webnovel

Beautiful Doctor VS The Cyber Police

Alice Valencia seorang dokter muda yang berusia 29th, bekerja pada salah satu RS Swasta. Dokter yang periang dan murah senyum ini sudah bekerja selama 7th di Unit Gawat Darurat RS tersebut. Dalam sebuah kesempatan dirinya akhirnya menangani sebuah kasus yang diduga adalah sebuah kasus bunuh diri, namun dokter Alice tetap meyakini bahwa kasus tersebut adalah kasus pembunuhan. Dari sinilah dia mulai mengenal Azka Camerlo, kepala divisi Cyber Police, polisi muda tampan yang dikaruniai senyum yang mempesona. Alice juga berkenalan dengan kelima anak buah Azka. Ronaldo, Ricky, Jhordy, Achmed, dan George.. Dari sinilah kehidupan Alice mulai berubah. Alice mulai mendapat teror dan akhirnya di pecat dari RS Tempat dia bekerja karena menyalahi kode etik. Keluarga gadis yang meninggal itu menuntut Alice dengan tuntutan pencemaran nama baik. Disaat yang sama Sahabat Alice, Viona Rahaya akhirnya mengungkap ketidaknyamanan nya selama ini hidup bersama dengan Alice. Viona lalu memilih keluar dari apartemen yang sudah hampir 6th mereka tinggali bersama. Alice menjadi frustasi, saat dirinya mulai bimbang dengan kehidupannya. Azka datang membawa cinta. Namun disaat yang bersamaan salah satu dari kelima tim Cyber tersebut sudah lebih dulu menyatakan perasaannya pada dokter Alice. Cinta segitiga mulai hadir dalam kisah ini. Konflik mulai muncul saat akhirnya semua kisah masa lalu dokter Alice mulai terkuak. Kisah ini dikemas dengan cinta, persahabatan, dan konflik yang begitu tragis. Penasaran...?? Mari berjuang menulis dan membaca bersama...

Vee_Ernawaty · Fantasy
Not enough ratings
81 Chs

Kekesalan Alice

Setelah berpamitan pada April, Alice lalu bergegas keluar dari Panti Asuhan itu dan menunggu di depan Halte yang berada tepat di depan Panti Asuhan itu. Tatapannya terpaku pada ponsel yang kini dipegangnya itu, pada layar ponsel tersebut terpampang panggilan untuk 'My Ronald'. Alice sudah berusaha menghubungi nomor itu berulang kali, namun tidak ada jawaban dari nomor yang di hubungi tersebut. Alice kemudian mengirim pesan singkat kepada kekasihnya tersebut.

💌

#sayang kamu dimana? aku sudah selesai dengan April. Kamu jadi jemput nggak? aku tunggu 5menit ya. Kalau kamu belum datang aku naik taksi aja. Okey!! Aku langsung ke rumah sakit ya, sekalian liat keadaan ayahnya April.#

Lelaki itu, menatap hampa pesan singkat yang dikirimkan oleh kekasihnya itu, ia sama sekali tak berniat untuk membalasnya. Ia hanya menarik napas dalam, lalu memasukan kembali ponselnya pada saku jaket yang dikenakannya.

"Kenapa pesannya tidak dibalas?" tanya seseorang.

"Komandan" jawab Ronal.

"Ini diluar jam kerja, kau tidak perlu seformal itu" kata lelaki yang berdiri dihadapan Ronald, yang tidak lain adalah komandannya tersebut, seorang Azka Camerlo.

"Sepertinya Alice sudah pulang, kau mencarinya?" tanya Azka kemudian.

"Hhem, ti...tidak Pak, ehmm, maksud saya iya pak!!" jawab Ronal gugup, seperti seseorang yang tertangkap basah sedang mencuri.

Azka memperhatikan Ronald dengan seksama lalu kemudian bertanya dengan curiga "Apakah kau sempat mendengarkan pembicaraan kami tadi?"

Ronald tersentak mendengar pertanyaan itu.

