webnovel

PERNYATAAN ALVIN

Sepulang kerja Jessie menjemput Diandra di cafenya. Mereka berencana akan berjalan-jalan di mall. Setiba di depan cafe, Diandra telah menunggunya.

"Yuk!", kata Jessie melambaikan tangan ke Diandra. Jessie tidak turun dari mobil, hanya menurunkan kaca mobilnya.

"Wooowwww, amazing. Baru berapa bulan bekerja di perusahaan Global Primary Grup sudah bisa beli mobil semewah ini, Mercy keluaran terbaru. Sekarang sahabatku sudah menjadi tajir", ucap Diandra penuh kekaguman. Ia berlari kecil ke arah mobil dan mengelusnya.

Jessie hanya geleng kepala melihat tingkah sahabatnya.

"Jangan sotoylah, ini mobil hadiah karena aku menang kontes yang diadakan perusahaan. Sudah yuk masuk". Jessie memberikan isyarat kepada Diandra untuk segera masuk mobil.

Diandra telah duduk di dalam mobil dan menggunakan sabuk pengamannya. Ia masih terkagum-kagum dengan mobil sahabatnya. Jessie hanya melirik sahabatnya itu dan tersenyum simpul.

"Jes, bagaimana dengan pria yang kamu ceritakan beberapa waktu yang lalu? Apakah ada perkembangan tentang hubungan kalian? ", tanya Diandra setelah mengingat cerita Jessie beberapa waktu yang lalu. Walaupun mereka jarang bertemu karena kesibukan masing-masing tetapi mereka tetap berkomunikasi via HP. Dan Jessie telah meceritakan tentang kedekatanya dengan Kevin.

Jessie tersenyum dan tidak segera menjawab pertanyaan sahabatnya. Ia ingin menggodanya. "Kasih tahu gak ya? ".

"Kamu masih menganggapku sahabatmu??? Jawab dong jangan cuma senyum-senyum gitu". Diandra semakin dibuat penasaran.

"Ya, begitu deh".

"Ya begitu deh bagaimana? Yang jelas dong. Jadian tidak? ". Diandra semakin tidak sabar mendengar jawban Jessie yang berbelit.

Jessie hanya menjawab dengan sebuah anggukan kepala. Pipinya memerah. Ia tersipu malu.

"Yaaaaaa gadis sialan!!! Seharusnya kamu langsung memberitahuku setelah kalian jadian", kata Diandra histeris sambil memukul-mukul lengan Jessie.

"Aduh sakit Di. Aku lagi nyetir kalau aku nabrak gimana", seru Jessie karena terkejut dengan reaksi Diandra.

"Sori, sori. Habis aku seneng banget, akhirnya kamu bisa move on, lupakan semua kesedihanmu. Kamu harus memulai kehidupan yang baru penuh kebahagiaan", kata Diandra dengan antusias.

"Haahahaaa". Jessie tertawa lebar.

"Oh ya Jes, berarti kamu pacaran dengan bosmu sendiri?", tanya diandra memastikan.

"Hhmmmm, begitulah. Tapi kami sepakat untuk merahasiakan hubungan ini untuk sementara waktu. Aku tidak ingin hubungan pribadi kami mengganggu hubungan pekerjaan kami. Dan aku percaya kamu bisa menjaga rahasia ini".

"Baiklah, aku akan selalu menjadi orang kepercayaanmu. Orang yang akan selalu mendukungmu apapun yang terjadi".

"Terimaksih sahabatku".

Tak terasa mereka telah sampai di depan mall. Setelah memarkirkan mobilnya, Jessie menggandeng tangan Diandra memasuki mall. Mereka ingin menikmati waktu berdua, mengenang ketika masa putih abu-abu.

Mereka mengelilingi mall dengan riangnya. memasuki berbagai toko untuk sekedar melihat-lihat dan berbelanja beberapa barang. Tak terasa di tangan mereka telah penuh dengan beberapa barang dari sepatu, baju, dan acesoris.

Karena terlalu lama berkeliling, mereka merasa kecapaian dan perut juga mulai protes minta diisi. Mereka memutuskan untuk makan disebuah restoran Jepang. Mereka memilih beberapa menu favorit mereka. Restoran itu tidak terlalu ramai, hanya ada 4 meja yang terisi termasuk meja mereka.

