webnovel

Berharga

Mela Widia Astuti, merupakan anak tunggal dari Ibu Mayangsari .Ia mempunyai adik laki-laki yang masih kecil. Mereka hidup bertiga di rumah kecilnya. Kisah ini berawal dari pengalaman Mela yang sudah merasakan beban berat keluarganya. Mencari nafkah berdua bersama ibunya. Suatu ketika, Mela dilamar Seorang dokter muda yang baik hati dan tampan wajahnya. Dokter inilah yang sering membantu satu persatu masalah yang Mela hadapi. Namun, ada pertentangan untuk hubungan mereka. Mulai dari orang terdekatnya yang iri, keluarganya yang terhasut dan banyak hal yang Mela rasa ini bukan salahnya. Gadis bernama Mela inilah yang Setia memberikan dukungan moral, memberikan semangat yang terkobar pada temannya, namun mereka tidak tahu apa yang dialami oleh Mela di belakang layar. Sampai pada akhirnya, mereka menemukan pengganti derita yang Mela alami, Mela yang mampu merubah lara, asa menjadi tawa. Kini apa yang tidak diketahui temannya perlahan mereka pecahkan. Mela yang berkeinginan untuk lebih manjadi wanita yang kuat dari apa yang ia harapkan. Ingin menjadikan rasa yang tercipta dengan sederhana dan ,mengalir bagai air yang tenang.

Oktavianirianti · Teen
Not enough ratings
9 Chs

Kamu

"Isssshhh menyebalkan. Baru satu hari saja, pak dokter sudah menyebalkan sekali. Apasih mau pak dokter?kenapa ingin bertemu saya? Kenapa ingin jalan-jalan dengan saya? Apa yang membuat pak dokter ingin kenal dengan saya?" cerocos Mela dengan muka kesal,bibir cemberut.

Cerocosan Mela seketika terdiam ketika melihat sebuah bunga dihadapannya. Mela tau itu bunga, tapi Mela tidak tau apa yang menjadikan dokter itu memberinya bunga. Apakah ia sedang kerasukan? Ataukah dia jualan bunga?

"Mm ini maksudnya apa?" ucap Mela sedikit ragu menerima bunga itu

"Terimalah"sahut Dokter

"Untukku?"ucap Mela masih ragu

"Iyah untukmu" perintah dokter

"Karna hal apa pak dokter memberiku bunga?" ucap mela mengintimidasi

"Bukan karna apapun, saya ingin saja memberimu bunga" celetuk Dokter

"Yasudah saya kembalikan lagi, untuk apa memberi tanpa tujuan jelas" ucap Mela sembari meninggalkan dokternya itu.

Kini Mela menuju pinggir pantai, dan mencoba meminimalisir hatinya yang akhir-akhir ini tak karuan berdebar.

"Kamu tidak suka bunga ya?" ucap dokter di sisian Mela saat ini.

"Bukan tidak suka pak, tapi cara bapak memberinya seolah saya tuh mengemis ingin diberi bunga"ucap Mela

"Bukan seperti itu maksud saya" gelagap dokter

"Lantas kenapa bapak memberi bunga?"kesal Mela

"Karna saya tau selera wanita ingin diberi bunga"ucap dokter merasa benar dengan ucapannya

"Yasudah saya terima" pasrah Mela

"Terima nikahnya Mela binti siapa?"goda dokter

Blush... Pipi Mela sontak berubah semu merah. Malu tapi kaget. Bayangkan saja bagaimana ketika digombal lelaki seperti dia. Senangnya tentu saja Mela rasakan saat ini, namun ketakutan dan keraguannya masih tetap menyelimuti diri.

"Apaan sih pak dokter, ngigo kali ya"ucap mela

"Kalo mau asli bagaimana?"goda dokter kembali

"Ah sudah pak dokter,, saya lapar" gerutu Mela, sesekali meremas perut nya kuat-kuat. Mungkin ia bisa magh jika tidak mengisi makanan saat ini juga.

"Baiklah ayo ikut saya!" ajak dokter

"GO" semangat Mela

Merekapun kini beriringan sejajar menuju arah tujuan tempat makan. Perut Mela sudah keroncongan minta diisi. Namun apalah daya jika antrean masih dibudayakan. Hingga akhirnya kami rela menunggu demi mendapatkan makanan pelunas lapar. Sesaat setelah menunggu, akhirnya pelayan mengantarkan antrean pesanan ke meja tempat Mela dan dokternya menunggu. Mela pun dibuat takjub dengan pemandangan makanan saat ini, banyak aneka yang dihidangkan dengan menu yang bervariasi warna warni dan macam-macam bentuknya. Mela tampak berfikir mengapa pesanannya begitu banyak sekali, padahal dia belum memesan apapun. Apakah dia sudah membuat pesanannya duluan? Mungkin saja.

Lalu dokter pun melihat ekspresi Mela yang sungguh menarik perhatian untuknya. Tau jika wanita dihadapannya sudah kelaparan dari tadi.

"Makanlah Mela" ucap dokter pada Mela yang masih melihat makanannya.

"Mm apa ini semua dihidangkan hanya untuk berdua saja?"tanya Mela sebelum memulai makanannya

"Tentu saja ini untuk kita berdua" jelas dokter tanpa mengalihkan pandangannya dari Mela yang masih dibuat bingung.

