1 01

"Ok, cut. Selesai untuk hari ini", ucap seorang fotografer yang sejak tadi mengambil gambar seorang artis, dari salah satu member idol boygroup yang lagi banyak digandrungi oleh penikmat musik K-pop saat ini.

Jung Jaehyun, salah satu member dari boygroup 'NCT 127' yang paling banyak memiliki fans remaja wanita dan diatas usianya tersebut, memiliki kharisma yang bisa dikatakan 'tidak biasa saja' . Parasnya yang tampan, dewasa, tinggi dan berisi serta memiliki senyuman lesung pipi dikedua sisi pipinya tersebut, menjadikan dirinya member paling terkenal di dalam groupnya.

"Terimakasih, terimakasih untuk kerja kerasnya hari ini." , ucap Jaehyun sambil membungkukkan tubuhnya dan menyunggingkan senyuman manisnya kepada para staff, saat setelah diberikan kode dari fotografer jika pemotretan hari ini sudah selesai. Pemotretan untuk salah satu majalah ternama di Korea Selatan tersebut, untuk edisi bulan depan.

Kemudian ia masuk ke ruang ganti, mengganti pakaian yang dikenakannya saat ini dengan pakaian santainya yang dikenakannya tadi saat baru datang. Setelah selesai ia langsung pamit pulang kepada para staff dengan sikap sopannya yang sudah dipelajarinya sejak menjadi trainee di agencynya saat ini. Salah satu agency ternama di Korea Selatan saat ini.

"Huuhhh,,, akhirnya", desahnya saat setelah masuk ke mobil dan duduk di dalamnya. Manager mengatakan setelah ini mereka akan langsung ke agency untuk latihan bersama member yang lainnya, untuk persiapan comeback bulan depan.

.

.

.

"Akhhh,,, ", teriak seorang wanita cantik yang baru saja terjatuh dilantai yang masih basah, yang baru saja dipijakinya. Dan seorang wanita yang tidak jauh darinya langsung melepaskan tongkat pelnya begitu saja saat mendengar suara teriakan wanita cantik di depannya.

"Maafkan saya, maafkan saya Nona", sesal wanita itu dengan bahasa isyarat tangannya dan menunjukkan wajah penyesalannya. Membuat wanita cantik itu mendengus dan menatap kesal wanita bisu itu. Kemudian menatap name-tag yang ada di dada kiri gadis itu dengan tajam saat wanita bisu itu akan membantunya berdiri.

"Kim Hee Young- ssi, kau sudah merusak gaun mahalku dan membuat kaki serta bokongku sakit. Jadi kau ingin mengganti semua biaya perbaikan gaunku dan perawatanku, atau kuadukan kau ke managermu dan membuatmu dipecat dari pekerjaanmu?", ancam gadis cantik itu saat setelah ia bisa berdiri menahan rasa sakit di pergelangan kaki kanan dan bokongnya tersebut. Gaun ketat putih gading selutut yang baru dibelinya minggu lalu dan baru dikenakannya hari ini terlihat sobek dibagian belakang bawahnya. Membuat setengah paha putih mulusnya ter-ekspos karena ia tidak mengenakan stoking.

"Ma, maafkan saya Nona. Sekali lagi mohon maafkan saya. Saya akan mengganti semua biaya atas kesalahan yang sudah saya perbuat sekarang ini. Tapi tolong, jangan pecat saya. Saya butuh pekerjaan ini. " , jelas Hee Young  dan memohon dengan bahasa isyaratnya. Membuat gadis cantik yang bernama Han Yeseul itu semakin kesal karena ia tidak mengerti dan memang tidak ingin mengerti bahasa wanita itu.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Membuang- buang waktuku saja."

Hana berinisiatif mengeluarkan kertas dan pulpen yang ada di saku bajunya dan menuliskan maksudnya. Kemudian ia sodorkan bukunya kehadapan wanita cantik itu.

"Baiklah, berikan KTP- mu sebagai jaminan padaku. Orang- orang seperti kalian tidak bisa dipercaya jika tidak ada jaminannya. Unit-ku di lantai 15G, temui aku besok setelah aku pulang kerja. Mengerti!", ujar Yeseul kepada Hana, yang hanya diam saja mendengarkan ocehan gadis yang ia ketahui sebagai putri salah satu pemilik saham terbesar bangunan apartemen ini.