Sementara di depan halte Alice masih saja menunggu Ronald, dia akan menaiki taksi yang baru saja di berhentikannya itu, saat kemudian matanya mengarahkan pandangan ke arah tempat parkir dan mendapati kawasaki ninja hitam yang tak asing baginya.

"Mohon maaf pak, saya tidak jadi naik ya. Sepertinya jemputan saya sudah datang. Maaf ya pak" kata Alice pada supir taksi tersebut.

Ia lalu bergegas masuk kembali ke dalam Panti Asuhan dan mencari keberadaan kekasihnya tersebut.

"Kamu di mana sayang?" kata Alice sambil memperhatikan ponselnya dan berusaha menghubungi Ronald.

Ronald memperhatikan ponselnya yang bergetar itu namun tak berniat untuk mengangkatnya.

"Kenapa tidak dijawab?" tanya Azka.

"Tidak apa Pak." jawab Ronald singkat.

"Kamu mendengarkan pembicaraan saya dengan Alice tadi?" Azka mengulang kembali pertanyaannya.

"Iya. Saya mendengarkan semuanya pak!" jawab Ronald sambil menatap hampa ke arah Azka.

"Hmppp... Jadi karena itu kamu tidak mau mengangkat telepon atau menjawab pesan dari Alice?" tanya Azka kemudian dengan nada suara yang tak bisa dimengerti, entah dia sedang mengejek ataukah dia sedang berusaha mencari tahu jawaban atas tindakan Ronald ini.

"Saya mohon maaf karena telah menjadi penghalang antara bapak dengan dokter Alice, mungkin bapak memang lebih cocok untuk mendampingi dokter Alice" kata Ronald kemudian dengan nada suara yang melemah, sedangkan Azka tampak senyum simpul di sudut bibirnya.

"Hahahaha...." terdengar suara terkekeh Azka. "Jadi kamu menyerah?" tanyanya lagi dengan nada seperti mengejek.

Alice yang berdiri disisi lain dari taman itu, hanya menarik napas dalam dan sesekali mengusap dadanya. Ada rasa kesal dalam diri wanita itu, kesal karena bahasa yang keluar dari mulut Azka yang kesannya meremehkan Ronald, dan kesal karena sikap bodoh Ronald yang seakan tak mampu mempertahankan cintanya.

"Jadi kamu akan dengan sukarela memberikan Alice pada saya?" tanya Azka lagi kali ini dengan nada suara seperti memaksa.

"Saya hanya mengatakan jika bapak memang lebih cocok dengan dokter Alice. Namun semua keputusan ada pada Alice" jawab Ronald kemudian sambil menatap dengan berani mata lelaki yang adalah komandannya itu.

"Kenapa kamu berpikir saya lebih cocok dengan orang yang sekarang menjadi kekasihmu itu?"

"Karena dia seorang dokter berpendidikan, mungkin memang lebih cocok dengan bapak yang juga mempunyai pendidikan yang baik. Apa daya saya yang hanya seorang polisi tamatan SMU" kata Ronald sambil menunduk.

"Hahahaha....." sekali lagi terdengar suara terkekeh Azka.

"Dia tentu saja akan memilih kamu Ronald, namun itu bukan karena dia mencintaimu!" sarkas Azka kemudian.

"CUKUP!!" teriak Alice tiba-tiba.

"Sayang..." kata Ronald dengan sedikit terkejut saat melihat kekasihnya itu kini telah berada dihadapan mereka.

"Cukup dengan ocehan anda yang tidak berguna itu Tuan Camerlo!!" kata Alice memulai pembicaraan saat ia sudah berada dihadapan kedua lelaki itu.

"Dan kau" Alice menunjuk kearah Ronald "Jadilah lelaki yang lebih tangguh untuk memperjuangkan orang yang kau cintai. Apa menurutmu yang membuat aku lebih cocok dengan dirinya?" tanya Alice pada Ronald dengan geramnya sambil melayangkan pandangannya pada Azka diakhir kalimatnya itu.

"Sayang, maaf...."

"Cukup dengan kata maafmu." Alice memotong pembicaraan Ronald. "Apa yang kau pikir ketika aku menerimamu sebagai kekasih? Hahh?? Apa??" kata Alice kemudian sambil tak mampu menahan amarahnya.

