webnovel

Orang misterius

"Mau ke mana?" tanya Nurma.

"Toilet!" jawab Fawwaz secara singkat.

Di restoran mewah ini, hanya ada beberapa pasangan yang sedang makan malam bersama.

Mereka tampak bahagia dan saling perhatian satu sama lain.

Lain halnya dengan dirinya, tak pernah sekalipun Fawwaz memperlakukannya dirinya seperti seorang istri.

Nurma merasa iri dengan pasangan lain di tempat itu.

Mereka saling menyuapi pasangannya satu sama lain serta tersenyum bahagia.

"Andai saja Fawwaz seperti mereka, pasti aku akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini" gumam Nurma sambil melamun Fawwaz yang menyuapinya dengan romantis.

Tiba-tiba seorang pelayan datang dan memberikan sepucuk surat pada Nurma seraya berkata, "Nona, ini surat untuk anda dari Tuan Fawwaz" ujar pelayan.

"Dari Tuan Fawwaz? Suami saya baru saja ke toilet" kata Nurma.

"Saya hanya menyampaikan saja, Nona!" ucap pelayan itu yang lantas meminta izin untuk pergi.

Ia membuka surat yang berbentuk hati itu dengan hati-hati.

Isi surat itu adalah, "Saya ada kejutan lain untukmu, saya tunggu kamu di taman Dewata samping restoran ini."

Surat itu menjadikan Nurma gembira, wajahnya berseri-seri, sebab suaminya yang konon cuek itu, ternyata perhatian dengan dirinya.

Ia bergegas keluar dari restoran tersebut untuk menuju ke taman Dewata.

***

"Alycia!" ucap Fawwaz spontan ketika melihat Alycia yang keluar dari toilet wanita.

Sontak hal itu mengagetkan Alycia, ternyata Fawwaz masih mengingat dirinya.

Dengan terburu-buru, Alycia memakai jaket warna hitam lengkap dengan maskernya dan pergi meninggalkan Fawwaz.

Wanita itu tak menjawab sepatah kata pun panggilan dari Fawwaz.

"Itu benar Alycia anak Tuan Bosch?" gumam Fawwaz.

"Sudahlah lupakan saja!" batin Fawwaz yang bergegas meninggalkan toilet.

Sesaat ia sampai di meja tempat duduknya, ia tak menemukan Nurma berada di tempat itu.

Sedangkan makanan yang mereka pesan sudah sampai dan terhidang di atas meja.

"Waitress!" panggil Fawwaz pada pelayan.

"Iya, Pak!" kata seorang pelayan.

"Lihat gadis yang datang bersama saya tadi tidak?" tanya Fawwaz pada pelayan itu.

"Oh, gadis cantik yang berkulit putih serta berhidung mancung tadi, ya pak?" kata pelayan itu sambil menyebutkan ciri-ciri Nurma.

"Iya, benar," kata Fawwaz.

Pelayan itu menjelaskan pada Fawwaz jika ada seseorang yang mengaku sebagai Tuan Fawwaz dan memberikan sebuah surat padanya, kemudian pelayan itu memberikan surat itu pada Nurma.

Laki-laki itu bilang jika ia menunggu Nurma di luar Restoran.

"Mengaku sebagai Fawwaz?" tanya Fawwaz kaget.

"Saya Fawwaz, bagaimana mungkin kamu seteledor ini?!" kata Fawwaz dengan nada tinggi.

"Maaf, Pak! Saya hanya menjalankan tugas saya" kata pelayan itu.

"Kalau istri saya kenapa-napa, apa kamu mau bertanggung jawab?!" bentak Fawwaz.

Fawwaz segera membayar makanan yang ia pesan tadi dan bergegas pergi meninggalkan restoran itu tanpa makan sedikitpun.

Ia sangat khawatir dengan keadaan Nurma, ada rasa tanggung jawab dalam dirinya untuk melindungi serta memastikan keadaan Nurma aman.

"Nurma! Bagaimana mungkin kau sebodoh ini!" gumam Fawwaz.

Tiba-tiba sebuah telepon berdering, tertera nama ibundanya di dalam layar ponsel itu.

Fawwaz tak tau harus berkata apa jika ibundanya menanyakan keberadaan Nurma padanya.

Namun, ia tetap menerima panggilan telepon dari sang bunda.

"Iya, Ma!" ucap Fawwaz.

"Di mana Nurma, Nak?" tanya Nyonya Raline tanpa basa basi.

"Ibu Ningsih mau bicara dengan putrinya" ujar Nyonya Raline.