Tentu saja Hee Young kenal, ia sudah sering melihat gadis cantik itu di pagi hari saat akan berangkat kerja. Perawakannya yang tinggi semampai, cantik, putih, pintar dan anak dari orang kaya. Tentu saja akan menjadi buah bibir tersendiri di area tempatnya bekerja saat ini. Siapapun yang melihat wanita itu lewat di dekatnya, mereka pasti akan langsung terpesona. Tapi untuk orang- orang seperti kami, maka kita akan langsung menundukkan kepala. Auranya begitu mengintimidasi dan berkuasa.

Hee Young menghela nafas lega setelah wanita itu meninggalkannya. Tapi tidak lama kemudian saat ia akan memulai mengepel lantainya lagi karena hari sudah semakin malam, suara riuh datang dari arah lobby dibelakangnya. Membuat ia harus menghentikkan kegiatannya lagi dan menepikan tubuhnya kedekat tembok. Segerombolan pria yang berjumlah cukup banyak tersebut berjalan ke arahnya lalu melewatinya begitu saja menuju lift yang tidak jauh darinya. Sementara ia hanya menundukkan kepalanya sambil menautkan kedua tangannya di depan perutnya. Suasana menjadi ramai karena obrolan dan gurauan mereka.

Diam- diam Hee Young melirik ke arah mereka dan menghitung jumlah mereka yang ternyata ada 13 orang. Saat ia masih fokus memperhatikan satu per-satu dari mereka yang sebagian lebih mengenakan masker hitam, tiba- tiba ia dikejutkan oleh tubuh pria menjulang tinggi di depan pandangannya.

"Apa kau salah satu penggemar kami? ", tanya pria itu yang kini berdiri di samping tubuh Hee Young, tanpa mengenakan masker di wajahnya tapi mengenakan topi hitam dikepalanya, memakai kaos hitam longgar sambil memasukkan kedua tangan disaku celana trainingnya . Hee Young masih menatapnya heran dan terkejut. Pria itu menyunggingkan senyuman yang terdapat lesung pipi dikedua pipinya.

Pria ini seperti tidak asing baginya?

Sementara pria yang ada didepannya merasa terabaikan, ia menegur wanita itu lagi. Yang ia ketahui namanya Kim Hee Young dari name-tag di depan dada kirinya, sebagai cleaning service di bangunan apartemen ini.

"Oh, bukan ya. Kalau begitu semangat bekerja ya, Noona.", ucap pria itu lagi dengan senyuman manisnya, sebelum masuk ke dalam lift menyusul yang lainnya.

Hee Young masih terdiam mengingat- ngingat siapa pria itu tadi karena ia merasa pernah melihatnya.

Tapi dimana?

Kemudian ia menggelengkan kepalanya karena masih tetap tidak ingat. Lalu sadar pekerjaannya belum selesai dan hari semakin malam, ia langsung melanjutkan mengepel lantainya lagi.

Sebenernya membersihkan lantai di lobby bawah bukanlah bagiannya. Temannya yang bertugas membersihkan lobby bawah tidak masuk kerja hari ini. Dan yang mendapatkan undian untuk membersihkan lobby bawah adalah dirinya, maka malam ini ia harus pulang lebih malam dari biasanya.

.

.

.

Brak

"Eungh,,,", lenguh seorang pria remaja yang masih memejamkan matanya, terkejut dengan suara debuman pintu yang baru saja tertutup dari luar. Menandakan jika kakaknya baru saja pergi dan sedang terburu- buru, seperti biasanya.

Waktu masih menunjukkan pukul 04.30 pagi saat ia melirik jam bulat yang menempel di dinding rumah sempit itu. Seperti biasa di pagi- pagi setiap harinya, kakaknya akan bangun pagi dan pergi bekerja untuk mengantarkan susu dan koran ke rumah- rumah pelanggannya seperti pagi biasanya. Dan pria remaja itu akan kembali tidur dan akan bangun satu jam kemudian saat alarm jam di ponselnya berbunyi.

