webnovel

Beautiful Mate

Warning, 21+ mohon bijak dalam membaca. Avery Selena Dawn, seorang gadis yatim piatu 25 tahun yang baru saja lulus dari jurusan fashion design memutuskan untuk nekat mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan fashion kulit dan bulu yang terkenal bernama Anima, karena kesulitan yang sedang melilit panti asuhan tempatnya tinggal dahulu yang menyebabkan anak-anak di sana kelaparan. Ia tentu saja sangat bersemangat ketika pada akhirnya diterima pada perusahaan itu. Perusahaan yang terkenal sangat ketat dan sulit menerima karyawan baru itu, bahkan memberinya kontrak khusus dan pendapatan yang terbilang tinggi untuk karyawan canggung yang tak berpengalaman sepertinya. Awalnya Avery mengira kontrak untuknya hanyalah sekadar kontrak kerja biasa sampai ia mengetahui bahwa kontrak itu adalah kontrak yang dibuat sendiri oleh Dominic Lucius Aiken, sang CEO sekaligus pemilik perusahaan itu ketika ia telah tinggal di mansion tua mewah yang sebelumnya ia kira adalah tempat khusus untuk para karyawan Anima. Tetapi dugaannya salah, ketika sang CEO sendiri ternyata juga bertempat tinggal di sana. Dominic, pria yang begitu tampan, gagah, misterius dan sangat mempesona itu, yang selalu terlihat dikelilingi oleh para wanita kemana pun ia pergi, membuat Avery sedikit muak. Pasalnya, ketika para wanita yang ternyata juga tinggal seatap dengannya, kerap memusuhinya dan selalu mencoba membuatnya tampak buruk ketika mereka mengira ia adalah 'mainan' baru sang Alpha! Tunggu, Alpha? Siapa? Dominic? Siapa ia sebenarnya hingga para wanita menyebutnya Alpha?!

Jasmine_JJ · Fantasy
Not enough ratings
84 Chs

Teleportasi

Pagi itu, seorang pelayan wanita tergopoh-gopoh melewati selasar yang mengarah pada kamar Avery dan Leah. Ia segera mengetuk pintu kamar dengan gugup dan tampak panik.

"Nona ... Nona," panggilnya.

Avery dan Leah yang baru saja selesai bersiap pagi itu, buru-buru membuka pintu kamar. Mereka mendapati wajah cemas seorang pelayan wanita ketika pintu terbuka.

"Ada apa?" tanya Avery.

"No ... Nona, tolong ... Tuan dan Nyonya hendak ditangkap oleh rombongan pasukan dan dewan pengawas yang dibawa oleh Tuan Maltus!" ucapnya.

"Apaa!" ucap Avery begitu terkejut.

Avery dan Leah segera berhambur dan melesat keluar ruangan. Penglihatan mereka langsung tertuju pada rombongan yang berada di ruangan utama yang terlihat sedang mengelilingi kakek dan neneknya.

"Apa yang sedang terjadi di sini? Apa yang kalian lakukan?!" teriak Avery sambil membelalakkan kedua matanya. Ia langsung menghampiri kakek-neneknya yang tampak sedang terbelenggu oleh sebuah sinar yang menyerupai tali dan mengikat kedua tangan mereka.

"Lepaskan kakek dan nenekku sekarang juga!" Avery mengayunkan tangannya dan dengan mudah ia menghancurkan belenggu tali bersinar itu yang mengunci kedua pergelangan tangan kakek dan neneknya.

"Siapa kau!" ucap salah seorang penyihir tua yang tampak sedang berdiri dan mengawasi di sana. Ia dan beberapa penyihir tua lainnya mengenakan jubah yang sama. Avery dapat menyimpulkan bahwa mereka adalah para dewan pengawas.

"Ia adalah Avery, cucu Weasley dan Elena," bisik Maltus pada pria tua itu.

"Darah campuran beast itu!?" ungkapnya terkejut. Dengan refleks pria tua berambut keperakan panjang itu menatap Avery dengan tatapan shock.

Avery memicingkan kedua matanya pada Maltus. "Apa yang sudah kau lakukan, Maltus!? Mengapa kau memperlakukan kakek dan nenekku dengan tidak hormat?!" teriaknya marah. Tak ada lagi kesopanan dalam nada suaranya.

Maltus hanya tersenyum kecil sebelum menjawab, "Pemimpin sorcerer, kakekmu terbukti sudah tidak kompeten untuk menjadi pemimpin kami. Ia bahkan menggunakan sihir hitam dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh para tetua dewan pengawas penyihir. Dengan berat hati, aku menyampaikan bahwa ia akan menerima hukuman karena perbuatannya itu dan sayangnya kepemimpinannya juga harus ikut berakhir di sini, Avery," balasnya.

