webnovel

Be Your Wife

Judul lama : FAKE WIFE Simpan dulu siapa tahu suka ;) * Diculik dan di paksa menyamar sebagai sepupunya untuk di jodohkan, adalah hal yang tidak pernah Clarisa duga semasa 21 tahun hidupnya. Clarisa dibawa paksa pergi ke kota New York untuk bertunangan dengan seorang pria tua bangka. Kejutan demi kejutan Clarisa dapatkan begitu berada di sana. Mulai dari sepupunya yang memiliki keluarga kandung, lalu dari tunangan sepupunya yang ternyata sangat tampan dan juga sangat kejam. Namanya adalah Leo, pria 30 tahun yang tampan, yang menyembunyikan identitasnya sebagai pengusaha tua bangka. Apakah identitas Clarisa yang sebenarnya akan terungkap? Apakah Clarisa akan tetap aman di saat Leo mulai terobsesi padanya? * Hei, yang sudah mampir terima kasih ya... Jangan lupa beri power stone, komentar yaa.. Biar semangat nih authornya!

Chuuby_Sugar · Urban
Not enough ratings
31 Chs

21. Hobi aneh Leo

Sungguh hal menyenangkan saat terbangun dari tidur dan kau menemukan seseorang yang kau sukai tertidur lelap disampingmu. Mungkin itulah yang Leo rasakan saat ini. Tunggu, apa Leo mulai menyukai gadis ini? Leo tersenyum tipis.

Semalaman Jasmine tertidur dalam pelukannya, walaupun tak dapat dipungkiri Leo-lah yang memaksa gadis itu hingga ketakutan. Sudah dari beberapa menit yang lalu Leo terbangun dan posisi tubuhnya sama sekali tidak berubah. Masih betah memandangi wajah cantik dari Jasmine.

Leo mengukir wajah Jasmine dengan jari telunjuknya. Mulai dari alis yang melengkung indah dan rapi, turun pada mata bulat yang terpejam itu, menyadarkan Leo bahwa Jasmine memiliki bulu mata yang sangat lentik. Lalu beralih pada hidung yang tidak menjulang terlalu tinggi itu, berakhir pada bibir merah muda yang terasa sangat lembab, membuat Leo ingin mencicipi rasa bibir ini lagi.

Clarisa membuka matanya pelahan saat merasakan ada yang memainkan bibirnya dan itu mengganggu tidurnya. Jasmine mendelik saat menemukan pelakunya, Leo mengusap-usap bibirnya.

"Selamat pagi, Jasmine." Bukannya menghentikan pergerakan tangannya Leo justru mengucapkan sapaan yang tidak berguna menurut Clarisa. Clarisa segera memundurkan wajahnya menjauh dari Leo.

Leo menatap gadis yang ada didepannya ini penuh tanda tanya. Terlebih saat gadis itu bangkit dari tidurnya dan duduk ditepi ranjang.

Leo bangkit mengikuti wanita itu dan berjongkok dihadapannya. Tangan Leo yang terulur hendak menyentuh wajah Jasmine segera Leo tarik kembali, saat Jasmine memalingkan wajahnya dari Leo.

Leo bisa mengartikan tatapan mata Jasmine saat ini, Leo tahu Jasmine takut padanya sekarang. Jasmine yang sekarang bukan Jasmine yang biasa suka menantangnya. Leo merasa bersalah, sepertinya tindakannya semalam untuk menahan Jasmine tetap ada disisinya terlalu berlebihan.

Tangan gadis dihadapannya ini bergetar, matanya terlihat berkaca-kaca atau mungkin ini efek bangun tidur. Mungkin tenaganya belum pulih sepenuhnya.

"Apa sekarang kau takut padaku?"

"Fikir saja sendiri!" Leo terkekeh begitu mendapat jawaban dari Jasmine lebih cepat dari dugaannya. Sepertinya ini masih Jasmine yang sama dengan yang biasanya.

"Kenapa malah tertawa?" Leo menaikkan kedua alisnya, merasa terpojok saat Jasmine menanyainya seperti itu. Pasalnya baru Jasmine yang berani menanyai Leo tentang apa yang membuatnya tertawa.

"Apa tidak boleh?" Leo berbalik bertanya, tanpa disadari jawaban Leo itu membuat Clarisa semakin marah.

"Apa kau begitu menikmatinya saat seseorang tidak bisa berkutik dan berada dibawah kendalimu?!" Leo terperangah, ia sama sekali tidak mengerti jalan fikiran gadis dihadapannya ini.

"Apa maksudmu Jasmine, kenapa pagi-pagi seperti ini kau sudah marah?" Clarisa menghela nafas kasar.

"Apa kau tidak ingat? Semalam kau memaksaku untuk tetap berada disini, tidur disampingmu dengan cara menodongkan pistol padaku?! Jangan bilang padaku kau lupa!" Leo kembali terkekeh. Sepertinya Jasmine masih setengah sadar karena berani menceramahi Leo sepanjang itu.

"Aku ingat."

"Oh gosh. Apa kau tidak bisa mencari hobi lain selain memaksakan kehendakmu pada orang?!"

"Apa itu termasuk hobi?"

"Apa yang namanya selalu melakukan dengan perasaan senang itu bukan hobi? Lalu apa namanya?"

"Kau menyebalkan saat cerewet seperti ini Jasmine. Membuatku ingin membungkam mulutmu dengan mulutku." Clarisa menutup bibirnya rapat-rapat. Leo menyeringai, sialnya dengan wajah bantalpun Leo masih terlihat sangat tampan.

"Aku minta maaf. Tolong jangan lakukan itu."

"Gadis baik. Aku jadi ingin memberimu hadiah berupa ciuman." Clarisa melotot tak terima. Sama saja.

