1 1

Syahna adalah seorang putri kerajaan kuno di pusat kota. Sebagai keturunan bangsawan, dia mewarisi tahta, harta dan kekuasaan. Karenanya sang raja membekali Syahna dengan pengamanan yang ketat. Pengawal untuk melindunginya di sekolah berjumlah lima orang, sedangkan pelayan pribadinya hampir mencapai 12 dayang.

Kata orang mungkin benar, menjadi seorang putri kerajaan membuatnya dapat memiliki apapun. Kekayaan, kehormatan dan cinta dari masyarakat. Meski negri yang ditinggalinya bukan berbentuk kerajaan, pemerintahnya masih mempertahankan kerajaan untuk berdiri di tengah kota modern.

"hey, kau tahu tidak siswi bernama Kinan ini? Dia sedikit aneh bukan?" Syahna berbicara dengan sekretarisnya dalam perjalanan pulang di mobil. Jihan, sekretaris Syahna yang bertugas mengatur jadwal menatap foto di tablet yang dipegang gadis itu.

Pusat keamanan kerajaan memang diizinkan untuk mengakses data seluruh siswa dari sekolah demi keamanan putri Syahna. Hampir siswa di kelas itu memang tahu Syahna adalah putri. Sehingga mereka cukup berhati-hati pada Syahna. Namun, siswa bernama Kinan cukup aneh. Berbeda dengan temannya yang lebih banyak ketakutan atau cari perhatian. Kinan justru hanya diam saja, dia lebih senang menyendiri dan sangat tertutup.

Kinan duduk di bangku Syahna tepatnya baris ketiga dekat jendela. Seperti siswi pada umumnya, dia memakai baju seragam yang rapih dengan rambut tergerai panjang. Di lehernya terbalut syal rajut berbahan sutra. Dari hasil curi dengar Syahna dengan temannya, Kinan punya bekas luka di leher. Syal itu digunakan untuk menutup lukanya. Pernah seorang melihat syalnya terbuka dan leher Kinan tertutup dengan kain plaster.

"maaf, saya tidak tahu nona." ujar Jihan sopan. Meski sistem kerajaan kuno masih menggunakan sebutan kehormatan yang tradisional, Syahna ingin orang yang berada di sekitarnya berbicara lebih santai.

"hmm, bahkan profilnya tidak begitu jelas." Syahna mengetuk layar tablet yang hanya mencantumkan data tanggal lahir dan alamat Kinan. Tak ada nama ayah atau ibu Kinan yang tertera di sana.

"kami sudah memeriksanya, dia berasal dari panti asuhan, ibu dan ayahnya meninggal sejak dia masih bayi. Anda tidak perlu khawatir, setelah kami telusuri dia tidak begitu berbahaya." jelas Jihan lagi. Syahna membuang napas besar, seandainya semua orang tidak berbahaya. Amanlah hidupnya.

"kau tahu, aku tidak pernah bisa percaya pada siapapun di sekolah. Maka aku berharap kalian bisa terus menjagaku, aku merasa dia cukup misterius dan menakutkan." Syahna percaya Kinan orang yang baik. Namun, dia tidak bisa menjamin Kinan juga orang yang tidak jahat. Dalam kondisi tertentu seseorang bisa saja berubah bukan? Dan itu tidak menutup kemungkinan pada Kinan yang terlihat pendiam di awal.

"apakah Anda ingin berganti tempat duduk?" tawar Jihan. Syahna sangat suka posisinya sebagai putri jika dalam keadaan seperti ini.

"ya, tentu saja." sahut Syahna cepat. Beginilah enaknya menjadi putri, kau bisa memilih untuk melakukan apapun.

"baik, kami akan lakukan besok." Jihan tersenyum menatap wajah puas Syahna. Meski mereka hanya berbeda dua tahun, Syahna terlihat lebih menggemaskan seperti bayi berusia lima tahun baginya.

"oke"

***

"aku tidak menyangka putri Syahna bersekolah di tempat kita." ujar salah seorang gadis yang sedang berjalan di trotoar tepat depan Kinan. Dia hanya tahu satu dari mereka bernama Selena, ketua geng julid.

"kau pikir ada yang percaya? Aku jadi penasaran kenapa dia bersekolah di sekolah rakyat?" sahut gadis di sampingnya penuh selidik. Kinan tak mau mendengar obrolan mereka tapi dia tidak bisa, karena earphone kesayangan tertinggal.

