webnovel

Berharga

Mela Widia Astuti, merupakan anak tunggal dari Ibu Mayangsari .Ia mempunyai adik laki-laki yang masih kecil. Mereka hidup bertiga di rumah kecilnya. Kisah ini berawal dari pengalaman Mela yang sudah merasakan beban berat keluarganya. Mencari nafkah berdua bersama ibunya. Suatu ketika, Mela dilamar Seorang dokter muda yang baik hati dan tampan wajahnya. Dokter inilah yang sering membantu satu persatu masalah yang Mela hadapi. Namun, ada pertentangan untuk hubungan mereka. Mulai dari orang terdekatnya yang iri, keluarganya yang terhasut dan banyak hal yang Mela rasa ini bukan salahnya. Gadis bernama Mela inilah yang Setia memberikan dukungan moral, memberikan semangat yang terkobar pada temannya, namun mereka tidak tahu apa yang dialami oleh Mela di belakang layar. Sampai pada akhirnya, mereka menemukan pengganti derita yang Mela alami, Mela yang mampu merubah lara, asa menjadi tawa. Kini apa yang tidak diketahui temannya perlahan mereka pecahkan. Mela yang berkeinginan untuk lebih manjadi wanita yang kuat dari apa yang ia harapkan. Ingin menjadikan rasa yang tercipta dengan sederhana dan ,mengalir bagai air yang tenang.

Oktavianirianti · Teen
Not enough ratings
9 Chs

Di Sekolah

Matahari mulai menampaki sinarnya di balik bukit di bawah pegunungan. Burung berkicau riang kesana kemari mencari lawan dan kawan yang berterbangan dari segala arah. Mela dengan semangat hari ini, memulai paginya dengan bismillah, melangkahkan kakinya dengan tujuan dan arah harapannya.

Kini Mela sudah sampai sekolah kebanggaannya itu, matanya mulai menyusuri ruangan favoritnya. Apalagi jika bukan kelas tercintanya. Sesampainya Mela tidak merasakan kehadiran banyak teman di sana, padahal hari ini sudah siang. Dan biasanya ia lebih siang jika datang. Lalu kemana mereka semua? Namun tiba-tiba...

"Duarrrrrrr" kaget Rina pada Mela

"Astagfirullah" terkejut Mela

"Ahahha lo kenapa lengak-lengok kelas sendiri? Cari yang ganteng?"sahut Rina

"Yey, itu mh lo kali"timpal Mela

"Hhe"malu Rina

"Eh lo udah dari mana sih, dan anak-anak ko pada jam segini belum dateng?" seru Mela

"Anak-anak mah udah pada dateng kali daritadi, cuman mereka pada liat bazar buku di lapangan"jelas Rina

"Wah beneran ada bazar buku lagi?"tanya Mela

"Iyalah masa iya gue ngada-ngada"jawab Rina

"Yaudah yuk anter gue kesana, pengen liat-liat. Siapa tau juga ada yang menarik perhatian gue" seru Mela sambil menyimpan tas nya di kelas.

"Yoi lah yuk otw" ajak Rina

Mereka pun segera beranjak pergi dari kelasnya menuju ke lapangan tempat bazar diadakan. Disana sangat ramai dikerubungi para siswa-siswi yang berlomba mendapatkan ini itu. Contohnya saat ini, Mela tengah sibuk mencari buku kesukaannya, buku favoritnya. Apalagi jika bukan novel kecintaannya. Namun di sisi lain, ada yang nampak lega setelah melihat keberadaan Mela di kerubunan bazar itu, dengan was-was Pria tersebut menghampiri Mela.

"Mel, lo lagi cari buku apa? " tanya Anshari di pinggirnya

"Eh ini loh, aku cari buku novel kesukaanku"jelas Mela

"Oh gitu ya,"jawab Anshari.

Dengan setengah gugup, Anshari segera memberanikan niat dalam hatinya kali ini. Ia tidak mau telat mengutarakan sesuatu dalam dirinya.