Dua puluh menit telah berlalu. Makanan yang mereka pesan juga sudah datang. Mereka makan dengan lahapnya. Mereka makan diselingi obrolan santai bahkan terkadang terdengar gelak tawa mereka, sehingga menarik perhatian beberapa pengunjung.

"Boleh aku ikut gabung?", suara seseorang menghentikan makan mereka. Namun ketika mereka menoleh ke arah suara itu, tiba-tiba suasana menjadi hening. Suasana hati mereka pun menjadi buruk.

"Maaf, kami tidak menerima orang asing untuk makan dengan kami", jawab Diandra dengan ketus.

"Kalau begitu bolehkah aku mengajak Jessie untuk berbicara? Ada hal yang penting ingin aku bicarakan". Orang itu masih belum pergi.

"Alvin, kamu ini memang orang yang tidak tahu malu ya. Apa lagi yang mau kamu bicarakan, hah? Tidak puaskah kamu sudah menyakiti Jessie. Dan sekarang masih berani menampakan wajahmu disini!!". Diandra lepas kontrol dan berteriak sehingga beberapa pengunjung mulai berbisik melihat mereka.

Jessie cepat-cepat menarik tangan Diandra. Ia memberikan kode untuk tenang.

"Aku mohon Jes. Aku perlu bicara sama kamu". Alvin memohon.

Jessie manarik nafas berat. Ia sebenarnya muak melihat wajah Alvin. Tapi ia juga merasa kasihan. Ia masih marah bila mengingat kejadian di cafe Diandra.

"Kalau mau bicara disini aja. Ada Diandra yang menemaniku. Aku tidak ingin istrimu berlaku buruk padaku lagi jika melihat kita", kata Jessie dengan ekspresi acuh.

"Tapi Jessie, ini tentang kita". Alvin merasa keberatan

"Terserah kamu mau atau tidak. Kalau tidak mau, silahkan pergi", jawab Jessie ketus.

Alvin terdiam sejenak kemudian melirik ke arah Diandra. Ia berharap Diandra dengan suka rela memberi waktu untuk mereka berdua. Tapi sepertinya harapan hanya tinggal harapan, Diandra tidak memperdulikannya dan malah makin lahap menghabiskan makanannya.

Alvin mendengus kesal. Dengan berat hati ia duduk di samping Diandra. Ia menatap lekat Jessie.

"Jes, aku minta maaf soal yang dulu. Aku tahu, aku salah sudah menyakitimu. Aku menyesal. Aku benar-benar menyesal Jessie", ujar Alvin dengan penuh penyesalan. Ia terdiam sejenak. "Aku tidak mencintai Luna, Jes. Aku menikahinya terpaksa karena desakan dari orang tuaku. Mereka ingin aku masuk dalam keluarga Atmaja. Sekarang aku benar-benar tersiksa. Aku hanya mencintaimu Jessie".

Diandra berhenti dari makannya. Ia menatap Jessie. Ia takut Jessie terpengaruh dengan ucapan Alvin. Sedangkan Jessie hanya menatap dingin Alvin.

"Aku tidak ingin mendengar apapun tentang masa lalu. Tidak perlu ada penyesalan. Aku sudah mengikhlaskan semua yang pergi dariku", kata Jessie dengan tenang.

"Jessie, aku mohon kembali padaku. Aku ingin kita bersama seperti dulu. Beri aku waktu sedikit saja, untuk aku segera mengakhiri hubungan dengan Luna. Setelah itu aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi", kata Alvin dengan memohon dengan keputusasaan. Alvin kemudian menggenggam tangan Jessie di atas meja.

Segera Jessie menarik tanganya.

"Apa ini karena pria yang mengaku sebagai tunanganmu waktu itu?", tanya Alvin curiga.

"Ini bukan karena siapapun. Aku memang sudah tidak ingin kamu hadir dalam kehidupanku. Jangan pernah muncul lagi dihadapanku dengan segala omong kosongmu itu". Jessie beranjak pergi diikuti langkah Diandra. Diandra sangat puas dengan semua ucapan Jessie. Diandra berbalik tersenyum senang melihat Alvin yang terlihat frustasi.

Alvin terdiam dengan mendengar ucapan Jessie. Tapi dalam hatinya, ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan Jessie kembali.

Tanpa mereka sadari sepasang mata mengawasi mereka dan mengambil beberapa gambar. Dan tersenyum simpul menatap mereka.