1 I. Apa Aku Akan Mati Sekarang?

Di sebuah istana yang megah, hiduplah seorang putri berumur 20 tahun bernama Liona Graciella Zyandes. Saking cantiknya, banyak sekali para pejabat tinggi dan pangeran dari berbagai kerajaan ingin melamarnya. Di balik kecantikannya, dia sangatlah pandai dalam segala hal. Dari memasak, bermain pedang, biola, melukis, berkuda, dan merajut. Karena kemampuan yang ia miliki, banyak pula wanita-wanita iri padanya. Tapi itu semua tidak membuatnya sombong sedikit pun, ia tetap rendah hati.

Pada suatu hari, ibunya meninggal dunia karena sakit parah. Ayahnya menjadi sangat terpukul dan mengurung diri dalam kamar untuk waktu yang lama. Liona sendiri tidak tega melihat ayahnya bersedih terus dan terus mencari cara agar ayahnya bangkit dari keterpurukan. Sejak kematian ibunya, hanya ada satu pembantu yang diperbolehkan oleh ayahnya untuk masuk ke dalam kamar dan itu adalah kepala pembantu tersebut.

Setelah 2 minggu mengurung diri dalam kamar, ayahnya keluar dan mengatakan ingin menikah lagi dengan seorang kepala pembantu berstatus janda, bernama Elisabeth Casvan. Demi kebahagiaan ayahnya, Liona menyetujui hal tersebut. Kepala pembantu itu mempunyai seorang anak perempuan yang umurnya terpaut 4 tahun lebih tua dari Liona, bernama Zara Amestia. Jadi, Liona memiliki kakak tiri sekarang.

Awalnya semua berjalan baik-baik saja sampai hari pernikahan ayah dan ibu tirinya tiba. Semuanya pun berubah dratis, sang ayah lebih sibuk bersama istri dan anak barunya. Sedangkan Liona seakan dijauhi oleh mereka bertiga. Beberapa pembatu dan pelayan juga menjauhi dan bersikap aneh padanya. Mendengar bahwa Liona adalah putri paling cantik. Tentu saja membuat Zara, kakak tirinya tidak mau kalah.

Diam-diam ia masuk ke dalam kamar Liona pada malam hari dan menuangkan cuka pada bedak yang biasa dipakai oleh Liona. Ketika paginya, sehabis Liona mandi. Seperti biasa ia akan memoleskan bedak tipis pada wajahnya. Setelah memoleskan bedak, perlahan ia merasakan panas juga gatal di wajahnya bagian kiri.

Ia melihat wajahnya di cermin dan terkejutnya ia melihat bercak kemerahan pada wajah bagian kiri. "Apa ini? Ada apa dengan wajahku?" Liona segera berlari keluar kamar untuk memberitahu hal ini pada ayahnya.

Ayahnya malah marah besar dan mengatakan anaknya kini sudah cacat. "Apa yang kamu lakukan dengan wajahmu hah! Harusnya kamu menjaganya dengan baik!"

"Aku hanya memoleskan bedak yang biasanya aku gunakan dan jadi seperti ini ayah."

"Cih, prajurit cepat panggilkan tabib kerajaan untuk segera kemari!" Tidak lama dipanggil, tabib itu pun datang dan melihat kondisi wajah Liona. "Sepertinya dia terkena kutukan dari ibunya," kata tabib. Bagaimana bisa? Ibu Liona normal-normal saja. Kutukan dari mana itu?

"Tidak mungkin ... harusnya kamu menjaga aset berhargamu itu Liona!"

"Memangnya ibu mempunyai kutukan apa?"

"Saat ibumu meninggal, sekujur tubuhnya terdapat bercak merah yang sama seperti wajahmu itu. Ternyata anak dan ibunya sama saja!" Sekasar inikah sikap ayahnya saat mengetahui putri yang biasanya ia banggakan, sekarang menjadi jelek. Berita soal wajah Liona yang cacat mulai tersebar hingga ke seluruh wilayah kerajaan. Kini tidak akan ada lagi lamaran yang datang.

Kemudian ayahnya meminta pembantu untuk mengurung Liona ke dalam kamar karena kesal. Liona hanya bisa menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Padahal sebelumnya juga tidak pernah terjadi padanya saat memoleskan bedak jadi seperti ini.