"Mm. Mel, pulang sekolah dijemput sama siapa?" tanya Anshari tiba-tiba

"Mm gue pulang naik angkutan umum kayaknya, memang kenapa gitu?" sahut Mela

"Bareng gue aja ya, gue mau nraktir lo makan"seru Anshari.

"Mm gimana ya,, nanti lah gue pikir-pikir dulu.

Soalnya pulang sekolah gue langsung bantuin ibu jualan di pasar. Jadi gue gak bisa janji Ri" jelas Mela sedikit tak enak

"Oh ya gapapa lain kali aja mungkin kalo lo gak sibuk." sahut Anshari.

"Makasih ya pengertiannya, maaf ya" tak enak Mela

"Santai aja Mel, kan bisa minggu depan mungkin" jawab Anshari seadanya.

"Iya hehe,yaudah aku pamit dulu ya mau ke kelas duluan" jawab Mela

"Iya silahkan Mel"sahut Anshari

Mela akhirnya segera menuju kelasnya, entah kenapa setelah penuturan Anshari tadi. Mela merasa aneh dengan sikap Anshari kepadanya belakangan ini. Apa mungkin? Ah mungkin tidak, mungkin perasaan Mela salah.

****

Saat ini para siswa sedang sibuk memperhatikan guru yang sedang menerangkan di depan kelasnya. Ada yang fokus, ada yang mengantuk, dan ada yang diam-diam mengobrol.

Suasana siswa yang pada umumnya tidaklah berbeda, masa yang mungkin ada membosankannya dan banyak menyenangkannya. Tapi untuk Mela, mungkin banyak hal yang ia dapat di sekolah tercintanya ini. Dengan bekal seadanya, ia mampu menjadikan dirinya sebagai siswi yang bisa menjaga sopan santunnya, berusaha taat pada aturan sekolahnya, tidak pernah iri dengan apa yang ia lihat di sekelilingnya, perbedaan mendasar dirinya tidak lekang menjadikan Mela siswi pintar selama ini. Ia benar-benar sungguh bersyukur dengan ia sudah bisa bersekolah pun sangat bahagia. Mempunyai banyak teman yang berhati mulia, penuh perhatian, dan saling pengertian mungkin ia rasa cukup menata bahagia bersama. Tidak pernah memandang fisik maupun derajat untuknya, yang terpenting saling menghargai satu sama lain dan menjadikan pelengkap dari setiap kekurangan dan kelebihan teman-teman terhadap dirinya. Kemudian bu guru yang sedang menerangkan di depan membuat lamunan Mela terbuyarkan seketika. Pandangannya mendadak serius kembali pada sang guru di depannya itu.

"Baik anak-anak, ibu memberitahukan kepada kalian semua, bahwa di pelajaran bab selanjutnya ibu mengadakan drama musikal untuk Kelas XI ini, dan ibu harap kalian segera menyiapkannya dari sekarang ya. Untuk pembagian kelompoknya, kalian bisa kondisikan saja masing-masing. Dan untuk pelataran tempatnya ibu adakan di lapangan saja." jelas Ibu Yani selaku guru seni budaya di depan

"Bu kapan tampilnya?"celetuk Jian

"Mungkin perkiraan tiga minggu untuk kalian persiapannya. untuk proses drama musikalnya bisa ibu atur kapan tampilnya dan ibu akan kondisikan waktu dan tempatnya. Asal kalian siap tampil pada waktu yang ditentukan nanti".ucap Ibu Yani panjang lebar.

"Wah bu ko tiga minggu sih, kecepetan itu mah bu" sahut Dona

"Itu tugas kalian pokoknya, ibu mau kalian berusaha dulu ok" tegas Ibu yani

"Baik bu" serentak para siswa menjawab.

Dengan pasrah akhirnya mereka mengiyakan kemauan gurunya tersebut. Namun tidak dengan Jian ini, dia sibuk meminta sekelompok dengan Rina karna ada alasan lain.

