1 Perayaan.

Cheers...

Suara dentingan gelas terdengar di dalam sebuah ruangan bersamaan dengan suara seruan penuh kesenangan dari ketiga pria mapan, dan juga terlihat tampan dengan wajah yang masing-masing memiliki kharismatik yang berbeda-beda. Ruangan yang dengan pencahayaan minim lengkap dengan suara dentuman musik yang menggema untuk mengiringi sebagian para pengunjung untuk menari dengan gilanya ke atas sebuah flanel.

"Apa kita sedang merayakan sesuatu?" Tanya Chenoa Rajendra Arsenio, salah satu dari ketiga pria tersebut. Pria bertubuh tinggi tergap, bermata hazel yang indah, dengan rahang yang terlihat tegas, lengkap dengan hidung mancung dan senyum begitu manis.

Chenoa Rajendra, seorang Direktur Utama di perusahaan CEA Corporation yang bergerak di bidang impor Brigt mobile Telecommunications milik keluarganya. Ia adalah sosok yang yang memiliki sikap kalem dan dewasa, tidak banyak bicara, lembut juga penyayang.

"Tentu saja. Bukankah saat ini kita tengah merayakan pesta bujang mu?" Jawab Rex Daiva Jorell.

Putra sulung dari anak seorang pengusaha terkenal, sekaligus CEO di perusahaan yang begerak di bidang manufaktur. Berwajah tampan dengan visual yang bisa membuat setiap wanita selalu memujanya. Di tambah lagi dengan sebuah senyum yang terlihat menawan, bermata kecoklatan, kulit putih, body sickpack dengan tinggi tidak kurang dari 187 CM. Pesona yang membuat Rex Daiva di kenal sebagai sosok yang Playboy, liar, hobi bermain dengan wanita, bahkan Rex Daiva menganggap wanita hanyalah sarana baginya untuk bersenang-senang, tanpa berniat menjalin hubungan yang serius. Meskipun demikian, Rex Daiva adalah seorang anak yang sangat menyayangi keluarga. Selain itu juga Rex Daiva adalah pria yang memiliki tabiat yang berbeda di antara kedua sahabatnya, selain memiliki mulut yang sedikit agak frontal tidak berfilter, Rex Daiva juga sangat usil dan sedikit menjengkelkan.

"Lihatlah apa yang dia lakukan, bukankah dia seorang jomlo?" Sambung Rex Daiva dengan nada candaan sambil melemparkan pandangannya ke arah Yukio Clovis, salah satu dari mereka yang sejak tadi terus memainkan ponselnya.

"Hei, kau.. pria perjaka. Apa yang kau lakukan sejak tadi? Apa ponselmu lebih menarik di bandingkan semua para wanita yang tengah berada di sekelilingmu sekarang?" Tanya Rex Daiva lagi kepada Yukio Clovis yang masih dengan posisinya.

"Diam kau, aku hanya merasa tidak ada yang menarik di sini." Jawab Yukio Clovis santai.

Yukio Clovis Millard adalah seorang anak tunggal yang memiliki kedudukan CEO di perusahaan Ayahnya. Sosok yang paling berbeda dari kedua sahabatnya. Yukio Clovis adalah sosok yang dingin, datar dan kaku, terutama di depan para wanita. Selain itu Yukio Clovis juga pria yang tidak banyak bicara, meskipun wajahnya tidak kalah tampan dari kedua sahabatnya. Kulit putih bersurai hitam legam, lengkap dengan mata elang yang terlihat tajam namun membuatnya semakin terlihat mempesona dengan kharismatik yang berbeda. Meskipun demikian, Yukio Clovis adalah sosok yang perduli, perhatian, juga hangat. Namun entah mengapa, Yukio tidak tertarik sedikitpun untuk berhubungan dengan siapapun. Dan hal itulah yang membuatnya selalu menjadi bahan ejekan Rex yang selalu menggodanya.

"Dan.. jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu sialan." Protes Yukio Clovis lagi yang hanya di balas senyum oleh Chenoa Rajendra dan tentunya tawa yang sangat keras oleh Rex Daiva.

