1 BAGIAN SATU

[New York,Amerika Serikat]

[Nayla]

Hidup itu seperti jarum jam yang terus

berputar

Hidup itu tidak hanya bertitik pada satu

poros

Keyakinan dalam dirimu yang akan terus

membuatmu terus berjalan

Meskipun dunia seolah-olah

mempermainkanmu

Kenalin nama gue Nayla,setelah lulus S1 diJakarta gue memutuskan untuk melanjutkan Study S2 Hukum di New York,Amerika Serikat dan memulai karir disini. Meskipun Papa dan Mama menentang keputusan gue, tapi gue tetap berangkat ke New York.Ini impian gue semenjak kecil dan walaupun gue juga harus kehilangan orang yang gue sayang.

But that's is truth…

Gue memperhatikan suasana malam di kota New York dari apartemen,sebenarnya nggak beda jauh sama suasana kota di Jakarta.Suara bising akan selalu terdengar,nggak peduli itu pagi hari,siang hari,sore hari hingga malam hari.Dan malam hari ini,dikotaku yang indah,jalanan aspal dibasahi air hujan yang sedari tadi tidak kunjung reda.

Semakin erat gue menggenggam segelas kopi hangat dengan uap yang masih mengepul. Pandangan gue nggak teralihkan dari hujan deras yang membasahi Kota New York malam ini, kedua sudut bibir gue terangkat ketika teringat kenangan bersama dia yang disana.

It's a lie if I never miss you…

Kosong,itulah yang gue rasain sampai sekarang.Di apartemen yang luas dan gelap ini gue merasakan kekosongan.Hanya suara hujan dan alunan musik yang lembut dari musik piringan menyelemuti keheningan malam ini.Semenjak gue pergi ke New York,dia pun menghilang tanpa ada kabar dan semenjak itu gue menutup pintu hati untuk orang lain.

Karena gue takut untuk jatuh cinta…

Sakit hati yang gue rasakan,masih membekas hingga sekarang.Dan ini udah dua tahun, apa gue butuh dua tahun buat ngelupain dia?Satu-satunya janji yang dia buat ke gue,dia ingkari.Dari situlah gue memandang kalau jatuh cinta itu hanya buat gue sakit hati.

Dan hanya ini satu-satunya cara agar gue bisa lupain dia…

Dengan susah payah gue menghapus semua coretan dihalaman pertama dalam hidup gue dan semua itu tentang dia.Hingga sekarang halaman itu kembali kosong,putih bersih tanpa ada coretan sedikit pun.Gue belum siap untuk mengalami sakit hati yang kedua kalinya. Tetapi,disisi lain ada yang gue pelajari dari kisah cinta gue yang terasa rumit itu.Gue belajar merelakan dan mengikhlaskan kepergian seseorang yang berarti dalam hidup gue.

Pandangan gue teralihkan ke layar ponsel yang menyala beberapa kali. Namun, sebenarnya gue juga enggan mengangkatnya.

Alex...

Cowok yang selalu ada buat gue,sahabat gue dari kecil.Dia udah bagaikan kakak buat gue. Ketika Papa dan Mama cerai,dia datang,disamping gue,tanpa gue minta dari dia.

"Hallo.."Ujar gue begitu mengangkat telepon dari Alex.

"Kemana aja?Gue udah nelepon lo beberapa kali,baru lo angkat.."

"Kenapa?Ada yang mau lo omongin sama gue?"

"Kita harus balik ke Jakarta besok.."Gue mengernyitkan dahi bingung."Hendery,dia tunangan.."Ujarnya."Gue tau lo masih belum bisa ngelupain dia,tapi,lo harus tau ini udah saatnya lo nerima kenyataan bahwa Hendery bukan takdir buat lo.."Ujar Alex lagi."Sorry, kalau kata-kata gue barusan nyakitin hati lo,gue nggak bermaksud.."

"Iya,nggak papa,Alex.."Bohong,gue tersenyum gentir begitu mendengar kabar Hendery bakal tunangan."Jam berapa kita ke bandara?"

"Jam 9 pagi gue jemput lo diapartemen,soal tiket,gue udah pesan buat kita berdua…"

Selanjutnya,Alex mematikan telepon begitu saja tanpa menunggu balasan dari gue.

"Alex,baik banget Lo jadi cowok,sampai mau beliin gue tiket segala..."gumam gue.

avataravatar
Next chapter