Clarisa mengambil bantal yang ada disampingnya dan meletakkannya tepat diwajah Leo. "Ciuman saja dengan bantal ini."

"Kenapa harus bantal ketika ada bibir menganggur disini?" Clarisa menepis tangan Leo yang hampir meraihnya dengan cepat.

"Minggir, aku mau berlatih menari balet."

Leo meletakkan kedua tangannya disamping Jasmine, untuk mencegah wanita itu pergi.

"Aku juga bisa menari." Clarisa menaikkan kedua alisnya penasaran. Sedikit tidak menyangka jika Leo bisa menari.

"Tarian apa memangnya? Yang kau kuasai."

Bukannya mendapat jawaban dari pertanyaannya, Leo justru mendorong tubuhnya hingga berbaring dan Leo menindih tubuhnya.

Clarisa memukul Leo dengan keras berusaha membuat Leo menjauh darinya.

"Pergi dari atasku!"

"Bukankah kau ingin tahu tarian apa yang kukuasai?"

"Memangnya apa?"

"Tarian diatas ranjang." Clarisa memekik mendengar ucapan ngawur Leo. Dengan sebal Clarisa menaikkan tubuhnya sedikit dan menarik pundak Leo mendekat pada bibirnya.

"Aaahkh!" Teriak Leo saat Clarisa berhasil melancarkan aksinya, menggigit pundak Leo dengan keras. Salah sendiri, berani mengerjai Clarisa yang serius menanggapi ucapan Leo.

Leo menjatuhkan dirinya kesamping sembari memegang pundaknya yang sakit bukan main. Entah mengapa rasa sakit ini lebih terasa perih dibandingkan dengan luka tusuk yang ada diperutnya.

Kesempatan itu Clarisa gunakan untuk bangkit dan mentertawai Leo dengan keras.

"Awas saja kau setelah ini Jasmine!" Ancam Leo yang tidak membuat Clarisa gentar sedikitpun. Clarisa menjulurkan lidahnya kearah Leo dan berniat untuk segera keluar dari kandang singa itu.

Namun langkah kaki Clarisa terhenti saat melihat ada wanita paruh baya yang berdiri persis didepan pintu yang terbuka itu sambil tersenyum. Dibelakangnya terdapat Alan yang juga terlihat menahan senyumannya.

"Mama Karina." Cicit Clarisa, membuat Leo segera membenarkan posisi tubuhnya, berdiri disampingnya.

"Mama sudah disitu sedari kapan?" Tanya Leo pada mama Karina yang terlihat sangat senang itu. Ini tatapan bagaimana seorang nenek yang akan segera mendapatkan seorang cucu.

"Sedari... kamu mendorong Jasmine mungkin."

Clarisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ini sangat memalukan, ini berarti mama Karina mendengar banyak percakapannya dan Leo yang aneh tadi.

"Jangan salahkan Alan. Mama yang meminta diantar kemari." Ucap mama Karina menyadari tatapan tajam anaknya pada sosok tinggi yang ada dibelakangnya ini.

"Mama tidak melarang kalian melakukan itu dipagi haripun. Tapi setidaknya kalian harus menutup pintunya, dirumah ini banyak pelayan dan penjaganya." Ucap mama Karina lalu beranjak pergi dari sana.

"Mama bukan seperti itu, kita gak melakukan apa-apa kok." Ujar Clarisa berusaha menjelaskan hal yang sebenarnya, sembari mengikuti langkah mama Karina yang hendak pergi kearah dapur.

Sedangkan Leo mengikuti keduanya dari arah belakang. Menatap keduanya dengan cemas.

"Tapi nona Jasmine, melihat pakaian yang kau pakai sama seperti kemarin, sepertinya kau tidak pulang semalam. Apa berarti semalam... kau...?" Ucap Alan sengaja dilambat-lambat membuat siapapun berfikir yang tidak-tidak.

"Alan." Peringat Leo, seketika Alan berdeham dan langsung mengunci mulutnya rapat-rapat.

"Kau benar Alan, sepertinya ini sudah tidak bisa dibiarkan terlalu lama. Kita harus percepat pernikahannya. Jangan sampai mama memiliki cucu disaat kalian belum menikah." Baik Leo maupun Clarisa kini saling menatap.

"Mama, jangan marah ya? Jasmine janji tidak akan melakukan itu lagi. Jadi kita rencanakan pernikahan seperti awal saja ya? Jangan dipercepat." Ujar Clarisa saat mama Karina menyajikan makanan yang kini sudah matang dan saat Leo maupun Alan sedang membicarakan hal lain jauh dari dapur.

Mama Karina tersenyum sembari mengusap pipi Jasmine. "Kenapa mama harus marah? Leo itu tunanganmu. Dia sudah menjadi milikmu. Mama sudah cukup menjaganya, mulai sekarang kamu harus menjaganya lebih lagi dari jalang-jalangnya."

Clarisa tidak yakin bisa menjaga Leo, tidak yakin bisa melaksanakan permintaan mama Karina nanti saat Clarisa benar-benar jadi istri Leo, tidak yakin bisa karena rahasianya.

Tapi dengan mantap Clarisa menganggukan kepalanya.

Hey, jangan lupa untuk selalu dukung author!!!

Thank you :)

Kalau author boleh curhat nih, alasan kenapa author kurang aktif menulis lagi akhir-akhir ini :

Pertama, author baru pertama kali pacaran dan diajak untuk langsung serius, jadi author tunangan..

Tapi kenyataan tidak seindah ekspedisi, wkwkw

ekspektasi, jadi author diselingkuhi dan akhirnya putus tunangan, so saaaad

Author jadi gak punya semangat hidup, nangis terus setiap hari

Kalian mau gak jadi semangat baru author :)))

Chuuby_Sugarcreators' thoughts