"Memang apa yang salah dengan sebutanku. Kau memang seorang pria perjaka, bahkan sampai saat ini kau belum memiliki seorang kekasih. Aku jadi ragu, apa kau benar-benar seorang pria normal? Kau masih bisa membuat wanita mendesah kan? Jika kau memang merasa kesulitan aku bisa membantumu dengan suka hati." Balas Rex Daiva dengan senyum tengilnya.

"Diam kau brengsek. Aku bahkan bisa membuat mereka mendesah semalaman," Balas Yukio Clovis yang langsung menghamburkan beberapa biji kacang ke arah Rex Daiva. "Lagi pula bukan aku satu-satunya yang masih perjaka di sini." Sambung Yukio Clovis lagi yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah Chenoa Rajendra yang tengah meneguk Champagnenya hingga tandas.

"Setidaknya sebentar lagi Noah akan merasakan kenikmatan dari seorang wanita yang akan membuatnya ketagihan, apa kau lupa jika sebentar lagi dia akan menikah?" Tanya Rex Daiva dengan segala ocehannya.

"Aish diamlah... " Seru Yukio Clovis dengan kedua bola mata yang memutar ke atas.

"Dan berhentilah menatap ponselmu terus, apa kau sedang menonton situs porno? Kau bahkan tidak punya kekasih." Sambung Rex Daiva yang masih terus menggoda Yukio Clovis.

"Siapa bilang aku tidak memiliki seorang kekasih? Memang apa yang akan kalian lakukan jika aku memiliki seorang kekasih?" Tanya Yukio Clovis menyenderkan tubuhnya seraya meletakkan ponselnya sambil bersidekap. Menatap wajah kedua sahabatnya secara bergantian.

"Aku akan memberikanmu mobil terbaruku." Balas Chenoa Rajendra yang langsung meletakkan kunci mobil merk Bugatti Veyron grand sport vitesse yang baru di belinya satu minggu yang lalu di atas meja.

"Kau bisa memiliki Apartemen baruku." Sambung Rex Daiva lagi, "Tapi ada syaratnya." Ucap Rex Daiva dengan senyum tengilnya.

"Apa?"

"Kau harus bisa tidur bersama mereka."

"Apa kau gila? Apa kau pikir aku akan mengikuti ritual gilamu itu?" Tanya Yukio Clovis.

"Itu bukan hal gila, tapi hal yang biasa." Balas Rex Daiva. "Dan ini. Jangan lupa." Sambung Rex Daiva lagi sambil meletakan beberapa bungkus alat kontrasepsi berupa kondom di atas meja yang membuat Yukio Clovis dan Chenoa Rajendra melongo sambil menatap beberapa bungkus kondom tersebut.

"Apa ini?" Tanya Yukio Clovis. "Apa kau serius selalu membawa ini kemana-mana? Apa ini sudah menjadi salah satu aksesorismu sekarang?"

"Pria perjaka sepertimu mana tau yang namanya kondom." Balas Rex Daiva. "Jika kau ingin hidupmu tetap aman, sebaiknya gunakan benda ini."

"Rex, apa kau serius akan menghabiskan kondom ini dalam waktu semalam?" Tanya Chenoa Rajendra yang akhirnya berkomentar setelah beberapa menit lalu hanya menyimak sambil menikmati minumannya.

"Aku bisa saja menghabiskannya, hanya sayang, malam aku sedang tidak ingin bermain di selangkangan wanita."

"Sialan... kau maniak gila Rex." Balas Yukio Clovis menggeleng ngeri.

"Come on, you know my habit Yo."

"Tidak, terimakasih. Aku hanya akan tidur bersama wanita yang aku cintai. Dan juga mencintaiku." Balas Yukio Clovis yang kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Hei ayolah, aku menyuruhmu tidur bersama mereka hanya untuk bersenang-senang. Bukan untuk menikahi mereka." Sambung Rex Daiva.

"Tidak."

"Maka kau akan menjadi perjaka tua seumur hidup. Apa kau benar-benar tidak ingin merasakan nikmatnya saat wanita bertubuh indah tanpa busana begoyang dan mendesah di atas tubuhmu? Percayalah, kau pasti akan menyukainya."