"Woy Rin, gue ikut kelompok lo ya" timpal Jian

"Enak lo itu mh"timpal Rina.

"Udah mending kita bagi rata aja, kita pake sistem 123 aja. Jadi kita nanti bagi 3 kelompok aja lah ya cukup banyak" sahut Mela pada temannya

"Jadi gimana tuh maksudnya sistem 123 itu?" tanya Dona pada Mela

"Jadi dari ujung sana ke ujung sini berhitung dari satu sampai tiga dan terus sampai pada ujung bangku terakhir, nanti yang kebagian angka tersebut kemudian pada gabung. Misalnya Dona kebagian angka 1 dan Rina angka 2. nah, otomatis Dona gabung tuh sama mereka yang kebagian angka 1 juga. Begitupun Rina bergabung dengan teman-temannya yang kebagian angka 2." jelas Mela panjang lebar.

"Oh gitu, iya gue ngerti" paham Dona.

"Tapi gue gak setuju Mel" tolak Rina

"Kenapa?"

" Karna gue kan sebangku sama lo, otomatis kan kita pasti bakal beda angka lah" tolak Rina

"Lo mah kaya lem aja pengen nempel terus sama gue"timpal Mela

"Udah-udah mending kita koclok pake kertas aja lah ya, biar adil gtu" sahut Reni teman Dona

"Yaudah yuk" Setuju Rina

" Ok, gue siapin kertasnya, lo nanti tulisin nama-nama temen sekelasnya semua." tunjuk amela pada Rina

"Bantuin gue dong Dona, Reni, biar cepet" rengek Rina

"Iya-iya gue bantuin deh" sahut Dona

Wajah para siswa seketika mendadak tegang, takut jika berkelompok dengan siswa yang nakal. Mereka deg-degan akan berkelompok dengan siapa. Nama demi nama terucapkan oleh Rina yng sedang mengoclok kertas lipatan kecil di tangannya. Lemparan satu persatu ia keluarkan dalam tangan mungilnya.

"Mela, baca siapa nama di kertas itu." suruh Rina

"Ok, aku buka ya" jawab Mela

"Agus"

"Nida"

"Bambang"

"Yusri"

"Hamzah"

"Ega"

"Mira"

"Sendi"

"Zulfa"

"Risa"....

Satu persatu nama sudah terbagi sudah menjadi dua kelompok. Sisanya dua kelompok lagi. Mereka mulai tegang. Dan mereka memulai membuka satu persatu kertas yang jatuh dari tangan Rina untuk kelompok berikutnya.

"Andi"

"Zaki"

"Vera"

"Miska"

"Hera"

"Melodi".

"Ayu"

"Hadi"

"Kenya"

Dan "Doni"...

"Udah 20 orang nih.. Sisanya 11 orang berarti masuk kelompok 3 ya temen-temen. Tapi kita coba cek lagi takutnya gaib nambah satu orang" sahut Mela menebak sembari canda

"Yah gue coba hitung aja deh ya" ucap Rina

"Tuh kan gue pasti sekelompok sama lo Rina," sahut Jian menebak

"Puas lo!" sebal Rina

"Yaiyalah gue puas, biar gue bisa jailin lo" puas Jian

"Gapapalah Rin, suka kali dia sekelompok sama lo" ucap Anshari tiba-tiba

"Ih gak mau gue deh sama dia, pusing yang ada" decak Rina

"Udah-udah kita atur strategi buat nanti, biar tampil ok" ucap Mela

"Daftar nama kelompok kita siapa aja tuh bacain Mel, gue takut lupa" sela Anshari

"Dona, Reni, Mira, Andin, Fikri, Anshari,Jian, Aku, Rina, Yogi, Yosef" Mela mengabsen nama.

