webnovel

Beautiful Mate

Warning, 21+ mohon bijak dalam membaca. Avery Selena Dawn, seorang gadis yatim piatu 25 tahun yang baru saja lulus dari jurusan fashion design memutuskan untuk nekat mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan fashion kulit dan bulu yang terkenal bernama Anima, karena kesulitan yang sedang melilit panti asuhan tempatnya tinggal dahulu yang menyebabkan anak-anak di sana kelaparan. Ia tentu saja sangat bersemangat ketika pada akhirnya diterima pada perusahaan itu. Perusahaan yang terkenal sangat ketat dan sulit menerima karyawan baru itu, bahkan memberinya kontrak khusus dan pendapatan yang terbilang tinggi untuk karyawan canggung yang tak berpengalaman sepertinya. Awalnya Avery mengira kontrak untuknya hanyalah sekadar kontrak kerja biasa sampai ia mengetahui bahwa kontrak itu adalah kontrak yang dibuat sendiri oleh Dominic Lucius Aiken, sang CEO sekaligus pemilik perusahaan itu ketika ia telah tinggal di mansion tua mewah yang sebelumnya ia kira adalah tempat khusus untuk para karyawan Anima. Tetapi dugaannya salah, ketika sang CEO sendiri ternyata juga bertempat tinggal di sana. Dominic, pria yang begitu tampan, gagah, misterius dan sangat mempesona itu, yang selalu terlihat dikelilingi oleh para wanita kemana pun ia pergi, membuat Avery sedikit muak. Pasalnya, ketika para wanita yang ternyata juga tinggal seatap dengannya, kerap memusuhinya dan selalu mencoba membuatnya tampak buruk ketika mereka mengira ia adalah 'mainan' baru sang Alpha! Tunggu, Alpha? Siapa? Dominic? Siapa ia sebenarnya hingga para wanita menyebutnya Alpha?!

Jasmine_JJ · Fantasy
Not enough ratings
84 Chs

Crystalline

Dom, Avery, dan beberapa rombongan pasukan serta Warick telah berada di mulut gua yang merupakan pintu masuk ke bagian dalam Gunung Kristal. Mereka telah siap dengan apa yang mungkin akan mereka temui di sana.

Rombongan Dom berjalan beriringan untuk memasuki gua kristal tersebut. Gunung kristal merupakan gunung yang benar-benar terbentuk dari kristal-kristal bercahaya dan terang.

Gunung Kristal adalah satu-satunya gunung yang menjulang di tengah-tengah kumpulan salju tebal yang selalu mengelilinginya. Ia berdiri kokoh seolah tak tergoyahkan.

"Sepertinya kita telah dekat," bisik Avery.

Raungan dan geraman mulai terdengar lagi. Itu menandakan mereka telah dekat dengan posisi Naga Kristal tersebut.

"Warick, kau dengar itu? Bukankah ia tampak seperti sedang mengerang dan melolong meminta tolong?" ucap Avery lagi.

"Aku hanya mendengar raungan yang menakutkan saja. Dan kurasa Warick pun demikian," jawab Dom. "Bukankah ia melolong dan meraung untuk menakuti kita semua agar tak mendekat ke kediamannya?" tanya Dom lagi.

"Bukan Dom, ia jelas-jelas sedang bersedih dan meminta tolong. Aku bahkan dapat mengerti lolongan memilukan yang ia teriakkan. Ia seakan meminta tolong dan ... aaaakkkh!!"

"Blaaarr!!!!"

Getaran dan runtuhan kristal yang datangnya tiba-tiba seketika membuat Avery terpekik. Ia berhasil terlindungi karena Dom dengan sigap menahan runtuhan kristal dengan tubuhnya untuk melindungi Avery.

"Sepertinya naga itu mengetahui kedatangan kita!" ucap Lucius. "Cari tempat berlindung yang aman. Jangan sampai ia mengarahkan serangan semburan api birunya pada kita."

Para rombongan kemudian dengan sigap segera berpencar dan bersembunyi di balik batu-batu kristal yang menjulang di dalam gua yang luas tersebut. Mereka saling melempar pandangan dengan was-was ketika kemudian dentuman-dentuman kecil menyusul dan mendekat ke arah mereka. Ya, naga tersebut sedang menuju ke arah rombongan.

"Dia datang," ucap Leah tertahan.

"GROAAARRH!!"

Lagi-lagi sang naga meraung geram. Ia bahkan menyemburkan api biru yang menjilat-jilat yang seketika berubah menjadi kristal seperti bongkahan es yang bening.

"Bagaimana kita akan masuk dan menemukan kedua orangtuamu jika naga itu menghalangi?" tanya Dom. "Aku akan maju dan bergerak masuk sementara para pasukan mengalihkan perhatiannya," ucap Dom kemudian.

"Tunggu!" cegah Avery. Ia menggeleng keras ke arah Dom. "Jangan konyol! Kau tak boleh membahayakan dirimu dan anak buahmu yang lain. Jangan gegabah dan biarkan aku mencoba berkomunikasi dengannya dahulu, Dom," ucap Avery.

Avery kemudian mengedarkan pandangannya dan sedikit menganga karena mendapati Warick yang sedang bersembunyi dibalik salah satu bongkahan kristal besar dengan meringkuk dan seolah sedang menciutkan tubuhnya. "Apa yang kau lakukan Warick?!" tanyanya heran. "Oh, ya ampun ... kau tak akan bisa menyembunyikan tubuh besarmu dengan cara seperti itu Warick," gumamnya lagi.

Avery kemudian menatap Dom dengan pandangan yang heran dan penuh tanya. "Seperti itukah sikap naga ksatriamu dalam menghadapi situasi yang genting seperti sekarang ini?" protesnya seolah tak percaya.