Kim Jaemin, nama pria remaja itu. Adik dari Kim Hee Young. Kedua orangtuanya sudah meninggal sejak mereka masih kecil. Saat itu Hee Young masih berusia sembilan tahun dan Jaemin berusia lima tahun. Belum begitu banyak kenangan yang bisa diingatnya sewaktu ia masih kecil. Bahkan bayangan wajah kedua orangtuanya saja belum bisa diingatnya dengan jelas, jika mereka tidak menyimpan foto mendiang kedua orangtuanya.

Kini pria remaja itu duduk dibangku SMA ditingkat akhirnya. Karena itu, Hee Young harus bekerja keras dan ekstra menabung untuk memasukkan adiknya ke salah satu Universitas yang ada di Seoul.

.

.

.

Dua jam kemudian Hee Young baru kembali saat Jaemin sedang menjemur baju di depan rumah kontrakan mereka yang ada di atas atap. Melihat adiknya sudah menjemur baju seperti biasanya, maka ia segera bergegas untuk menyiapkan sarapan seperti biasanya.

Nasi yang dimasak Jaemin di rice cooker sudah masak seperti biasanya, saat ia pulang dari mengantarkan koran dan susu. Maka ia segera memotong sawi putih yang tadi dibelinya lalu menumisnya. Kemudian mengambil tiga telur yang masih tersisa di rak bumbu, di dapur kecil mereka yang tersambung dengan semua tempat di dalam rumah itu.

Selesai memasak, Hee Young langsung mengambil handuknya yang menggantung di dinding di dekat kamar mandinya. Lalu masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Setiap pagi kedua saudara ini sudah membagi pekerjaannya masing- masing sejak dini. Hidup mereka sudah teratur seperti biasanya.

Kim Jaemin tumbuh menjadi pemuda yang baik dan sopan, dia sangat menyayangi kakaknya. Begitupun sebaliknya. Apapun akan Jaemin lakukan untuk membuat senyuman kakaknya selalu terbit saat bersamanya dan melihatnya. Senyuman kakaknya adalah hal terbaik yang sangat berharga dihidupnya.

Jaemin langsung mengganti pakaian rumahnya dengan seragam sekolahnya dan merapikan penampilannya setelah menaruh bak cucian di depan pintu kamar mandi. Tidak lama kemudian, kakaknya keluar dari kamar mandi hanya menutupi tubuhnya dengan selembar handuk ditubuhnya. Membuat Jaemin dengan segera keluar dari kamar tidur satu- satunya milik mereka itu.

Hee Young langsung menuju sisi lain dari ruangan yang dijadikannya tempat tidur itu setelah Jaemin menyingkir dari tempat itu. Menarik tirai untuk menutupi apa yang akan dilakukannya saat ini, yaitu memakai pakaiannya.

Setelah selesai Hee Young menarik tirainya kembali ke satu sisi tembok. Kini Jaemin yang duduk di lantai di depan meja makan kecil mereka, bisa melihat kakaknya sedang mengikat rambut sepunggungnya menjadi satu. Memoles wajahnya dengan riasan tipis dan mengoleskan lip-balm ke bibir mungilnya. Jaemin menatap sedih ke- arah bibir mungil itu beberapa detik, kemudian melanjutkan makannya sebelum kakaknya melihatnya sedang memeperhatikannya.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Hee Young kembali menaruh handuknya ke gantungan seperti semula, bersama handuk Jaemin disana. Kemudian dengan cepat menyantap sarapannya.

"Mungkin Noona malam ini akan pulang telat lagi, kau tidur duluan saja. Jangan menjemputku ataupun menungguku.", ucap Hee Young disela mengunyahnya dengan bahasa isyaratnya yang tentu saja sudah dimengerti oleh Jaemin.

"Kenapa Noona senang sekali membuatku khawatir di rumah? Aku akan tetap menjemputmu, sebagai gantinya kau melarangku bekerja di restaurant siap antar itu."

Hee Young mencebikkan bibirnya sebagai tanda tidak setuju.

"Sebentar lagi kau ujian nasional, lebih baik kau belajar dengan rajin dirumah. Dan jangan coba- coba memprotes ataupun melanggar apa yang Noona katakan padamu. Mengerti?", omel Hee Young seperti biasanya di setiap pagi sebelum ia berangkat bekerja selama Jaemin memasuki akhir semester tahun ini.