"Kau gila? Aku tidak tertarik."

"Apa kau yakin? Coba kau lihat beberapa wanita di sudut sana," Ucap Rex Daiva dengan pandangan yang tertuju kearah sudut ruangan. Yang di mana ada beberapa wanita berpakaian minim tengah menatap mereka sejak tadi. Tatapan haus yang di penuhi oleh gairah. "Bahkan tanpa kau meminta pun, mereka akan suka rela melepaskan pakaian mereka dan menggiringmu ke tempat tidur, jika kau berdiri di hadapan mereka sekarang." Sambung Rex Daiva yang membuat Yukio Clovis hanya bisa menarik nafas dalam, dan yang lebih sialnya lagi Yukio Clovis bahkan bisa merasakan jika alat vitalnya saat ini sudah menegang saat melihat beberapa wanita dengan busana yang sangat minim, tengah menatapnya dengan tatapan menggoda.

'Ahk sial.. kenapa kau malah bereaksi seperti ini.' Batin Yukio Clovis jengah saat melihat kearah bawah celananya yang sudah menggembung.

"Sebaiknya kita pulang. Aku sudah cukup lelah." Sela Chenoa Rajendra yang sepertinya sudah mabuk berat.

"Baiklah, percuma juga kita lama-lama disini, Yo bahkan tidak mau melepaskan keperjakaannya, padahal di sana sangat banyak wanita yang tengah menatap dengan tatapan lapar." Sambung Rex Daiva.

"Diam kau brengsek." Balas Yukio Clovis kembali memandang ke sekeliling mereka yang memang hampir semua wanita tengah menatap mereka sambil mengagumi ketampanan mereka.

Bahkan sampai mereka berjalan keluapun, tatapan mata dari beberapa wanita masih mengikuti mereka. Hingga bayangan mereka menghilang di balik pintu berbahan kaca tersebut.

"Bagaimana jika kita ke Mansionku dulu. Kasian Shisi, pasti sudah menungguku sejak tadi." Ucap Rex Daiva sambil menyalakan mesin mobilnya, hingga dalam waktu beberapa menit saja mobil yang di kendarainya sudah melaju meninggalkan Club malam tersebut.

"Baiklah, dengan senang hati." Sahut Yukio Clovis nampak bersemangat. Hingga membuat Rex Daiva dan Chenoa Rajendra sedikit terkejut.

"Ada apa dengan reaksimu?" Tanya Rex Daiva menatap Yukio Clovis yang kebetulan duduk di sampingnya dengan keheranan.

"Memang ada apa dengan reaksiku?" Jawab Yukio Clovis santai dengan satu pertanyaan.

"Rex, kau serius membawa Shin ke Mansion mu?" Tanya Chenoa Rajendra yang duduk di jok belakang sambil menyandarkan tubuhnya yang terasa berat.

"Hm, aku tidak punya pilihan lain, aku tidak tega juga meninggalkan Shisi di Mansion Utama. Lagi pula jika ia di Mansionku, aku bisa dengan leluasa menjaganya."

"Apa kau yakin? Bukankah kau akan menodai telinga Shin dengan suara-suara desahan wanita yang kau bawah di Mansion mu?" Sambung Yukio Clovis.

"Tidak mungkin, lagi pula aku tidak pernah membawa siapapun ke Mansion. Apa gunanya hotel dan apartemen yang selalu aku siapkan." Balas Rex Daiva yang masih fokus dengan kemudinya.

"Baguslah, setidaknya kau cukup tahu di mana tempat yang aman untuk melakukan ritualmu," Ucap Chenoa Rajendra yang langsung memejamkan matanya yang terasa berat, begitupun dengan Yukio Clovis yang kembali memfokuskan perhatiannya ke layar ponsel miliknya.

• * * * *

• KEDIAMAN REX DAIVA JORELL.

Setibanya mereka di Mansion Rex Daiva, Chenoa Rajendra yang sudah nampak mabuk berat langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa, sebab malam ini Chenoa Rajendra yang paling banyak meminum alkohol di bandingkan dengan Rex Daiva dan Yukio Clovis.