"Yasudah terimakasih sebelumnya sudah memberikan makanan sebanyak ini, saya suka" ucap Mela

"Saya juga suka kamu"ceplos dokter

Seketika Mela yang sedang mengunyah tiba-tiba tersedak dengan ucapan dokternya itu. Apa-apaan maksudnya? Tidak mengenal waktu saat menggombal. Nyatanya Mela baru menyadari jika dokternya ini pandai menggombal. Siapa saja sebenarnya wanita yang telah menjadi korban rayuan dokter ini. Sepertinya banyak.

"Minumlah" tangan dokter menyodorkan segelas air putih kepada Mela.

"Terimakasih"malu Mela

Hening, keadaan berubah menjadi kaku. Mela tidak berusaha membuka pembicaraannya, karena kejadian tadi membuat Mela merasa malu dengan ucapan dokternya itu. Kenapa dia melakukan ini semua? Bahkan tidak ada kejelasan sama sekali. Mela pikir ini hanyalah sebuah candaan semata.

"Pak dokter"panggil Mela

"Iya mel, ada apa?" jawab dokter

"Mm apa hari ini pak dokter sedang ulang tahun?"tanya polos Mela

"Hah ulang tahun?tidak Mela. Saya tidak ulang tahun" jelas pak dokter yang masih terkekeh dengan pertanyaan polos Mela

"Lalu kenapa hari ini pak dokter bersikap manis pada saya?saya kira pak dokter sedang ulang tahun"ucap Mela

"Hahah, kamu ini Mel. Tidak ko. Saya tidk ultah. Hanya saja saya sedang senang hari ini" ucap dokter

"Senang karena hal apa?"tanya Mela

"Karena saya bisa jalan-jalan dengan kamu" sahut Dokter

"Kenapa pak dokter menjadi senang karna saya? Sedangkan kami baru kenal satu hari saat di klinik. Itu saja" ucap Mela yang masih dibuat bingung dengan semua ini.

"Jadi sebenarnya, semenjak saat kamu pulang dari klinik. Saya suka memperhatikan aktifitasmu selama di sekolah. Entahlah rasanya saya suka dengan kehadiran kamu. Bolehkah saya berteman denganmu?" pak dokter mencoba menjelaskan

"Apa yang membuat pak dokter suka terhadap keseharian saya. Sedangkan saya hanya wanita biasa"Ucap Mela

"Saya tidak mengenal mana wanita yang biasa dan yang mewah. Saya hanya merasa semua ketulusan ada padamu Mela. Saya merasa mungkin berteman denganmu tidak banyak dimanfaatkan"kekuh Pak dokter

"Kenapa pak dokter bilang seperti itu, apakah pak dokter pernah dimanfaatkan?tanya Mela

"Tidak, tidak. Maksud saya itu saya merasa mungkin alangkah baiknya lebih banyak mengenal dan dekat dengan orang yang sederhana seperti kamu Mel. Karena melihat profesi saya sebagai seorang dokter, saya takut jika saya hanya dijadikan manfaat untuk mereka diluar sana"jelas Dokter.

"Janganlah takut pak dokter, selama anda yakin bahwa Allah selalu melindungimu. Disitulah kamu akan selalu terjaga dari orang-orang yang akan berbuat jahat kepada anda" nasihat Mela

"Terimakasih sebelumnya sudah mau mendengarkan cerita saya"antusias Dokter

"Tidak apa, sama-sama pak. Lain kali jngan sungkan jika ingin bercerita." ucap Mela

"Jadi kamu mau jadi teman saya?"tanya Dokter sekali lagi.

"Tentulah pak dokter, siapapun yang ingin berteman dengan baik. Saya terima" sahut Mela

"Terimakasih. Mulai saat ini jangan panggil saya dokter ok" perintah Dokter

"Lalu saya harus panggil apa?" tanya Melq cemas

"Panggilah saya andrian saja" ucap Dokter

"Tidak pak, saya canggung. Lebih baik saya panggil kakak saja ya" ucap Mela

"Mm baiklah jika itu maumu" pasrah dokter andrian

Perbincangan mereka kali ini dilingkupi dengan kehangatan sebuah rasa. Tidak ada kecanggungan lagi saat pertama bertemu. Mereka satu sama lain saling berterimakasih dalam hati, karna telah dipertemukan dengan cara seperti ini. Teman yang mengerti satu sama lain. Meskipun baru sesekali bertemu. Tapi ada kenyamanan yang tercipta tanpa mereka minta.

"sepertinya sudah sore, bolehkah kita pulang?" tanya Mela

"tentu saja dengan senang hati, maaf saya keasyikan berbicara. hingga lupa waktu" ucap Dokter Andrian

"tunggulah di mobil dahulu, saya akan bayar makanannya" ucap Dokter

" baiklah" ucap Mela mengiyakan

Mela pun segera menuju arah mobil dokter Andrian. sesekali ia masih diganggu dengan pikirannya. ada kebingungan yang masih terus menyelimuti dirinya. apakah yang dia katakan benar. ataukah dia hanya menjadikan Mela sebagai pelampiasan masalahnya? terus saja hal buruk terbayang dalam pikiran Mela, hingga tak sadar jika seseorang menepuk pundak Mela. dan Mela terperonhat kaget dengan aksi itu. Mela pun menoleh, dan ternyata itu teman barunya. Dokter Andrian.

"Kenapa melamun,?" tanya Dokter Andrian

"eh maaf barusan saya kepikiran takut ada yang ketinggalan di resto" bohong Mela

"yasudah masuklah mobil" perintah dokter Andrian.

Mela pun masuk, dan menyamankan duduknya dengan tangan yang memasangkan sabuk pengaman untuk dirinya. sesekali matanya ia atur untuk tidak terlihat melamun kembali.