webnovel

2. Kenyataan

keesokan harinya aku melakukan aktifitas ku seperti biasa yaitu bangun awal dan bersiap ke sekolah. Sampai di sekolah aku sudah mulai belajar karena sudah hari ke2 sejak sekolah di mulai,saat istirahat aku dan Rara pergi ke kantin berdua karena teman kami yg bernama Fitria atau yg sering di bilang"ria"itu masih istirahat di rumah karena abis kecelakaan. Setelah makan kami kembali lagi ke kelas tapi di depan pintu aku berpapasan dengan Afkar si ketua kelas,aku pun tersenyum sebagai tanda sapaan tapi dia malah menatap aku dengan dingin,entahlah apa coba salahku. Setelah ditatap dengan dingin aku pun jadi tidak mood untuk belajar dan saat sampai di rumah aku langsung membanting pintu rumah dan mengucapkan salam yg sangat keras hingga mama dan papa mengerutkan alis karena aku tidak menyadari bahwa sekarang ada seorang tamu yg sepertinya suami istri spontan aku meminta maaf dan mereka ber4 saling memandang dan ketawa aku tak menghiraukan mereka dan langsung menuju ke lantai atas untuk istirahat karena aku pulang dari sekolah sekitar jam 3.30 jadi aku merasa sangat lelah. Saat makan malam berlangsung papa memulai perbincangan tentang tamu tadi sore yg rupanya sahabat papa dan mama. Awalnya itu hanya pembicaraan yg ringan hingga kakakku yg bernama Adit mengatakan tentang rencana lamaran aku mengira kakakku sudah ingin melamar pacarnya tapi aku berfikir kakakku kan masih sekolah mana mungkin itu terjadi. Ternyata semua yg aku fikirkan itu salah karena kata yg keluar dari mulut papaku selanjutnya membuat aku syok untuk beberapa detik dan langsung lari ke kamar tanpa memedulikan mereka lagi hatiku untuk saat ini bercampur aduk antara kesedihan dan kekecewaan karena mereka ingin aku menikah. Keesokan harinya aku tidak ingin bangun apalagi ke sekolah karena abis nangis semalem dan sudah pasti mataku bengkak ditambah lagi sakit kepala karena semua ini yg begitu tiba tiba. Tak lama ada yg mengetuk pintu kamarku tapi aku tidak merespon hingga aku mendengar suara pintu yg di buka secara perlahan, aku pun langsung dengan sigap duduk di kasur dan ternyata itu papa. Papa perlahan duduk di sampingku dengan pelan dan menjelaskan semuanya bahwa keluarga kami sedang mengalami musibah dan sahabat papa hanya akan membantu kita dengan 1 syarat yaitu harus menikahkan anak perempuannya dengan anak lelakinya dan ayah pun menyetujui itu karena keluarga kita tidak akan bisa bertahan untuk waktu yg lama. Setelah itu aku berusaha untuk mengerti dan aku berjanji dalam hati bahwa aku akan merelakan kebebasanku demi keluargaku sendiri.