"Diam! Jangan beraninya kau menyebut namaku dengan mulut kotormu itu! Apa buktinya?! Apa bukti bahwa kakekku bersalah?!" tantang Avery. "Dan tak malukah dirimu memperlakukan sahabatmu sendiri seperti ini?! Jika ada yang bersalah di sini, maka kaulah orangnya! Akuilah semua perbuatan yang telah kau lakukan pada kakekku, Maltus!" geram Avery.

Maltus balas menatap Avery dengan geram. "Kakekmu terbukti berinteraksi dengan sorcerer pemukiman dalam! Ia menggunakan sihir hitam untuk mencari keberadaan putrinya, dan ia juga memerintahkan rombongan beast untuk menuju Gunung Kristal. Padahal kita tahu benar siapa penghuni gunung tersebut. Kakekmu sedang menyusun rencana untuk hidup abadi dengan menggabungkan sihir hitam dengan mutiara abadi yang dimiliki oleh Naga Kristal! Bahkan mata-mataku telah mengkonfirmasi keberadaan beast yang merupakan pasanganmu itu. Mereka sekarang sedang berada di Gunung Kristal, bukan?" cecarnya dengan mata berkilat.

"Beraninya kau! Semua tuduhan pria ini tidaklah benar!" tuding Avery. "Ia yang sebenarnya telah mencelakai kakekku selama bertahun-tahun ini! Ia menjebaknya seolah-olah kakek telah berbuat kejahatan! Akuilah Maltus! Apa yang sebenarnya kau incar dengan berusaha melenyapkan kakekku!"

"Semua perkataannya adalah bohong!" tegas Maltus. "Weasley dan Elena telah bekerja sama dengan sorcerer Pemukiman Dalam untuk membuat suatu pemberontakan, Tuan! Aku yakin itu!" tegasnya lagi tidak mau kalah dengan Avery. Maka dari itu Maltus berusaha dengan keras untuk meyakinkan semuanya pada tetua pengawas.

"Aku memiliki bukti jika itu yang kau inginkan! Bawa ia kemari!" perintahnya kemudian pada pengawal lainnya.

Dengan segera, mereka kemudian membawa sesosok yang Avery tahu betul siapa ia. Mereka membawa Savia dengan pengawalan ketat. Ia bahkan dikunci dengan cara yang sama seperti mereka mengunci kakek dan neneknya.

"Savia?!" ucap Avery terkejut.

"Lihatlah! Lihatlah ia! Ia mengenalnya, bukan?! Karena mereka telah bekerja sama dengan alchemist pengkhianat ini. Sorcerer yang pernah melakukan kejahatan hitam dan sedang menerima hukumannya dengan diasingkan ke Pemukiman Dalam! Entah apa yang sedang mereka lakukan diam-diam. Apakah kalian sedang membuat suatu ramuan terlarang sekarang? Karena itukah kalian juga bekerja sama dengan para beast rendahan itu?" tuduhnya. Ia terang-terangan menunjuk Leah ketika mengungkapkan maksudnya.

"Semua yang dituduhkannya tidaklah benar!" sanggah Savia. "Jika kalian ingin menghukum sorcerer yang bersalah, maka hukumlah Maltus!" ucap Savia lagi. "Katakanlah Maltus, kejahatan apa saja yang telah kau lakukan sejak bertahun-tahun yang lalu?" tantangnya. "Kau bahkan memerintahkan Piere untuk menyiapkan suatu ramuan hitam untukmu!"

Para tetua saling menatap dan raut wajah mereka jelas menampakkan kebimbangan.

"Sekarang pun kau menggunakan mantera pembisu pada Weasley dan Elena, bukan?" ucap Savia lagi. "Benar, walau kau menggunakannya, mereka tak akan bisa mengatakan apapun kejahatanmu selain mencoba meracuni Weasley selama bertahun-tahun. Dan tentu saja kau akan menyangkalnya dengan mudah. Mengapa kau pikir Elena yang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar darimu hanya diam saja seperti ini? Ia masih diam saja karena belum mengetahui semua kebusukanmu!" tantangnya.

"Tutup mulutmu! Kau tak berhak berbicara! Kau sorcerer buangan!" geram Maltus.

"Buangan?! Dasar kau tak tahu malu! Kau yang telah menciptakan label itu semaumu sendiri. Katakanlah sejujurnya Maltus, kau ingin menguasai Anima, bukan?! Kau begitu ingin menguasai Anima hingga berupaya melenyapkan siapa pun yang mungkin dapat menghalangimu. Seperti Serenity dan pasangannya, mungkin?" Savia menatap tajam pada Maltus.

Maltus sedikit tersentak ketika Savia menyebutkan tentang Serenity.

"Apa maksudmu, Savia?" tanya Avery.

"Ya, Avery. Maltus telah mencoba melakukan pelenyapan pada Serenity," jelas Savia. "Dalam dunia manusia, bisa dikatakan ia telah melakukan pembunuhan."

"A ... Apa?!" Avery tersentak tak percaya.