"Sebenarnya sejak tadi aku sangat penasaran, kenapa kau selalu menatap layar ponselmu, apa ada yang kau sembunyikan dari kami?" Tanya Rex Daiva kepada Yukio Clovis yang saat ini tengah tersenyum dengan begitu manis.

"Kenapa kau terus menggangguku, bukankah sudah aku katakan jika..."

"Kau sudah mempunyai seorang kekasih?" Sela Rex Daiva memotong pembicaraan Yukio Clovis yang masih sibuk memainkan ponselnya.

"Hm, dan sebaiknya siapkan apartemen juga mobil kalian." Balas Yukio Clovis dengan senyum miringnya yang membuat wajahnya semakin menarik.

"Apa kau sudah tidur bersamanya?" Tanya Rex Daiva penasaran sambil memainkan alisnya.

"Tidak, aku tidak akan melakukannya sebelum aku menikahinya." Jawab Yukio Clovis yang langsung beranjak dari duduknya.

"Kenapa? Bukankah itu adalah salah satu dari syarat ku? Kenapa kau tidak mencobanya? Kau tidak perlu menghamilinya. Aku akan memberimu kondong favoritku."

"Diam kau brengsek. Pantas saja pelajaran biologimu tentang sistem reproduksi di SMA lebih tinggi dariku dan Noah, kau sungguh pria mesum tidak berhati. Tapi sayang, aku tidak tertarik. Aku tetap pada prinsipku."

"Tsk, kau memang pria sejati Yo, lalu mau kemana kau? Menemui kekasihmu?" Tanya Rex Daiva lagi.

"Hm," Jawab Yukio Clovis yang membalas pertanyaan Rex Daiva dengan candaan juga, sambil terus melangkah memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

'Baiklah... aku akan membuatmu bersenang-senang, jika memang kau tidak bisa melakukannya sendiri, maka aku yang akan membantumu.'

Batin Rex Daiva dengan senyum jahilnya yang langsung beranjak dari duduknya dan melangkah menuju pantry, mengambil sebuah gelas yang berisi air mineral yang sudah tercampur dengan obat perangsang, bahkan tanpa menunggu lama, ia langsung meletakkan gelas tersebut di atas meja sambil menunggu Yukio Clovis keluar dari kamar mandi. Hingga suara ponselnya tiba-tiba terdengar dan membuyarkan lamunannya.

"Sally... " Gumam Rex Daiva saat melihat panggilan tersebut, bahkan tanpa menunggu lama, ia langsung beranjak dari duduknya dan melangkah keluar menuju beranda samping, menyamankan dirinya sambil menjawab panggilan dari salah satu gadisnya.

📞 "Ada apa Sally?"

📞 "Aku hanya merindukanmu, bisakah kita bertemu?"

📞 "Tidak sekarang Sally."

📞 "Tapi aku... "

📞 "Dengar Sally, aku sedang tidak ingin bermain-main sekarang, kau mengerti kan? Jika aku menginginkanmu, aku pasti akan menghubungimu."

📞 "Tapi kapan kau akan menghubungiku Rex? Kau bahkan sudah beberapa hari ini mengabaikanku."

📞 "Aku cukup sibuk Sally."

📞 "Baiklah, maaf jika sudah mengganggu mu malam ini."

📞 "Hm,"

Balas Rex Daiva yang bahkan langsung mengakhiri panggilan telfonnya dan kembali menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi seraya memijat tengkuk lehernya.

"Aish... aku sangat bosan." Kelu Rex Daiva yang kembali memejam, membiarkan angin malam menyapa tubuhnya. Bahkan rasa dingin yang menusuk tidak lagi di rasakan oleh Rex yang masih terus memejam.

Sedang di dalam ruang tamu yang masih nampak hening, nampak Chenoa Rajendra yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dengan perlahan Chenoa Rajendra memijat tengkuk lehernya, rasa haus tiba-tiba menyerangnya, hingga dahaga itu seketika menghilang saat dengan cepat ia meneguk segelas air putih yang terletak di atas meja hingga tandas.

* * * * *

Bersambung...

avataravatar
Next chapter