webnovel

SELAMAT TINGGAL MASA LALU (2)

"Kamu tidak harus memendam masalahmu sendiri, mulai sekarang berbagilah dengan aku. Aku akan selalu ada untukmu dalam keadaan suka dan duka", kata Kevin.

Kemudian Kevin berjongkok di depan Jessie dan menggenggam erat tanganya. "Maukah kamu menikah denganku?".

Jessie membelalakan mata, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia terdiam sejenak. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak sekarang Vin".

Kevin yang mendengar jawaban Jessie sedikit kecewa. "Apakah kamu tidak mencintaiku?", tanya Kevin dengan suara berat.

"Bukan. Bukan Karena itu. Aku sangat mencintaimu, Vin. Tapi bagiku tidak cukup hanya dengan cinta untuk aku memutuskan untuk menikah. Bagiku pernikahan juga harus menyatukan dua keluarga, keluargamu dan keluargaku. Aku ingin pernikahan kita kelak mendapat restu dari mereka. Aku perlu mengenal keluargamu dan kamu juga perlu mengenal keluargaku. Selain itu berikan waktu untuk kita saling meyakinkan diri sebelum benar-benar membuat keputusan. Aku ingin pernikahan sekali seumur hidupku", ujar Jessie. Ada perasaan haru yang menyelimuti hatinya.

"Baiklah. Aku mengerti Sayang. Aku akan memberikan waktu untukmu. Aku akan meyakinkanmu bahwa aku benar-benar mencintaimu". Kevin membimbing Jessie berdiri kemudian mencium lembut keningnya. Jessie memeluk erat Kevin.

Mereka pun melanjutkan menyusuri pantai dengan kaki telanjang. Cahaya keemasan sudah nampak di ufuk barat yang menandakan waktu sunset telah tiba. Angin pantai yang semilir berhembus menambah keromantisan mereka.

"Sayang, apakah kamu masih ada keluarga selain mama dan papamu?", tanya Kevin memecah kesunyian. Ia penasaran karena Jessie menyebut tentang keluarganya sedangkan ia tahu mama dan papanya telah meinggal.

"Aku sudah menemukan keluarga kandungku Vin. Aku masih mempunyai daddy dan juga seorang abang. Sedangkan mami sudah lama meninggal seminggu setelah aku diadopsi. Mereka tinggal di London". Jessie melingkarkan tangannya kepinggang Kevin. "Bagaimana dengan mama dan papamu?".

"Baiklah. Kita harus segera meluangkan waktu untuk menemui mereka. Untuk mama dan papaku mereka tinggal di Belanda. Kamu tidak usah khawatir, mereka selalu mendukung semua keputusanku".

"Oh ya. Bolehkan aku meminta sesuatu darimu?", tanya Jessie sambil menghentikan langkahnya.

"Katakanlah. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu".

"Aku ingin merahasiakan hubungan ini di kantor. Aku tidak ingin orang-orang di kantor berprasangka buruk tentangku, apalagi aku belum lama bergabung. Aku ingin berusaha dengan kemampuanku sendiri tanpa campur tangan darimu".

Kevin mengela nafas dengan berat. Sebenarnya ia tidak ingin menyembunyikan hubungannya. Ia ingin semua orang tau bahwa Jessie adalah miliknya, hanya miliknya. Tapi ia tidak ingin Jessie tertekan oleh karena itu dengan berat hati ia menyetujuinya." Hmm, baiklah. Tapi hanya untuk sementara".

" Oh ya satu lagi. Aku mau nanya, kemenanganku di kontes itu apakah ada campur tangan darimu?", tanya Jessie penuh selidik.

Kevin tertawa dan mencubit hidung Jessie. "Tentu saja tidak sayang. Itu murni kemampuanmu, karena memang designmu paling bagus. Dan semua juri menyukainya".

"Baiklah. Aku percaya. Dikemudian hari apapun itu masalah pekerjaan, biarkan aku berusaha sendiri, setuju?'.

"Hmmm,baiklah-baiklah".

Mereka beranjak pulang ketika sunset mulai menghilang ditelan malam.