1 Segaris Takdir

Di sebuah rumah sakit di Jakarta, suasananya sangat ramai dan mendebarkan. Para dokter dan perawat berlarian keluar untuk menjemput para pasien korban kecelakaan yang dikirim oleh tim 119. Korban kecelakaan tersebut cukup banyak, yakni lima orang. Kecelakaan ini terjadi antara mobil dengan mobil yang bertabrakan. Terdapat korban yang terluka parah dan terluka ringan.

Malam ini dokter yang piket tidak terlalu banyak sehingga mengakibatkan kepanikan sesaat. Beruntung pihak rumah sakit berhasil menghubungi para dokter untuk segera kembali ke rumah sakit. Ada tiga orang korban yang terluka parah dan memerlukan operasi. Setelah dokter ahli datang, operasi ketiga korban tersebut dimulai. Masing-masing operasi dipimpin oleh dokter spesialis dibidangnya. Operasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama karena operasi ini cukup berat. Sedangkan kedua korban lain sudah mendapatkan perawatan.

Setelah operasi yang cukup panjang itu, para dokter dan perawat yang membantu operasi sangat kelelahan. Pantas saja, karena operasi dimulai pukul 22.00 dan baru selesai pukul 01.00 pagi. Beruntungnya operasi para korban berjalan dengan lancar.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?" ujar ayah salah satu korban.

"Putri Anda, baik-baik saja karena operasinya berjalan dengan lancar. Tetapi kita harus menunggu dia sadar dulu untuk mengetahui kondisinya." Ujar Dokter tersebut.

"Terima kasih dok." Ujar lelaki paruh baya tersebut.

Dokter tersebut meninggalkan lelaki tersebut dan berjalan ke ruang istirahatnya, dia merasa sangat lelah. Dia merebahkan diri di atas ranjang dan tak berselang lama dia pun terlelap.

***

Seseorang yang tampan, kaya raya, terlebih dia adalah seorang dokter spesialis. Siapa wanita yang bisa menolak pria seperti itu. Bisa dikatakan deskripsi laki-laki itu sangat sempurna tanpa celah. Parasnya yang rupawan membuat para perawat tergila-gila padanya. Banyak yang secara terang-terangan mendekatinya ataupun hanya membicarakannya di belakang. Tak jarang pula dokter wanita yang ada di rumah sakit tersebut juga menaruh hati pada dokter tampan itu. Hal itu sangat wajar, mengingat dokter tersebut telah meraih gelar Sp. B (spesialis bedah) diusianya yang masih terbilang sangat muda.

"Ren, kamu dilihatin tuh!" ujar Dokter Aldo.

"Biarin aja kenapa sih Al! Bosen aku dengernya!" ujar Dokter Rendra.

"Hem, aku heran sama kamu. Biasanya kan orang tuh suka kalau punya fans, tapi kamu malah cuek banget. Nanti ada anti fans baru kelabakan kamu."

Dokter Rendra hanya melirik sahabatnya itu dengan tatapan super tajam. Siapapun tak akan tahan melihat onik hitamnya yang tajam bagaikan elang itu.

"Iya, aku akan diem."

Mereka berdua akhirnya sampai di kantin untuk makan siang. Ya, begitulah karena kesibukan mereka, mereka jarang sekali keluar dari rumah sakit meski hanya sekadar makan siang. Jika ada waktu mereka memilih untuk beristirahat daripada pergi keluar rumah sakit. Setelah mengambil makanan, mereka berdua mencari tempat duduk untuk menikmati makan siangnya. Namun naas karena ada kejadian yang tak mereka duga. Seseorang menabrak Rendra dan menumpahkan makanannya di jas putih milik Rendra. Aldo hanya bisa menganga karena takut melihat ekspresi Rendra yang menahan amarah.

"Maafkan saya, saya tidak sengaja." Ujar seseorang itu sambil membersihkan jas Rendra.

Rendra hanya diam, tak menyahuti perkataan orang tersebut. Mereka menjadi pusat perhatian, karena keributan tersebut terjadi di kantin rumah sakit yang memang sedang jam makan siang.

"Ren, kamu nggak malu dilihatin? Maafin aja dia, lagian dia nggak sengaja!" ujar Aldo.

Rendra masih tak menjawab dan berlalu meninggalkan seseorang itu. Aldo pun menyusul Rendra dan mengikutinya.

Di satu sisi seseorang tersebut merasa sangat bersalah, dia bahkan hampir menangis karena tak mendapat respon dari Rendra. Karena masih merasa bersalah, akhirnya dia menanyakan orang sekitar untuk mengetahui siapa yang dia tabrak tadi. Setelah dia tahu, dia mencari dokter tersebut untuk meminta maaf. Dia mencari ke bagian bedah, karena dari informasi yang ia peroleh dokter yang ditabraknya tadi adalah dokter dari department bedah. Tetapi kenapa dia tidak mengenalnya, padahal dia berada di department yang sama. Dia mencari dan menanyakan kepada setiap orang lewat tetapi tak satu pun dari mereka yang tahu keberadaan dokter itu. Nyatanya keberuntungan masih dipihaknya, dokter yang ia cari berjalan membelakanginya. Jadi dia pun mengejar dokter tersebut sambil memanggilnya. Akhirnya dokter itu pun berhenti dan menatapnya.

"Dok, saya mau meminta maaf sekali lagi. Mohon maafkan saya, sungguh saya tidak sengaja!" ujarnya setelah sampai di hadapan dokter itu.

"Baiklah." Ujar Rendra kemudian berjalan menjauh.

"Dokter tunggu!"

Namun yang dipanggil tak menyahut dan tetap berjalan pergi.

Brukk

Rendra menghentikan langkahnya karena mendengar bunyi yang cukup keras. Dia berbalik dan melihat seseorang itu jatuh pingsan. Rendra menghampirinya dan mencoba membangunkannya.

"Nona, bangunlah!"

Tak ada sahutan, karena gadis itu pingsan. Tak ada pilihan lain, karena koridor ini sangat sepi. Rendra menggendong gadis itu lalu membawanya ke UGD. Banyak pasang mata yang melihat aksi Rendra tersebut dan sontak membuat rumah sakit menjadi riuh seketika. Sesampainya di UGD, Rendra menyerahkan pada perawat dan dokter yang bertugas untuk memeriksa gadis tersebut. Sedangkan dia menunggu di depan ruangan sembari menelepon seseorang. Tak lama dokter yang memeriksa gadis itu keluar.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Rendra.

"Dia baik-baik saja, hanya saja sepertinya dia kurang asupan. Apa dia sudah makan dok?" tanya Dokter Raka.

"Saya tidak tahu."

"Oh, baiklah. Dia hanya butuh istirahat, kalau boleh tahu siapa namanya?"

"Saya tidak tahu Dokter Raka, saya menemukannya pingsan jadi saya bawa dia kemari."

"Oh begitu, dari yang saya tahu namanya Dokter Nay. Dia juga berada di department yang sama dengan dokter kalau tidak salah." Ujar salah seorang perawat.

Rendra pun terdiam, bagaimana bisa dia tidak tahu. Padahal mereka di department yang sama. Kemudian, Rendra meminta perawat untuk menjaga gadis itu, karena dia harus pergi sekarang. Entah kenapa perasaan Rendra menjadi tidak enak, dia merasa bersalah pada gadis itu. Apa gadis itu sampai tidak jadi makan karena mencarinya, pikiran itu membuat Rendra gelisah.

avataravatar
Next chapter