"Hiks ... apa selama ini ayah menyayangiku karena aku cantik? Aku kira ia menyayangiku karena aku adalah anaknya."

Zara sangat senang sekali mengetahui sekarang tidak akan ada yang menjadi saingannya di istana ini. Namun itu berjalan tidak sesuai yang diharapkan olehnya. Masih banyak saja lamaran datang dari sana dan sini untuk Liona. Di antara banyaknya surat lamaran, tapi ada satu surat lamaran yang dibuat dengan tujuan menikahkan putri dan pangeran demi perdamaian antara kedua belah pihak kerajaan. Yaitu, kerajaan Zyandes dan Khingston.

Kerajaan Khingston terkenal kejam dan lihai dalam strategi perang. Sudah hampir 3 tahun belakangan ini tidak ada perang antara dua kerajaan tersebut. Sebuah desas-desus mengatakan alasan berhentinya perang tersebut karena sang pangeran dari kerajaan Khingston mengalami trauma akibat tertancap pedang di dadanya saat bertarung di medan perang ke 3. Membuatnya sekarang merasa takut dan kesulitan bernafas, alasan perang itu terjadi karena dulunya wilayah Khingston dan Zyandes itu satu wilayah. Dan terbelah dua karena ada masalah politik dan suku.

Perang tersebut selalu dimenangkan oleh kerajaan Khingston, berkat adanya pangeran mereka yang jago bertarung sejak umur 15 tahun. Dan sudah ada 5 kali perperangan terjadi. Harusnya yang menikah itu adalah Zara. Tapi mendengar pangeran itu tidaklah sempurna, ia menyuruh Liona saja yang menggantikannya. "Tidak kakak, aku belum mau menikah. Kan tertulis dalam surat lamaran itu ditujukan untuk kakak."

Ayahnya tiba-tiba datang mendekati Liona dan Zara, "Kamu saja yang menggantikan kakakmu, Liona. Lagipula pangeran Khingston tidak tahu bagaimana rupa wajah kalian berdua."

"Tapi ayah, surat lamaran itu atas nama kak Zara. Harusnya dia yang menikah ayah ...."

"Dengar ya Liona, pangeran Khingston itu cocoknya sama kamu. Dia kan tidak sempurna, sama seperti kamu," ujar ibu tirinya, mereka bertiga menertawakan Liona dengan keras. Bukankah itu menyakitkan, sebelumnya juga Zara sudah bertemu dengan pangeran Khingston sebelum pangeran itu mengalami trauma. "Apa yang harus aku lakukan, aku tidak mau menikah. Apa tidak ada cara lain demi mengatasi masalah perdamaian ini?"

Hari pernikahan juga sudah ditentukan, begitu juga dengan acaranya telah diatur dengan semewah mungkin. Liona menangis dan mulai putus asa dengan semua ini. Setiap hari ia dikurung dalam kamar layaknya tahanan. Kalau tidak dikurung, ia sudah kabur sedari tadi. "Ibu ... aku tidak mau menikah dengan pangeran Khingston itu, aku harus apa sekarang?"

Hari itu pun tiba, ia sudah didandani dan mengenakan gaun pernikahan cukup mewah menurutnya. Sumpah dan tukar cincin pernikahan terlewati. Beberapa tamu yang hadir pun begitu terkejut melihat wajah Liona tidak lagi sempurna. Mereka semua sama-sama setuju bilang Liona dan pangeran Khingston cocok menjadi pasangan karena ketidaksempurnaan tersebut.

Sekian lama berpikir keras, akhirnya Liona memutuskan nekat kabur pada malam hari waktu acara pernikahannya. Ia telah menyusun strategi kabur dan pergi kemana jika berhasil lolos. Dengan membawa uang seadanya, ia mulai mengendap-endap kabur. Saat ia membuka pintu belakang istananya, Liona tertangkap oleh 2 orang prajurit sedang berjaga di area belakang istana.

"Putri jangan kabur!"

"Tidak, aku harus lari sekarang. Jangan lihat ke belakang Liona." Ia terus berlari dengan kencang dan tiba-tiba ia terjatuh ke dalam sebuah lubang sumur yang tertutupi oleh semak-semak. Liona sendiri tidak bisa berenang. Tubuhnya mulai lemas dan pandangan matanya mengabur. "Apa aku akan mati sekarang?"

avataravatar
Next chapter