Azka hanya terdiam menyaksikan begitu marahnya wanita didepannya itu.

"Lalu kau, dengan penuh percaya diri kau melayangkan bahasa yang kesannya sangat menjatuhkan kekasihku? Apa maksudmu dengan mengatakan aku tidak mencintai Ronald?" Alice menatap sengit kearah Azka. Matanya mulai memerah dan sebentar lagi bendungan itu tak akan mampu menahan air yang akan keluar dari sana. "Apa kau tahu seperti apa itu cinta? Seperti apa aku menilai cinta, sehingga aku harus menerima Ronald sebagai kekasihku tanpa cinta?" Alice menatap kedua lelaki itu secara bergantian, lalu kemudian pandangannya menjadi kabur karena air itu sudah tumpah dari kedua pelupuk matanya.

"Sayang..." Ronald memberanikan diri berbicara dan dengan lembut berusaha menggapai tangan kekasihnya itu. Namun dengan cepat Alice menampik tangan Ronald dan berkata "Jangan pernah muncul di hadapanku sampai kau bisa menjawab semua pertanyaan yang akan aku berikan nanti. Aku tidak ingin mempunyai kekasih seorang pria yang tidak mempunyai pendirian." kata Alice kemudian, lalu berlalu dari hadapan kedua lelaki itu.

...

Alice sampai di apartemennya dan mendapati Viona sudah berada disana, dia membereskan pakaian-pakaiannya dan mengepaknya ke dalam koper.

"Vio... kamu mau kemana?" tanya Alice "Kamu mau pergi lagi dari sini? Salah aku apa sekarang?" tanya Alice lagi.

"Ya ampun bebh, aku lagi beres-beres karena ada kegiatan dari kantor keluar kota." Jawab Vio masih tetap sibuk beberes tanpa menoleh kearah Alice.

"Aku kira kamu mau pergi lagi ninggalin aku." kata Alice kemudian sambil memeluk sahabatnya itu dari belakang.

Viona yang dipeluk itu pun menjadi terkejut lalu memalingkan pandangannya ke arah Alice dan seketika ia baru menyadari kalau ada yang berbeda pada sahabatnya hari ini, wajah sembab sahabatnya itu menunjukan jika sahabatnya itu baru saja menangis.

"Kamu kenapa bebh?" tanya Viona khawatir.

"Aku nggak papa bebh. Aku hanya rindu rumah aku, aku ingin pulang." kata Alice berbohong. Ia tidak ingin sahabatnya itu tahu apa yang baru saja terjadi dengan dirinya, apalagi yang terlibat dengannya barusan adalah Azka Camerlo, orang yang dicintai sahabatnya itu saat ini.

"Apa yang terjadi di rumah? Apa ada masalah? Apa sesuatu terjadi pada Angel?" tanya Viona masih dengan nada khawatir.

"Tidak terjadi apa-apa sayang, Angel juga baik-baik saja. Aku hanya rindu ingin pulang. Tadi saat berkunjung melihat April, aku lalu tiba-tiba mengingat Angel. Aku mengurus orang lain disini dengan baik, sementara Angel disana harus berjuang hidup hanya dengan ditemani mama dan papa. Sepertinya aku harus pulang dulu, bebh!!" kata Alice kemudian, sepertinya kali ini dia memang ingin sekali pulang untuk menjenguk keluarganya.

Rasa kesalnya pada Ronald dan Azka juga rasa rindunya pada keluarganya tersebut membuat wanita ini ingin segera pergi dari kota Grazia.

Entah untuk berapa lama, mungkin hanya untuk sesaat menenangkan diri atau untuk waktu yang lama, atau mungkin selamanya, dia hanya ingin cepat pergi dari tempat ini.

...

Catatan penulis:

Selamat malam Minggu...

Semoga up yang nggak banyak ini bisa sedikit menghibur ya...

Mohon bersabar untuk up selanjutnya ya sayang-sayang aku...

Pliss, jangan lupa coment, review, bintang n PS nya ya...

Kalian yang terbaik..

🥰🤗