1 Aku bertanya-tanya, akan seperti apa setelah kau pergi.

Tidak seperti bunga Sakura yang berguguran di musim semi terlihat nampak indah. Hujan di musim panas ini terasa begitu menyakitkan.

.

.

.

Yashuhiro tidak dapat membalas kalimat permintaan yang keluar dari bibir Kyosuke. Dia tahu bahwa rasa benci itu masih ada, sementara rasa sayang yang tumbuh seiring berjalannya waktu pun tidak dapat menghilang. Yashuhiro masih mengingat semua, kenangan indah yang terbalut dalam penyesalan. Dia bahkan tidak bisa kehilangan Hikaru, meskipun sisa-sisa luka yang cukup dalam terkadang masih terasa.

Yashuhiro masih terdiam melihat wajah pucat di depannya menutup mata. Perlahan nafas itu semakin halus dan berakhir dengan perpisahan. Dia tidak dapat menerima itu, namun tangan kurus Kyosuke semakin dingin di dalam geganggamannya. Dan  untuk kesekian kalinya memberi kenyataan pahit dalam hidupnya. Setelah berjuang, pada akhirnya pria itu menyerah. Kyosuke tidak ingin terlalu bergantung pada harapan semu.

Kyosuke sudah tua sekarang. Tubuhnya perlahan melemah dan kesulitan untuk bergerak. Bersyukur bahwa pada akhirnya Kyosuke bisa hidup dengan menemani Yashuhiro hingga ujung usianya. Kyosuke  telah menjalani perawatan yang cukup lama hingga pada akhirnya pria itu berkata bahwa telah hidup lebih dari tujuh puluh tahun adalah sebuah anugerah. Itu sudah lebih dari cukup dan saatnya Kyosuke tidur dengan tenang.

Sementara Yashuhiro hanya bisa diam menatap wajah damai Kyosuke, suara tangis wanita yang berdiri di belakangnya mulai terdengar. Yashuhiro tahu bahwa bukan hanya dia yang merasa kehilangan atas kepergian Kyosuke. Putri satu-satunya Kyosuke lebih merasa berat untuk melepaskan kepergian ayahnya. Dia yang bahkan tidak terikat hubungan darah saja merasa bahwa hatinya tidak pernah siap untuk melepaskan Kyosuke. Lalu bagaimana dengan Hana? Bagi wanita itu, Kyosuke bukan hanya ayah yang membesarkan dirinya, namun juga sudah seperti ibu yang telah merawat dia sejak ibunya meninggal.

"Meski pada akhirnya Kyosuke memilih untuk beristirahat dengan damai. Tapi hubungan kita tidak akan pernah berubah," ucap Yashuhiro dengan getir. Dia berusaha agar suaranya tidak bergetar. Dia harus kuat mengingat bahwa tidak ada lagi yang akan menjadi sandaran layaknya bagaimana dia selalu berdiri dengan Kyosuke di sampingnya.

"Tuan muda."

Yashuhiro menutup mata ketika mendengar panggilan itu. Rasanya waktu telah berlalu begitu cepat. Enam belas tahun yang lalu dia bahkan masih mendengar panggilan itu ketika pertama kali bertemu lagi dengan Kyosuke. Suara-suara halus Kyosuke memanggilnya seperti itu terkadang masih bisa dapat dia dengar. Lalu kemudian dia menyesal pernah membentak Kyosuke dan meminta pria itu untuk tidak memanggilnya dengan sebutan Tuan muda lagi. Dia telah jatuh begitu dalam dan tidak mungkin untuknya kembali seperti dirinya ketika masih bersama ibunya.

"Hana, kita pernah membahasnya bukan. Tidak ada batasan di antara kita. Kita adalah kakak beradik dan tidak seharusnya kau memanggilku seperti itu."

Yashuhiro mengingatkan kembali. Dia telah membuang panggilan itu ketika dia memutuskan untuk meninggalkan jati dirinya dalam masalalu. Dia telah bangkit dan mampu bertahan selama ini walau itu tidak mudah. Bahkan dia hampir gila dan menyerah pada tahun pertama dia hidup bersama Kyosuke.

"Hiro-kun."

Ah, ya. Seharusnya seperti itulah orang-orang memanggilnya sekarang. Hiro hanya Hiro.

.

.

.