"Maltus lah penyebab hilangnya Serenity! Aku baru mengerti semuanya kemarin saat Piere datang. Dengan petunjuk dari hewan sihirku, aku dapat menangkap potongan gambaran-gambaran kecil yang menghubungkan semuanya dengan Maltus. Gold Phoenix-ku menjabarkan potongan-potongan itu setelah menatap Piere. Dan tak tahukah kau Maltus? Phoenix-ku memiliki keistimewaan sendiri. Ia mampu merefleksikan ketakutan dan kejahatan terdalam pada diri seseorang ketika ia menatapnya. Piere kemarin menatap Phoenix-ku. Ia merefleksikan kejahatannya dan orang-orang yang berhubungan dengan kejahatan itu sendiri, tentu saja," jelas Savia. "Coba tebak, sosok siapa yang aku lihat di dalam kejahatan itu?" lanjutnya penuh kepuasan.

"Kurang ajaar kau Maltuss!!! Heaaa!!" Elena yang turut terkejut dengan ungkapan Savia, kini buka mulut. Ia telah mematahkan sihir pembisu yang diberikan padanya sebelumnya.

Dengan ayunan tangannya, Elena kemudian mencengkeram Maltus dengan kekuatan tak kasat matanya hingga Maltus melayang dan meronta kesakitan di udara.

"Katakan padaku!! Apa yang pernah kau coba lakukan pada putriku!!" teriak Elena lagi dengan murka.

"Hentikan, Nyonya Elena!" teriak para tetua. "Membunuh adalah kejahatan besar bagi para sorcerer!" serunya.

Tepat ketika sang tetua ingin melancarkan sihirnya untuk Elena, Weasley yang masih terlihat lemah serta-merta melompat menghalangi tetua tersebut dan memberikan dirinya sendiri sebagai tameng untuk istrinya hingga ia terpelanting dan ambruk seketika.

"Kakek!" teriak Avery. Ia dan Elena segera menghampiri Weasley dan meraih tubuhnya yang telah lemah.

"Weasley!" Elena yang panik segera menyalurkan energinya untuk Weasley yang sedang menahan sakit.

"Apa yang kau lakukann!!!" teriak Avery histeris. Ia tanpa sadar mengayunkan kedua tangannya secara bergantian untuk mengirimkan serangan balasan bagi para tetua dan pengawal.

"Pe ... pe ... pemberontakan!!" seru Maltus di sela-sela kesakitannya. Ia masih tersungkur dan memegangi dadanya akibat serangan Elena tadi.

"Avery, Elena!" teriak Savia kemudian. Ia dengan sigap melayangkan sebuah botol kecil pada mereka. Dan dengan tanggap, Elena segera menangkap botol tersebut.

Elena kemudian membentuk sebuah kubah perisai untuk melindungi mereka. Ia pun memberikan isi ramuan dari Savia pada Weasley yang masih ambruk dan berada di dalam pangkuannya.

"Sayang, perisai ini tak bisa selamanya menahan kita di sini dengan serangan-serangan mereka, karena aku harus berbagi kekuatanku untuk memulihkan kakekmu. Aku akan membuat sebuah portal dan kau dapat pergi ke tempat yang seharusnya. Bawalah orangtuamu kembali setelahnya!" perintah Elena.

"Tapi bagaimana dengan Nenek dan Kakek?" tanya Avery. Ia sendiri masih melayangkan serangan-serangan balasan untuk para tetua dari dalam kubah perisai yang melindungi mereka.

"Kami akan baik-baik saja dan menunggu kalian!" Elena kemudian mengarahkan salah satu telapak tangannya hingga pusaran kecil muncul membentuk lubang bercahaya.

Melihat ada pergerakan aneh, Maltus pun berteriak, "Mereka hendak melarikan diri!!" serunya kemudian yang menyadari terbentuknya sebuah lubang portal.

"Cepatlah Avery!! TELEPORTASI!" perintah Elena.

Elena yang menggunakan sihirnya di berbagai arah mulai kehilangan tenaganya. Ia membentuk perisai, menyalurkan energi untuk Weasley, dan portal untuk Avery. Selain itu, ia juga memblokir serangan-serangan para tetua untuk mereka. Maka dari itu, energinya semakin melemah seiring berjalannya waktu.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang telah neneknya ciptakan, Avery segera menarik Leah dengan sihir penariknya dan ia bersama-sama melompati portal yang diciptakan neneknya itu dengan sekali gerakan.

"BLAASST!!"

Kilatan cahaya yang memendar, seketika menghilang seiring dengan lenyapnya Avery dan Leah. Mereka telah berhasil berteleportasi.

"Uurgh, kurung mereka semua ke dalam tahanan tak bercelah!" teriak Maltus kesal.

Elena yang telah kehilangan banyak energinya, ikut terkulai lemah di samping Weasley. Dan ketika mereka melihat ia tak melakukan perlawanan lagi, barulah para pengawal segera menangkap Elena dan Weasley.

____****____