1 Unwanted Wife Undesirable Wife

"Jangan harap aku akan menggaulimu malam ini! Kalau bukan karena syarat ... aku tuh gak sudi kawin sama kamu!"

"Iya. Gak apa-apa kok, Mas. Kapanpun kamu siap ...."

"Aku gak akan pernah siap! Kamu itu bukan istri yang aku dambakan! Kamu itu bencana! Apa kata teman-temanku nanti andai mereka tahu kalau aku menikahi gadis biasa yang gak punya daya tarik sedikitpun kayak kamu!"

Khamisa mengelus dada. Perbincangan di malam pengantin yang sungguh sangat mencabik hati. Tapi dia sudah mempersiapkan mental baja sebelum menyepakati pernikahan wasiat ini.

Demi menunaikan wasiat almarhum sang Kakek, Khamisa rela menggadaikan masa depannya dengan menikahi seorang berandal akut bernama Bastian Xanders.

Berandal akut? Kenapa demikian? Karena Bastian memang berperilaku seperti seorang berandalan. Balapan liar, minum minuman keras, party party tak jelas dan berbagai macam kegiatan unfaedah lainnya adalah rutinitasnya selama ini.

Khamisa mengetahui identitas Bastian jauh sebelum ia menjadi istrinya hari ini. Diam-diam, Bastian adalah crush-nya saat di SMA 6 tahun yang lalu. Kala itu, Bastian adalah kakak kelas 2 tingkat yang menyandang predikat sebagai siswa populer yang memiliki banyak fangirl di seantero sekolah.

Siapa sangka? Takdir mempertemukan lagi walau dalam situasi yang tidak baik sebab Bastian jelas-jelas menolak perjodohan ini.

"Awas yaa kalau kamu ngadu soal ini sama keluarga besarku! Aku akan pastikan kamu jadi orang paling gak beruntung di sisa hidup kamu!" ancam Bastian lalu menanggalkan tuxedo mengkilapnya lalu tak lupa ia juga membuka satu persatu kancing kemejanya.

Khamisa menundukkan pandangannya. Walaupun lelaki itu adalah suaminya, tapi rasanya belum siap untuk melihat lelaki topless di depan matanya.

Drrrdddd ... Drddddd ....

Suara getaran handphone di atas nakas memecah kesunyian di kamar pengantin itu. Bastian meraihnya dan langsung mengusap layar handphonenya itu.

"Iya, honey! Ada apa?" Begitu lah sapaan Bastian pada si penelpon. Khamisa jadi canggung dan tahu betul kalau yang menelpon suaminya itu adalah kekasihnya. Entah kekasih yang mana karena yang Khamisa tahu, Bastian memiliki lebih dari satu perempuan.

"Besok ya! Hari ini aku cape! Baru selesai safari ke kantor perusahaan Kakek!"

Bastian juga berdusta. Padahal hari ini dia baru saja menjalani pernikahan rahasia dengan Khamisa dan tampaknya Bastian tak ingin ada satu pun temannya yang tahu.

Khamisa tak ingin mendengarkan percakapan itu, dia pun memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk mengganti gaun putihnya dengan piyama.

'Aku memang bukan istri yang diinginkan! Tapi bagaimana pun juga, dia adalah suamiku! Walau seribu kali ia menolak, apa pun yang terjadi, aku akan mengabdikan diriku sebagai istrinya selama pernikahan ini berjalan ... demi menjalankan amanatmu, Kek ....' lirih Khamisa saat menyeret langkah menuju kamar mandi.

***

"Kalian mau honeymoon kemana, Bas? Micha? Silakan request aja! Kami akan segera menyediakan tiket pesawat plus akomodasinya!" ujar Rahayu, mama-nya Bastian.

Perempuan 50 Tahunan itu memiliki hati yang lembut, salah satu yang membuat Khamisa mau menerima perjodohan ini.

"Heum ... aku sih, terserah Mas Bastian aja, Ma!" tukas Khamisa agak malu-malu.

"Bas???" Rahayu menggulirkan tatapan matanya ke arah Bastian yang terduduk malas di sofa di ruang keluarga itu.

"Gak usah lah! Gak usah ada honeymoon honeymoon-an!" Dengan tegas ia menolak.

"Lho kok gitu?! Kegiatan honeymoon itu lumrah dijalani oleh para pengantin baru! Tujuannya biar kalian semakin membentuk bonding sebagai sepasang suami istri! Ingat lho yaa! Pernikahan itu harus terus dipupuk dengan hal-hal manis dan quality time! Apa lagi kalian itu sebelumnya kurang mengenal baik satu sama lain!"