"Ok cukup ya, nanti kita lanjutin sesudah istirahat aja. Kita fokus dulu ke pelajaran sekarang ya." ucap Mela lagi

Pelajaran demi pelajaran dilalui begitu saja, hingga tak terasa bel istirahat sudah nyaring menembus gendang telinga. Siswa-siswi terbirit-birit menuju kantin tercintanya . Dan kini Mela juga teman-temannya pun sama saling berebut tempat duduk di kantinnya.

"Mela, tuh ada kursi pojok yang kosong, disitu aja ya?" tunjuk Rina sembari tangannya mengarah pojokan sana.

"Bukannya itu tempat nongkrongnya si Jian ya?" tebak Mela

"Gapapalah yuk gue udah laper nih"gerutu Rina

"Iyadeh yuk" pasrah Mela

Mela akhirnya mengikuti ajakan Rina kali ini, mungkin perutnya pun sudah berdemo ingin dipasok energi tambahan. Mau tidak mau ia pun mengalah dan berusaha sabar menghadapi teman menyebalkannya ini.

"Eh Mel pulang lo sama siapa?" tanya Rina sambil mengunyah makanannya.

"Sendiri aja, emang kenapa lo, tumben nanyain gue pulang sama siapa" seru Mela

"Gpp sih cuman iseng nanya aja" sahut Rina cengengesan.

"Menyebalkan!" gerutu Mela

"Mm sebenernya sih gue mau ngajak lo ke toko buku, cuman gue takut lo nya lagi sibuk bantuin nyokap lo" jujur Rina akhirnya

"Kenapa gak bilang aja dari tadi ke, kan gue bisa atur waktunya" sahut Mela

"Yah gue gak enak sama lo"malu Rina

"Yah gapapalah yuk gue anter lo ke toko buku, cuman ya nanti udah di toko buku kita pisahan pulangnya" ide Mela

"Emang lo gapapa gtu?" tanya Rina

"Apasih yang engga buat kamu" goda Mela

"Lebay" geurut Rina

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.30, dan bel istirahat sudah berakhir. Mela dan Rina segera beranjak dari kursi menuju Kelasnya. Pelajaran berikut pun dimulai akhirnya,

Mela dan Rina segera mengeluarkan alat tulis keperluan belajarnya. Mereka sibuk merapihkan pakaian seragamnya, katanya biar rapih dan cantik. Juga biar dapet tambahan nilai. Wkwkw.

Seisi kelas XI IPA ini pada sibuk memperhatikan apa yang gurunya terangkan, mereka sibuk juga mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang gurunya ajukan kepada mereka semua. Saling berebutan mengacungkan tangan paling tinggi. Jawaban demi jawaban mereka terka walau mereka tidak yakin jawabannya benar atau tidak. Hingga tak terasa mereka telah berada di akhir jam pelajarannya. Sampai bel pulang sudah berbunyi nyaring di toa sekolahnya. Menandakan mereka semua boleh pulang.

Dari kejauhan Rina tiba-tiba berlari memanggil Mela sambil ngos-ngosan nafasnya tak karuan. Sampai Mela pun bingung sendiri dengan tingkah sahabatnya itu.

"Mela... Mela..... Tungguin bentar!" teriak Rina

"Ada apasih pake lari-lari segala, gak caoe apa?" tanya Mela

"Lo gak inget apa? Kan kita mau ke toko buku bareng. Lo katanya mau nganter gue ih" cibir Rina

"Ehiyah gue lupa Rin, abisnya lo sih banyak kesana kemari jadi kan gue lupa, untung lo ingetin barusan" kekeh Mela sembari senyum malu

"Yaudah yuk" ajak Rina

Merekapun segera masuki parkirannya, kebetulan Rina membawa motor ke sekolah. Jadi tidak perlu repot- repot jika Mela mengantar Rina ke toko buku. Setidaknya dia dapat tumpangan gratis setengah perjalanan.

"Udah siap?" tanya Rina sembari memastikan Mela sudah memakai helm miliknya itu

"Ok udah" seru Mela semangat

"Otw" sahut Rina