webnovel

Berandal SMA inlove

Blurb : Di kehidupan nyata, Brenda dan Gina memiliki nasib kontras. Brenda Barbara terkenal dengan sikap angkuh dan sombong sebagai Ratu sadis sesekolah, sedangkan Gina Stefani hanya siswi berkacamata yang kumuh, jerawatan, penyuka novel romantis. Karena sebuah tabrakan maut, mereka terpaksa merenggang nyawa bersama. Membuat Brenda dan Gina mendadak bertransmigrasi ke dunia novel. Dengan memerankan dua tokoh berbeda. "Selama ini aku gak pernah bahagia, Ka. Prestasiku gak pernah diapresiasi, aku juga gak ada temen. Menurut kamu apa yang bisa aku banggain dari hidup aku yang kayak gini?" Reynand Dirgantara, laki-laki yang menyimpan banyak luka di dalam dirinya. Selalu mendapat peringkat 1 besar, ternyata tidak membuat orang tua Reynand puas. Serta tidak ada satupun siswa-siswi SMA Tunas Bangsa yang mau berteman dengannya. Alasannya, karena Ayah Reynand merupakan seorang koruptor. Gina Stefani Alexander, gadis cantik yang berpenampilan kumuh dan berkacamata yang mau berteman dengan Reynand. Tanpa sengaja, keduanya saling jatuh cinta. Dengan semua masalah yang ada, apakah semesta merestui mereka untuk bersatu? Dan Alter orang yang sangat ingin balas dendam pada Brenda or Choco itu, mempunyai kesempatan dan membuat Choco jadi Babunya Brenda yang dikenal sebagai Ratu sadis, menjadi Choco Valentine. Si tokoh figuran yang lemah dan miskin. Sedangkan Gina dengan bantuan Reynand yang semasa hidupnya sering di-bully, menjadi Cherry Camellia. Si tokoh utama yang sombong dan membully siswa lain dalam novel favoritnya

RinaMardiana_22 · Teen
Not enough ratings
56 Chs

si Cherry dan siChoco

Selamat Membaca

Samar-samar tercium bau obat dan betadine memenuhi lubang hidung. Sangat menyengat dan menusuk. Hingga seorang gadis molek yang terlelap tak sadarkan diri di ranjang kecil itu mulai terusik. Matanya yang terpejam berkedut kedut. Bergeliat pelan, mengumpulkan kesadaran di otak. Hingga akhirnya sepasang mata itu terbuka dan melotot.

"Hah! Hah ... a-apa yang terjadi denganku?!"

Padahal Gina ingat betul kejadian ditabrak angkot bersama Glenda, kira-kira tiga detik sesaat sebelum tersadar seperti ini. Ia menjerit, lalu meraba-raba area tubuhnya.

"T-tunggu ... kenapa badanku nggak sakit? Kenapa seragam aku jadi berubah?! I-ini dimana?!" gumam Gina frustasi.

Melihat sekitar, ternyata Gina baru terbangun di atas ranjang dengan bau obat menemani. Ruangan tersebut didominasi oleh putih serta beberapa ranjang kecil berjajar yang terpisah oleh tirai.Tepat di depannya, sebuah cermin berukuran sedang tertempel di dinding. Alhasil, pantulan bayangan tubuh Gina terpampang jelas. Membuat gadis itu menganga.

"Aaaaa!!! W-wajahku!? Kenapa wajahku?!!"

"K-kenapa seperti ini?!! Dimana kacamataku?!"

"TIDAAAK!" Seorang gadis selain dirinya tiba-tiba ikut berteriak, tepat di ranjang sampingnya. 

Spontan Gina terperanjat, menengok ke samping, rupanya seseorang selain dirinya juga sama terkejut saat bercermin lewat kaca sedang tadi. Gadis berkacamata, kumuh, wajah jerawatan, persis seperti Gina yang dulu. Dia mengenakan seragam yang sama dengan Gina yang dipakai sekarang. Terlihat, gadis lusuh itu mencakar wajahnya sambil menjerit keras.

"A-apa-apaan ini?! Wajah cantik gue??? Di mana wajah cantik gue?! Badan sexy gue kenapa jadi gempal begini, sih?!!" jerit gadis asing itu, beraut muka tak terima bercampur cemas.

"Ini lagi, seragam mini gue kok jadi berubah kayak gamis?! Panjang amat, kotor lagi!" 

Dia terus mengeluh. Sejenak, Gina termenung. Dengan cermat memikirkan dari awal kejadian. Ia dan Brenda, si Ratu sadis itu, hampir saja meregang nyawa akibat tertabrak angkot ketika kejar-kejaran memperebutkan novel. Serasa terjadi barusan.