"apa dia tidak memenuhi persyaratan untuk bersekolah di akademi khusus putri kerajaan?" seru gadis lain mulai memberi pendapat. Kinan juga sebenarnya merasa aneh melihat Putri Syah bersekolah di sana, tapi apa salahnya bersekolah di sekolah rakyat? Tidak ada larangannya kan.

"sepertinya begitu, dia kan terkenal bodoh dan ceroboh. Aku yakin raja dan ratu sangat malu mempunyai putri seperti dia." ujar gadis yang pertama lagi. Kinan tidak peduli bahkan jika mereka terang-terangan menyebarkan berita bohong yang tak berdasarkan bukti sekalipun. Satu yang dia pedulikan adalah dirinya sendiri.

Kinan mengambil langkah besar kemudian berjalan cepat melewati ketiga gadis itu. Tanpa menoleh sedikitpun dia terus berjalan, bahkan saat salah satu di antara mereka berteriak memanggilnya aneh. Kinan seakan tuli.

Aneh. Ya, orang yang menyebutnya demikian tidak sepenuhnya salah. Kinan memang gadis yang aneh. Setelah keluar dari panti asuhan karena usianya telah mencapai 15 tahun, Kinan kini tinggal di sebuah flat sederhana. Luasnya tidak lebih dari seukuran kamar biasa.

"sudah pulang nak?" tanya seorang perempuan tua yang tinggal di sebelah.

"iya nek, terima kasih atas korannya." Kinan tersenyum sembari menunduk hormat. Nenek tadi hanya tertawa sembari mengibaskan tangannya. K

Kinan berlalu memungut koran edisi kemarin yang selalu ditinggalkan oleh sang nenek untuknya. Nampak headline di depan koran menampilkan foto sosok perempuan tua dengan tiara di atas kepalanya. Kinan menatap wajah keriput ratu kerajaan yang sudah memimpin selama hampir 40 tahun lamanya.

Diletakkannya koran itu di atas meja belajar, Kinan kemudian melepas tas ranselnya. Tas gendong berwarna abu turun dari bahunya ke bawah lantai. Kinan menatap bayangan tubuhnya di depan cermin yang menempel di pintu lemari baju.

Sudah beberapa tahun, Kinan kehilangan dirinya sendiri. Dia bahkan tak tau siapa yang ada dalam tubuhnya sekarang.

Jemari Kinan membelai rambut panjangnya, dia meraih karet gelang berwarna hitam dari pergelangan tangan. Kemudian dengan cepat mengikat rambutnya menjadi satu. Nampak wajah berbeda muncul setelah rambutnya berubah gaya.

Kinan menyentuh syal dari lehernya, perlahan melonggarkan belitan kain halus itu. Persis seperti yang dikatakan siswa lainnya, plaster menempel di leher tengah Kinan. Dia menarik plaster yang tepat berada di bawah dagu itu dengan perlahan.

Sebuah rahasia besar yang mati-matian ditutupinya itu nampak nyata. Satu tanda bahwa Kinan bukanlah gadis remaja yang orang lain kenal. Dia adalah Keenan seorang remaja laki-laki yang menyamarkan identitas gendernya.

Kinan mengganti rok dan seragamnya menjadi hoodie berwarna putih dengan celana panjang hitam berbahan katun. Kinan melakukan ini bukan tanpa alasan, dia harus melindungi identitas aslinya.

Selama lima belas tahun Kinan dikenal sebagai laki-laki. Setelah keluar dari panti, dia menyadari bahwa keluarga kandungnya bukan dari kalangan biasa.

Fakta tentang kepergian orang tuanya dan bagaimana dia bisa berakhir di panti asuhan, juga menyadarkannya bahwa hidup Kinan tidak sesimpel yang orang lihat.

Kinan beruntung sejak tinggal di flat dia tidak harus bertemu banyak orang dan mempunyai banyak teman. Berkat bantuan nenek tetangga rumahnya juga, Kinan bisa mengganti identitas aslinya.

Kinan hanya butuh tiga tahun untuk menyembunyikan semua dunia aslinya, sampai dunia itu akan berbalik sendiri padanya. Sampai saat itu Kinan harus bisa menjaga rahasianya dari siapapun. Dari nenek tetangganya, teman sekolah dan seluruh dunia.

***

To be continue...

avataravatar
Next chapter