"Minggu-minggu ini aku ada banyak kegiatan di kampus! Penting! Gak bisa diganggu!" Dalih Bastian.

"Mungkin lain kali saja, Ma! Heum ... setelah Mas Bastian lulus kuliah misalnya ... biar gak mengganggu kuliahnya!" kata Khamisa.

"Heum, baiklah kalau memang maunya begitu!"

"Aku pergi dulu! Ada perlu sebentar!" Dan Bastian memutuskan untuk beranjak. Rasanya gatal sekali jika tak bertemu dengan kawan-kawannya. Apa lagi seharian kemarin Bastian sama sekali tak nongkrong karena harus menjalani upacara pernikahan dengan Khamisa.

"Mau kemana, Bas?" tanya Rahayu sebelum Bastian benar-benar beranjak.

"Keluar!"

"Yaa keluar kemana?"

"To my habit!" jawabnya enteng lalu melengos begitu saja sembari menenteng kunci motorsportnya.

"Micha ... gimana? Bastian gak ngasarin kamu, kan?" tanya Rahayu pada menantunya selepas Bastian benar-benar menghilang dari jangkauan pandangannya.

"Ngasarin? Ngasarin gimana, Ma?" tanya balik Khamisa yang tak mengerti dengan maksud pertanyaan Rahayu.

"Yaa misalnya, bicara kasar sama kamu! Karena yang Mama tahu, Bastian tuh menentang keras perjodohan ini! Tapi karena dia takut Kakek mencabut semua fasilitas yang dia punya sekarang, barulah dia sepakat untuk menikah sama kamu! Yaa, Mama sih takut, kalau dia bersikap buruk sama kamu! Mama tahu watak putra mama itu!" tutur Rahayu cukup jelas dan Khamisa sangat mengerti.

Ya! Sebenarnya selamam Bastian cukup melukai hati Khamisa. Tapi tentu saja Khamisa tak akan mengadukan hal itu.

"Ya nggak lah, Ma! Dia gak ngapa-ngapain kok! Dia ... sangat sopan dan menghargai aku ...."

"Benarkah???"

"Iya."

"Syukurlah kalau begitu! Mama cuma mau bilang, semoga kamu mau bersabar menghadapi dia ya! Mama tahu, kalau kamu itu adalah gadis yang baik, yang bisa memberi pengaruh positif buat dia ... mama percaya sama kamu!" Rahayu menatap Khamisa dengan tatapan penuh harap.

"Semoga saja!"

Rahayu mengelus pundak Khamisa dan rasanya damaai sekali. Sejak kedua orang tuanya meninggal 10 Tahun yang lalu karena kecelakaan, Khamisa hampir tak pernah merasakan lagi sentuhan lembut seorang mama. Dan merasakan sikap lembut Rahayu, membuat Khamisa selalu ingat akan mendiang mamanya yang telah tiada.

"Heum, lusa kalian akan pindah ke rumah baru! Kakek juga sudah melengkapi interior dan furnitur di rumah itu!" kata Rahayu memberi kejutan lain untuk Khamisa.

"Rumah baru?"

"Iyaa, kalian gak mungkin tinggal di sini terus! Kalian butuh ruang berdua!"

"Oh, he he ...."

"Kitchen set sudah siap! Tapi Mama lupa belum beli peralatan makan dan beberapa alat masak yang akan kamu butuhkan nanti! Nah, gimana kalau hari ini kita belanja kebutuhan dapur di rumah baru kalian! Yuk! Mumpung masih siang nih!" ajak Rahayu, Khamisa senang bukan kepalang.

"Baik, Ma. Tapi, aku bawa tas dulu yaa ke kamar!"

"Oke! Mama tunggu di mobil ya!"

"Baik, Ma."

Lekas Khamisa beranjak ke lantai dua rumah dimana kamarnya dan kamar Bastian berada. Khamisa mencari tas selempangnya dan dia sungguh lupa meletakkannya dimana.

"Duuh, kalo lagi buru-buru begini, emang suka ngadak-ngadak susah yaa nyari barang tuh ...." gerutunya kesal.

Sampai Khamisa tak sengaja menemukan sesuatu di rak buku di salah satu sudut kamar itu. Benda itu terselip di antara buku-buku milik Bastian dan Khamisa tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.

"Ya Tuhan ...." Wajahnya berubah muram. Apakah yang Khamisa temukan itu?

avataravatar