Pagi itu langit nampak mendung ketika prosesi upacara pemakaman Kyosuke tengah berlangsung. Banyak dari mereka yang datang terlihat seperti orang kalangan atas. Itu agaknya sedikit aneh jika mengingat bahwa Kyosuke hanyalah seorang petugas kebersihan di perusahaan HC Group. Seharusnya dari mereka yang datang hanyalah teman-teman dari tempat Kyosuke bekerja. Setidaknya itulah yang dipikirkan para tetangga ketika melihat banyak mobil mewah mulai pergi dan datang secara bergantian.

Karena tidak banyak yang tahu jika Kyosuke yang dulu adalah pria dengan karir yang bagus. Namun kemudian hari itu datang dan membuat Kyosuke memutuskan hubungannya dengan para rekan bisnisnya setelah atasannya meninggal. Dia meninggalkan kota itu dan menatap di tanah kelahirannya. Karirnya masih bagus hingga suatu hari Yashuhiro datang kepadanya dan membuat pria itu melepas pekerjaannya lalu memilih untuk bekerja sebagai karyawan biasa.

"Dia telah melakukan semua dengan baik." ujar pria yang mungkin seumuran dengan Kyosuke. Pria itu menatap dalam  ke mata Yashuhiro sementara tangannya menepuk lembut pundak Yashuhiro. Mencoba menyalurkan segala ketegaran yang dia punya. Dia tersenyum sekali lagi. Meyakinkan bahwa itu adalah pilihan terbaik yang diambil oleh sahabatnya. Kyosuke tidak seharusnya bertahan dalam ketidakpastiaan.

Lalu pria tua itu pergi dan datang pria dengan usia sekitar pertengahan tiga puluhan. Wajahnya terlihat dewasa dengan senyum yang agak dipaksakan. Ketika melihat mata coklat yang hampir berkaca-kaca, Yashuhiro tahu bahwa pria itu terlihat kehilangan Kyosuke. Apakah begitu banyak orang di luar sana yang begitu mencintai Kyosuke? Hal tersebut sempat terlintas dalam pikiran Yashuhiro.

"Kyosuke adalah pria yang baik." ketegaran dalam suara itu hampir jatuh. Yashuhiro hanya bisa terdiam mendengarnya. Dia merasa bahwa pernah melihat pria di depannya dulu di suatu tempat yang tidak dia ingat lagi, "aku bahkan belum mengatakan bahwa aku menyesali keputusanku."

Yashuhiro tidak dapat mengatakan sepatah katapun untuk membuat pria itu lebih baik. Bagaimana bisa dia menyemangati orang lain dan mengatakan bahwa semua akan tetap baik-baik saja, sementara hatinya jauh lebih merasakan kesakitan. Dia tahu bahwa itu adalah keputusan Kyosuke dalam menerima takdirnya. Kyosuke sudah lelah dalam berjuang.

Lalu pria itu pergi dan berbaur dengan pelayat yang lain.

Sementara itu Yashuhiro menatap ke arah dimana foto Kyosuke yang ada di altar. Kyosuke tersenyum seakan dia telah puas dengan segala kehidupan yang dia jalani. Namun hati Yashuhiro perlahan sakit, seakan ada duri yang bersemayam di sana. Pikirannya jatuh ke dalam masa lalu. Andai saja mereka tidak bertemu. Kyosuke tidak harus membuang karirnya yang bagus. Pria itu tidak harus menjatuhkan hidupnya hingga semenyedihkan itu. Dan Kyosuke tidak harus menjalani hari-harinya untuk merawatnya.

Bagaimana semua akan berlanjut tanpa dirimu?

Yashuhiro merasa bahwa hatinya kian berdenyut sakit. Selama hidupnya, dia telah terbiasa dengan Kyosuke di sampingnya. Dia bahkan tidak pernah membayangkan bahwa Kyosuke akan meninggalkan dirinya. Dia tidak pernah berpikir waktu benar-benar telah berjalan begitu cepat. Kyosuke selalu terlihat kuat meskipun penyakit telah menggerogoti tubuhnya waktu demi waktu.

Air mata jatuh begitu saja. Yashuhiro buru- buru menghapusnya dengan cepat. Dia tidak akan jatuh lagi. Dia telah berjuang selama enam belas tahun. Dia akan terus melangkah meski tidak akan mudah. Ada Hikaru yang harus dia rawat dan dijaga. Dia akan berusaha memberikan yang terbaik untuk pemuda itu. Baik Hikaru maupun Hana, Yashuhiro akan memberikan kebahagian sebagaimana Kyosuke memenuhi hari-harinya dengan tawa.