"Well ... Warick tak pernah terlalu jauh dari pemukiman sebelumnya. Ia tangguh tentu saja ... hanya saja ... ia belum pernah bertemu dengan makhluk sepertinya yang sedahsyat ini, Sayang," bisik Dom. "Maklumilah ya ... dengar, barusan ia berkata bahwa semburan naga kristal itu tidak main-main. Sedikit saja kita terkena semburannya, maka kita akan membeku abadi selamanya," jelas Dom.

"Oh ya? Terima kasih Warick atas penjelasanmu," ucap Avery. "Tapi setidaknya muncullah dan bantulah aku untuk berkomunikasi dengannya," tegasnya lagi.

Warick sedikit melenguh dan kembali berkata dalam telepatinya. Ia adalah seorang wanita. Ucapnya saat bertelepati dengan Avery.

"Oke, lalu?" tanya Avery tak mengerti.

Naga itu adalah seorang wanita, Luna ... jelas Warick lagi. Aku tak pernah berbicara dengan naga lain sebelumnya, terlebih ... pada wanita.

Warick sedikit menunduk dan menggerak-gerakkan kakinya seolah sedang bersikap malu atau tersipu. Avery hanya dapat menganga dan menatap Dom dengan takjub. Ia tak percaya dengan alasan konyol yang baru saja didengarnya.

"Yeah, maafkan sikap pengecutnya itu ... Sayang, aku juga baru tahu jika ia 'takut' pada wanita," ucap Dom sambil tersenyum masam.

"Terima kasih Warick, kauntelah membuatku ikut malu, Man!" sindir Dom kemudian pada Warick.

"Oh ya ampun ... kalian naga dan pemilik yang sama-sama konyolnya," gumam Avery sambil menggeleng.

"GROOOAAARHHH!"

Naga kristal lagi-lagi meraung. Ia jelas tahu jika banyak tamu tak dikenal telah memasuki kediamannya.

Avery mengembuskan napasnya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Halo, permisi ... kami tak akan menyakitimu, naga kristal!" teriaknya. Ia sedikit mengintip diantara celah kristal setelah mengatakan salam pembuka untuk naga tersebut.

Tak ada lagi raungan dan geraman. Dan Avery sudah dapat melihat bahwa naga berwarna kebiruan yang cemerlang itu sedang berdiam dan mencari-cari sumber suara yang didengarnya tadi.

"Halo ... kami di sini, benar kami adalah rombongan yang tak bermaksud menyakitimu atau mengganggumu. Siapa yang telah membuatmu kesakitan?" tanya Avery mulai memberanikan diri lagi.

"Kau dapat berkomunikasi padanya, Sayang? Apa ia berbicara padamu?" tanya Dom.

Avery mengangguk perlahan. Ia kemudian berdiri dan keluar dari dalam persembunyiannya. Baru selangkah Avery berpijak, Dom telah menahannya. "Apa yang kau lakukan?!" cegahnya.

"Tenanglah Sayang, kurasa ... tampaknya naga kristal itu tak dapat melihat kita," ucap Avery.

"Uuunnngghhh" Sang naga kristal kembali melenguh kecil seolah dapat mengerti apa yang Avery katakan.

"Ya, tentu aku dapat mendengarmu," jawab Avery kemudian karena sang naga berkomunikasi dengan telepati sebelumnya.

"Berbaliklah, Naga ... kami tak akan menyakitimu. Kami hanya ingin menemukan orangtuaku. Mereka sedang tertidur abadi di dalam gunung kristal ini, benar?" ucap Avery kepada Naga Kristal.

Naga kristal segera berbalik badan dan menghadap para rombongan yang telah berdiri berjajar di hadapannya. Benar seperti yang dikatakannya tadi, bahwa ia tak dapat melihat siapa pun yang ada di hadapannya. Dengan caranya bergerak dan mencsri-cari suara, siapa pun tahu ia tak dapat melihat sekitarnya.

"Kau sungguh cantik, Crystalline," gumam Avery ketika ia melihat naga biru yang menawan itu akhirnya terlihat sempurna seutuhnya.

"Crystalline?" tanya Dom spontan.

"Itu adalah namanya," jawab Avery sambil tersenyum pada Dom. Ia kemudian mulai perlahan berjalan mendekati Crystalline.

"Sayang ...," bisik Dom was-was. Ia turut mendampingi Avery yang mulai mendekati naga itu.

"Aku sekarang berada di hadapanmu, Crysta," ucap Avery. Ia kemudian mengulurkan telapak tangannya seolah ingin mengusap wajah biru itu.

"Bolehkah aku menyentuhmu? Tapi jangan menyemburkan apapun padaku, oke? Aku hanya ingin kau mengetahui keberadaanku," ucap Avery lagi. Seperti mengerti, naga itu kemudian perlahan menundukkan kepalanya agar Avery dapat meraihnya.

"Good girl ...," jawab Avery sambil perlahan mengusap kepala naga biru tersebut.

Hanya beberapa saat setelah ia menyentuhkan telapak tangannya untuk mengusap Crysta, seketika tubuh sang naga bercahaya dan begitu juga dengan Avery. Ia seperti terhubung dengan Crystalline hingga beberapa tubuh Avery mengeluarkan sinar dari simbol-simbol yang pernah muncul ketika ia menerima kekuatan sihirnya untuk pertama kali.

"SRIIINGG!!!"

Sinar kebiruan yang menyala itu muncul seketika pada kedua tubuh makhluk yang sedang berinteraksi itu. Baik Avery maupun Crystalline sama-sama memejamkan matanya sementara seluruh tubuh mereka berbalut sinar terang yang menakjubkan. Ia dan Crystalline sedang saling terhubung.

____****____