"Baiklah, aku tahu Noona.", Jaemin menjawab malas. Berdebat dengan kakaknya tidak akan mendapatkan apa- apa. Hampir setengah tahun ini ia selalu mendengarkan kalimat yang sama di setiap paginya. Tapi malam harinya ia pasti akan melanggarnya . Karena saat kakaknya pulang bekerja ia pasti sudah siap di depan gedung tempat kakaknya bekerja dengan sepeda gunungnya yang sudah cukup tua itu. Sepeda bekas yang dibelinya dua tahun lalu dengan uang tabungan dari sebagian uang jajan dari kakaknya, sejak ia masih sekolah dasar.

Setelah sarapan, Hee Young dan Jaemin langsung bergegas pergi bersama. Menuruni tangga sebanyak tiga lantai dan mengambil sepeda yang terparkir di lantai dasar bangunan rumah kontrakan itu.

Tempat kerja Hee Young searah dengan sekolahan Jaemin. Walaupun lebih jauh sekitar 1 km lagi dari sekolah Jaemin, pria remaja itu akan tetap mengantarkan kakaknya terlebih dahulu menuju ketempatnya bekerja.

.

.

.

"Okay, selesai untuk rekaman suaranya hari ini. ", sang komposer lagu memberikan kode jika rekaman untuk lagu hari ini sudah selesai. Dan besok rekaman untuk lagu berikutnya. Semua member mendesah lega dan tersenyum puas sambil melakukan tos satu- persatu kepada member lainnya, kemudian keluar dari ruang rekaman menuju ruang latihan menari yang ada disebelahnya.

Dua manager yang lain datang dari arah pintu sambil membawa dua kantong putih besar menuju ke arah mereka berkumpul. Membuat semua member "NCT 127" dan staff lainnya berseru- ria. Setelah suara mereka dikuras dari siang tadi hingga sekarang pukul 06.45 baru akan terisi lagi.

Tapi diantara mereka ada satu member yang terlihat tidak bersemangat seperti biasanya. Jaehyun terlihat lesu dan langsung menuju ke- tempat tasnya digeletakkan di sudut ruangan. Mengambil ponselnya dan berkali- kali membaca pesan yang dikirimkan tadi malam oleh seseorang yang 'berarti dihidupnya.

"Jaehyun- ah, apa kau ada waktu? Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Penting. Kuharap kau akan membaca pesanku dan memahami maksudku."

" Kedua orangtuaku akan menjodohkanku dengan salah satu putra rekan bisnisnya. Dan aku tidak bisa menolaknya."

"Kumohon, tolong pahami posisiku. Dan carilah penggantiku dan raihlah kebahagiaanmu untuk kedepannya."

"Kumohon maafkan aku. Semoga kita bisa menjadi teman baik untuk kedepannya."

'YS-L'

Jaehyun kembali meremas ponselnya seperti yang dilakukannya saat setelah membaca pesan itu semalam. Pesan dari seseorang yang selama hampir tiga tahunan ini mengisi hatinya dan menyandang status sebagai kekasihnya. Tentu saja secara rahasia. Hanya rahasia diantara mereka berdua.

Johnny yang sejak pagi tadi merasa aneh dengan sikap Jaehyun yang lebih banyak diam dari biasanya, kini menghampiri Jaehyun yang sedang memandangi ponselnya.

"Jaehyun- ah, kau kenapa? Tidak  biasanya kau diam seperti ini?" tanya Johnny yang membuat Jaehyun langsung mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam tasnya lagi. Dan sikapnya itu semakin membuat Johnny curiga.

"Akhh , tidak apa- apa, Hyung. Mungkin hanya perasaanmu saja. Ayo makan Hyung, aku sudah lapar sekali.", kilah Jaehyun yang memasang wajah ceria dan manjanya lagi seperti biasanya kepada Johnny sambil mengelus perutnya.

"Setelah ini kalian akan latihan menari sebentar, okay?", seru sang manager yang langsung dijawab serempak 'iya' oleh semua member dan manager lainnya.

Bersambung_

.

.

.

avataravatar