"M-mama, Nurma sedang berada di hotel bersama Ajeng dan Andi, Fawwaz sekarang lagi di luar" jawab Fawwaz yang beralasan.

"Jangan tinggalkan istri kamu sendirian, Nak! Kalian pengantin baru, harus selalu menghabiskan waktu bersama" tutur Nyonya Raline.

Fawwaz berkata pada Nyonya Raline jika ia akan meneleponnya kembali setelah sampai hotel, agar ibu Ningsih dapat berbicara dengan Nurma.

Ia kemudian mematikan teleponnya dan berjalan terburu-buru untuk menyisir jalanan sekitar Restoran itu.

Ia yakin jika Nurma masih belum jauh dari tempat itu.

***

"Dad, it was more than two months Alycia left us, i miss her so much" ucap Nyonya Debora pada suaminya. (Pa, sudah lebih dari dua bulan Alycia meninggalkan kita, aku sangat merindukannya).

"Shut up! I don't consider her as my daughter again" ucap Tuan Bosch pada sang istri dengan emosional. (Diam! aku tidak menganggapnya sebagai putriku lagi).

"She has humiliated us and make our company almost bankrupt" jelas Tuan Bosch. (Dia telah mempermalukan kita dan membuat perusahaan kita hampir bangkrut).

Karena Alycia meninggalkan Fawwaz di hari pernikahannya, hal itu berpengaruh pada perusahaan sang ayah.

Kerja samanya dengan perusahaan milik keluarga Fawwaz dibatalkan, juga banyak perusahaan yang akan bekerja sama, memilih untuk mengurungkannya.

Hal itu karena mereka menganggap, tanpa adanya perusahaan Abbasy yang bekerja sama dengan perusahaan milik Tuan Bosch, maka mereka tak akan mendapatkan keuntungan atau malah akan mendapatkan kerugian.

"I beg you, look for Alycia" pinta Nyonya Debora dengan memelas. (Ku mohon, carilah Alycia).

"Never! Now i just focus to destroy Hamdan's family" kata Tuan Bosch. (Tidak akan pernah! Sekarang aku hanya akan fokus untuk menghancurkan keluarga Hamdan).

***

"Mbak! Lihat gadis sekitar usia delapan belas tahun, kulit putih, hidung mancung, mata sipit, tinggi sekian" tanya Fawwaz pada orang-orang sembari menyebutkan ciri fisik Nurma.

Namun, tak ada seorang pun yang melihat gadis muda itu.

Tak berputus asa, ia lanjut menyusuri jalanan setapak demi setapak. Saat tiba di jalan yang sepi, tiba-tiba Fawwaz mendengar permintaan tolong.

"Tolong!" terdengar suara perempuan yang meminta pertolongan.

"Seperti suara Nurma" gumam Fawwaz.

Fawwaz mengikuti arah suara itu, terkejut, ia melihat Nurma sedang bersama seseorang yang memakai pakaian serba hitam, wajahnya tertutup dengan masker hitam.

Terlihat seseorang yang misterius itu berusaha untuk mencekik leher Nurma.

"Hei! Stop!" Fawwaz berlari untuk menolong Nurma.

Sedangkan seseorang yang misterius itu melarikan diri.

"Nurma, kau tidak apa-apa?" tanya Fawwaz.

"S-saya takut, dia menyakiti saya, s-saya hampir mati tak bisa bernapas" jelas Nurma yang agak susah untuk berbicara akibat cekikan seseorang misterius itu.

"Kau tunggu di sini dulu, saya akan kejar orang itu" kata Fawwaz pada Nurma.

Fawwaz mengejar orang berpakaian hitam itu, nampak dari postur tubuhnya, ia adalah seorang wanita, tebak Fawwaz.

"Tunggu!" teriak Fawwaz pada seseorang yang misterius itu.

Seseorang misterius itu menoleh dan tanpa sengaja tersandung sebuah batu yang berada di tengah jalan.

Ia jatuh tersungkur ke tanah, kakinya berdarah.

Tapi ia tetap berusaha untuk kabur, agar Fawwaz tak bisa menangkapnya.

Namun, untungnya Fawwaz dapat menangkap orang misterius itu. Ia berusaha untuk membuka maskernya untuk melihat wajah orang itu.

"Kau siapa?" tanya Fawwaz pada orang misterius itu.

"Bukan urusanmu!" kata orang berpakaian serba hitam itu.

"Jangan buka maskerku!" ucap orang itu sambil memegangi maskernya agar tidak dibuka oleh Fawwaz.

Tanpa memedulikan apa yang dikatakan orang berpakaian serba hitam itu, Fawwaz tetap bergegas untuk membuka maskernya.

Next chapter