak.

Tak berapa lama, Nurma keluar dari kamar mandi mengenakan baju tidur lengan pendek dan bawahan pendek pula.

Kulit putih beserta badannya yang indah semakin terlihat.

Jantung Fawwaz menjadi tak karuan.

Jantungnya berdegup kencang seperti mau copot dari tubuhnya.

Layaknya laki-laki biasa pada umumnya, matanya tak berkedip saat melihat kecantikan sang istri.

"Tuan!" ucap Nurma menggerakkan tangan ke atas serta ke bawah di depan mata Fawwaz.

"Apakah saya begitu cantik sehingga Tuan tak berkedip melihat saya?" tanya Nurma tersenyum manis.

Tampak gigi gadis itu terlihat tatkala ia tersenyum pada sang suami.

"Jangan terlalu percaya diri! Tidurlah!" kata Fawwaz mengelak.

"Ya sudah!" ucap Nurma bergegas menuju tempat tidur.

Ia berkomat kamit membaca doa sebelum memejamkan kedua matanya.

Saat ia tampak terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba Fawwaz memanggilnya.

"Nurma! Apakah kau sudah tidur?" tanya Fawwaz.

"Belum, Tuan!" kata Nurma yang dari tadi mencoba untuk memejamkan matanya.

"Pasti kau tak nyaman tidur di lantai, Tidurlah di samping saya!" ucap Fawwaz.

Nurma menolak permintaan Fawwaz dengan alasan ia tak ingin sang suami tak nyaman ketika ia tidur di sampingnya.

Padahal selama ini, memang Nurma tak pernah tidur dalam satu ranjang dengan Fawwaz.

"Walau bagaimanapun, kau adalah tanggung jawab saya, saya hanya ingin mastikan kau dalam keadaan baik-baik saja" jelas Fawwaz.

"Jangan terlalu percaya diri, kau! Saya melakukan ini karena, jika kau tidur di lantai, kemudian sakit, pasti orangtua saya beserta ibumu akan menyalahkan saya!" Tambah Fawwaz.

"Baiklah!" kata Nurma yang berpindah tidur di samping Fawwaz.

Perasaan gadis itu campur aduk, meskipun hanya berada di samping sang suami dan tak melakukan apa-apa, tapi hatinya semakin bergejolak.

"Selamat malam!" ucap Fawwaz pada Nurma.

"Malam!" jawabnya.

Fawwaz mulai memejamkan matanya, lain halnya dengan Nurma yang masih terjaga.

Kesempatan yang tak akan ia sia-siakan.

Gadis itu memperhatikan Fawwaz saat tertidur.

"Mungkin, saat ini Tuan belum bisa menerima dan mencintai saya.

Akan tetapi, saya yakin, suatu saat hati Tuan akan luluh, di hari itu, Tuan akan mencintai dan menerima saya sebagai istri Tuan. Saya benar-benar tidak sabar untuk menunggu waktu itu tiba, kita akan bersama, hidup bahagia dan memiliki anak-anak yang lucu" ucap Nurma sembari membayangkan kehidupannya dengan Fawwaz saat memiliki anak-anak yang lucu.

"Tuan! Saya mencintai Tuan dan tak akan berubah sedikitpun, Tuan adalah segalanya bagi saya" ujar Nurma.

***

Bintang-bintang mulai datang berkumpul serta mengelilingi rembulan.

Langit malam hari ini cerah, sehingga setiap mata yang memandang, dapat menyaksikan keelokan yang ditampilkan olehnya.

"Mari kita tidur, Ma!" ucap Tuan Hamdan pada sang istri yang masih menengok rembulan yang menyapanya.

"Baba duluan saja, Mama belum bisa tidur" jawab Nyonya Raline.

Tuan Hamdan menghampiri sang istri dan duduk di atas sofa samping tempat tidur mereka.

Sofa itu menghadap langsung ke arah luar jendela, sehingga, siapa saja yang duduk, akan langsung melihat pemandangan luar nan elok.

"Apa yang sedang Mama pikirkan?" tanya Tuan Hamdan pada Nyonya Raline.

Nyonya Raline memegang tangan suaminya seraya berkata, "Mama memikirkan kebahagiaan Fawwaz, Baba tau kan mengapa Fawwaz sikapnya berubah menjadi seperti sekarang" kata wanita cantik itu.

"Peristiwa yang lalu, biarlah berlalu, tak perlu untuk diingat-ingat kembali" ujar Tuan Hamdan.

"Tapi, Baba tak habis pikir, mengapa Mama memilih Nurma untuk menjadi pendamping hidup Fawwaz?" tanya Tuan Hamdan.

Nyonya Raline berdiri dan menghadap pada suaminya.

Ia berkata, "Mama memiliki alasan tersendiri, Nurma gadis yang baik tapi, ia hanya seorang pembantu" ucap Nyonya Raline.

"Ya benar, mengapa Fawwaz harus menikahi seorang pembantu?" tanya Tuan Hamdan.

Nyonya Raline mendekatkan bibirnya ke telinga sang suami.

Ia membisikkan sesuatu pada Tuan Hamdan.

"Jadi, itulah alasan Mama menikahkan Fawwaz dan Nurma" ujar Nyonya Raline.

"Nurma gadis yang baik, semoga saja mereka saling mencintai" harap Tuan Hamdan.

****

"What will you do?" tanya Nyonya Debora--ibunda Alycia pada sang suami. (Apa yang akan kau lakukan?).

"I already paid journalist to bring this news, and i am sure, many companies will cancel their cooperation with Abbasy Company" jawab Tuan Bosch dengan sangat yakin. (Aku sudah membayar wartawan untuk membawakan berita ini, dan aku yakin, banyak perusahaan yang akan membatalkan kerja samanya dengan Perusahaan Abbasy).

"Berita apa?" tanya wanita berwajah bule itu pada sang suami.

"It's surprise! We'll see tomorrow!" ujar Tuan Bosch dengan senyuman yang mengembang. (Ini kejutan! Kita akan melihat besok).

"After your plan worked, you have to looking for our daughter, Alycia" pinta Nyonya Debora yang telah lama merindukan sang putri. (Setelah rencanamu berhasil, kamu harus mencari putri kita, Alycia).

"We will think it later" ujar Tuan Bosch. (Kita akan memikirkannya lain waktu).

***

"Let's go!" Ajak Justin. (Ayo pergi!).

Kehidupan di Bali di waktu malam sangatlah ramai.

Banyak turis asing yang berbondong-bondong pergi ke diskotik untuk berpesta.

Minuman setan pun banyak disediakan di diskotik-diskotik yang menjamur di setiap jalan.

"Babe! Let's go!" ucap Justin menggandeng tangan Alycia. (Sayang! Ayo pergi!).

Namun, gadis itu hanya diam dan tak bergerak sedikit dari tempatnya.

"Are you okay, Alyce? tanya Kate pada sahabatnya. (Kamu baik-baik saja?).

"I need to talk with Justin, would you wanna leave a moment?" pinta Alycia pada Katrine. (Aku butuh bicara dengan Justin, Maukah kamu keluar sebentar?).

"Sure!" jawab Katrine singkat. (Tentu).

Katrine meninggalkan Alycia dengan Justin.

Tampaknya Alycia ingin menyampaikan hal penting pada sang kekasih, pikir Kate.

Next chapter