Sekarang, tiba-tiba terbangun di ruangan aneh seperti UKS sekolah dengan seragam berbeda. Bersama gadis (jelek) yang ketakutan sebab wajah dan tubuhnya berubah. Meskipun ini mustahil, Gina yakin kejadian saat ini berhubungan dengan novelnya.

"Hei, kamu," panggil Gina terhadap gadis di sisinya. Ia menatap intens. 

"Kamu …Brenda, 'kan?"

Tampaknya gadis yang dipanggil Brenda itu, benar-benar terkejut bukan main.

"Iya! G-gue Brenda ... lo siapa? Kapan kita saling kenal?"

Tepat sesuai ekspektasi Gina. Dia benar Brenda.

"Aku Gi—"

"OMG, Cherry my bestie! Lo udah sadar?!" 

Suara Gina terpotong saat pintu terbuka lebar, dua sosok gadis berseragam ketat disambung rok di atas paha mendadak masuk lalu memeluk tubuh Gina. Sembari menjinjing kresek hitam. Tak lupa berteriak histeris. Tentu Gina kaget bukan main, seingatnya ia tidak punya teman karena dianggap bau. Kenapa sekarang dihampiri dua siswi sexy sampai memeluknya dan memanggilnya 'Cherry?'

"Sumpah, ya! Lo bikin gue sama Yasmine khawatir tau gak?!" Gadis yang memeluk Gina tadi, melepas pelukannya diselingi omelan.

"Tau, tuh. Gue kira lo dibopong ke UKS karena salatri. Secara lo, kan, jarang sarapan pagi," timpal gadis lain pemilik nama Shinta itu. Dia berdecak.

"Ternyata cuma ketimpa lemari di gudang sama si culun."

"C-culun ... ?" tanya Gina ragu, sekilas melirik Brenda di sebelah. Ratu sadis itu hanya memandangnya kebingungan.

"Jangan bilang lo amnesia?! Sekeras apa ketimpa lemari sampe si culun aja lo tanyain?!" sungut Rania, gadis berambut sebahu itu menatap Brenda sinis. 

"Heh, culun! Lo apain Cherry, hah?! Berani-beraninya ngedeketin bestie gue sampe kayak orang gagu gini."

"Gue hajar lo nanti!" sambar Rania, emosinya membara.

Gila. Sangat gila. Mereka berani melawan Brenda sekasar itu. Dalam hati, Gina sudah tepuk tangan dan bersorak heboh. Semasa hidupnya ia tidak mungkin seberani mereka menghadapi Brenda asli yang sosoknya seperti mereka. Diingat-ingat, nama mereka dan nama 'Cherry' tak asing lagi di benak Gina. Selalu muncul di suatu tempat, entahlah, mungkin sesuatu yang tertulis. 

Novel?

***

"Gue dimana? Gue siapa? Kalian siapa?"

Sekiranya itulah isi batin sosok gadis angkuh itu yang nyaris mati untuk kedua kalinya. Brenda terus-terusan bertanya beruntun dalam hati, ia serasa masuk ke dimensi lain dan menjalani hidup dengan tubuh baru.

Brenda tak mungkin lupa dengan tragedi ketabrak angkot itu. Terjadi sekejap sebelum akhirnya terbangun di suatu ruangan bau obat. Mirip UKS sekolahnya.

Ia juga terhenyak, betapa mengerikannya penampilan yang sekarang. Rambut kepang dua, kacamata kotak, wajah berjerawat, serta kulit sedikit gelap. Pun tubuhnya tak seramping dulu, seragam lusuh bak gelandangan.

"Kamu … Brenda, 'kan?"

Kalimat itu pertama kali ia dengar dari orang asing. Tepat di sampingnya, sosok cantik berseragam ketat dengan raut gundah, menyebut namanya. Bahkan Glenda baru kali ini melihat orang selain dirinya yang mengenakan seragam tak layak. Lebih baik Brenda keluar dari ruangan UKS tersebut, daripada meladeni omongan teman-teman gadis sexy di sisinya yang sok kenal. Mereka tampak seperti anak hits.

"Hai, culun. Gimana? Enak gak ketimpa lemari? Hahaha." 

Orang-orang di sekitaran koridor mendadak mendekati Glenda. Mereka tertawa merendahkan.

"Aduh, kasian Queen Cherry. Apes mulu ketemu si gembel satu ini. Udah mah bau bawang, babu, miskin, anak beasiswa, sok-sokan deket-deket sama Cherry! Jijay!"