.

.

.

"Ini sudah hampir lima belas tahun."

Yashuhiro menutup mata sesaat ketika atasan dimana Kyosuke bekerja mulai mengeluh. Itu tentang hutang Kyosuke yang tidak pernah berkurang namun terus bertambah meskipun Kyosuke bekerja hanya dengan gaji setengah. Dan Yashuhiro tidak pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya.

Hingga tujuh hari setelah pemakaman Kyosuke, seseorang dari HC  Group datang menemui dirinya dan mengatakan bahwa sudah saatnya kerabat dari Kyosuke datang ke HC group untuk membicarakan tentang bagaimana langkah yang akan mereka ambil terkait uang yang pernah dipinjam oleh Kyosuke.

Lalu, keesokannya Yashuhiro segera bergegas pergi ke sana setelah Hikaru menyelesaikan sarapan paginya lalu berangkat sekolah. Meninggalkan Hana sendirian dengan perut besarnya.

"Jika Ketua Komisaris tidak memilih untuk pensiun, mungkin semua tidak akan seperti ini." pria itu mulai mengeluh kembali. Mengatakan betapa dia tertekannya dengan sikap presiden direktur yang baru setelah Ketua Harada memilih untuk pensiun. Dia bahkan tidak bisa lagi mencari alasan untuk mengelak terkait hutang yang ditinggalkan oleh Kyosuke. Bagaimanapun dia adalah orang yang bertanggung jawab dalam memberikan hutang kepada Kyosuke, meskipun sebenarnya itu terjadi di bawah tekanan Ketua Harada.

"Aku tahu semua pasti berat untukmu. Tetapi aku juga masih mempunyai keluarga yang butuh makan."

Yashuhiro segera mengerti. Itu adalah sebuah tanggung jawab yang amat besar. Bukan hanya dia yang akan mengahadapi masalah, mungkin saja pria di depannya akan mendapatkan hal yang sama. Bukan hanya kehilangan pekerjaan, lebih dari itu dia tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan yang lain jika pimpinan perusahaan memiliki hati yang dingin.

Namun hutang sebesar itu, bagaimana bisa Yashuhiro akan melunasinya? Dia bahkan tidak mempunyai pekerjaan yang bagus dengan gaji tinggi. Alih-alih menabung, justru dia selalu menghabiskan gajinya untuk adik laki-lakinya.

"Ketua menyarankan agar kau menggantikan pekerjaan Kyosuke-san. Meskipun pimpinan kurang menyukai itu. Tapi bersyukurlah karena orang itu tidak mungkin menolak."

Yashuhiro mendongak dan meninggalkan  kedua tangannya di atas pangkuannya. Mata coklatnya melihat ke dalam tatapan pria di depannya. Dia tidak pernah terbiasa bekerja di tempat yang besar. Lebih dari itu, berapa lama waktu yang harus dia habiskan untuk melunasi hutang tersebut? Kyosuke telah menghabiskan sisa hidupnya, namun itu tidak cukup untuk mengurangi sedikit saja. Apakah dia juga harus menghabiskan sisa hidupnya untuk bekerja di HC Group?

Meski dia tidak ingin, namun Yashuhiro cukup mengerti bahwa dia tidak bisa menolak saran itu. Jadi dia hanya bisa tersenyum dengan kaku ketika Yashuhiro mengatakan bahwa dia menerima saran itu. Tidak peduli berapa lama yang akan dia habiskan di tempat itu, akan lebih baik daripada dia harus berakhir di penjara dan meninggalkan luka untuk Hikaru.

"Terima kasih, Rin-kun." Pria itu tersenyum senang mendengar keputusan Yashuhiro. Dia segera bangkit dari kursinya, "aku akan mengurus semua. Jadi besok adalah hari pertamamu bekerja. Selamat."

Yashuhiro hanya diam. Dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Hatinya terluka ketika tahu bahwa Kyosuke melakukan segalanya untuk dirinya yang bahkan tidak terikat darah dengan keluarga Miyazaki maupun Rin.

Apakah terlahir sebagai Omega memang semenyedihkan itu? Yashuhiro menatap kosong ke depan, seakan melihat bagaimana seseorang menyalahkan takdirnya karena terlahir tidak sesuai harapannya.

avataravatar
Next chapter