"Gak tau diri banget. Ngaca, dong! Cherry bukan level gembel kayak lo. Hahaha."

"Pergi sana, bakteri. Dasar beban sekolah."

Telapak tangan Brenda mengepal kuat, netra coklat madunya berkilat marah. Cukup diam membiarkan empat cewek di hadapannya mencemooh sampai kenyang.

"Emangnya Cherry siapa, sih?!"

Bisa-bisanya mereka berani mengejek Brenda. Mereka tidak tahu gelar Glenda di sekolah sebagai apa? Ratu di atas Ratu yang haram dibantah atau dihina.

" ... sat."

"Hah? Lo ngomong apa barusan?" 

"Bang**t!" umpat Brenda, menggeram. Teramat muak, tinjunya melayang hendak diarahkan ke arah salah satu cewek biang gosip itu.

Bug! Dug! Bug!

"Mati lo semua, kampret! Berani lo ngerendahin harga diri gue, hah?!" teriak Brenda kalut, ia menindih badan cewek berdandan menor. Meninju keras wajah di bawahnya itu tanpa ampun. Semua saksi mata otomatis berkerumun, sebagian ada yang mengabadikan momen menggunakan kamera ponsel, untuk bahan update medsos. 

Pastinya shock berat, penampilan Brenda yang saat ini terbilang upik abu berani menantang salah seorang anggota geng ditakuti.

"Wahhh, gila! Itu si Choco, kan?!"

"Dia bukannya si culun anak IPS 3? Anak beasiswa sok-sokan main tangan!"

"Pisahin woi pisahin! Kasian si Amel ditindih sampe babak belur gitu."

Tak menghiraukan bisikan-bisikan para penonton, Brenda lebih sibuk memainkan tangannya untuk memberi ukiran manis pada wajah mulus sang korban. Ia menyeringai. 

"Mampus! Mamam tuh! Makanya gak usah ngelawan gue lagi. Terima resikonya!"

Sampai di mana korban sudah bersimpuh dengan lebam-lebam serta cairan merah mengucur deras, Brenda bangkit sesekali menendang tulang kering Amel -cewek yang menolaknya itu-.

Telunjuk Brenda mengarah pada korbannya. 

"Gue tandain muka lo."

"Parah, seriusan itu si culun?" bisik Rania  tak percaya, rupanya gadis itu bersama Beby dan Gina menyaksikan dari kejauhan.

Beby melongo, begitupun Gina. Sebenarnya dia tak terlalu heran mengapa Glenda sesadis itu. Lagi pula, Gina pernah menjadi korban atas kekejaman seorang Glenda Barbara.

"Gak bisa dikasih ampun! Perlu gue kasih pelajaran biar si Choco tau rasa!" sulut Beby, mendengkur.

"Ehm, maaf." sela Gina sebentar.

 "Tadi kamu panggil dia apa? Choco?"

Pandangan Beby dan Yasmine bertubrukan, berkedip-kedip kemudian melotot melihat Gina. Nyaris bola mata mereka loncat dari tempatnya.

"Lo beneran amnesia?! Lo gak tau si culun?! Bukannya tiap hari lo sendiri yang rajin banget jailin dia sampe disiram air comberan?" tanya Yasmine bertubi-tubi.

"Aneh lo, Cher. Kaku banget ngomong aku-kamu, gak biasanya Ratu sekolah secupu ini," ledek Beby tertawa renyah.

Gina menegak ludah kasar, tangannya semakin erat menggenggam sebuah buku novel bersampul pink yang tiba-tiba ia temukan di nakas samping ranjang UKS. Dihiasi judul 'I'm a Queen'.

"Mereka panggil aku Cherry? Cherry Camellia? Jangan bilang aku beneran masuk ... nggak. Mustahil!" batinnya bersua.

"Yang barusan gelut itu namanya Choco, Choco Valentine. Anak culun yang sering lo sebut miskin," jelas Ranja lurus menyorot Gina. 

"Gue harap lo gak lupa sama diri lo sendiri, sih."

Kepala Gina menunduk, baru sadar di dada kirinya terdapat nametag  dengan sederet nama yang bertuliskan 'Cherry Camellia'. 

Juga sekitar tiga meter dari depan, Brenda dengan sosok barunya itu yang terbilang sangat lusuh, memiliki nametag yang terkait rapi di dada kiri dengan tulisan 'Choco Valentine'.Persis seperti para tokoh dalam novel 'I'm a Queen'.

Bersambung