webnovel

BAB 9: Flashback Darren - Britney

Meja makan yang tepat disebelah kanan tangga terlihat kosong. Namun, banyak makanan tersaji rapih diatasnya. Kemana suami buasnya itu?

Calista tidak peduli. Dia langsung duduk di salah satu kursi yang berada di sisi kanan. Meja makan berbentuk persegi panjang dengan 9 kursi itu seperti untuk keluarga besar. Tapi, dia tidak melihat siapa-siapa. Dua orang pelayan di belakang Calista menunggu untuk melayani semua kebutuhan nyonya majikannya. Hera berdiri tepat di belakang sisi kirinya.

"Kemana dia?" Tanya Calista pada Hera.

"Dia siapa nyonya?" Tanya balik Hera.

"Dia.... suamiku. Apakah sudah berangkat kerja?" Tanya Calista lagi dengan intonasi datar.

"Benar nyonya. Tuan Darren sudah berangkat pagi-pagi sekali." Jawab Hera.

"Ohh... " Calista melanjutkan makan paginya. Menu sarapan roti bakar dan segelas susu coklat hangat sudah membuatnya kenyang.

Dengan langkah tertatih-tatih efek bertempur semalaman, Calista berjalan menyusuri setiap ruangan yang ada didalam maupun diluar rumah. Tujuan utamanya sebenarnya ingin melihat satu foto saja yang memperlihatkan wajah suami bertopengnya. Sayangnya, tidak ada satupun foto dirumah ini. Bahkan foto keluarga yang biasa ada di setiap rumah juga tidak ditemukan disini.

Calista mengatupkan bibirnya. Akhirnya dia memutuskan untuk duduk di teras belakang rumah yang dikelilingi bunga-bungaan. Telepon seluler jadul miliknya sudah disita suaminya. Kini dia memiliki ponsel terbaru dengan harga yang sangat fantastis. Tapi, isi kontaknya hanya satu orang, yaitu suaminya Darren.

"Fyuuhh, buat apa ponsel canggih kalau isi kontanya cuma ada namanya. Huuh, aku kehilangan nomer ponsel teman-teman juga ibu. Untung aku ingat nomer ponsel ibu." Gumam Calista. Dia pun memencet beberapa angka dan menyimpannya dengan nama, ibu sayang.

Calista tidak menyadari kalau segala gerak geriknya saat ini sedang masuk dalam pengawasan sebuah kamera pengintai yang terletak di bagian belakang atas. Bahkan apa yang Calista tulis pun terlihat jelas oleh seseorang dibalik layar komputer.

Pria itu mengamati segala gerak gerik Calista melalui layar laptopnya yang terhubung dengan semua kamera CCTV dirumah. Kepalan tangan kanannya menyangga pipi kanan. Raganya di kantor tapi pikirannya melayang-layang mengingat malam panas yang dia lalui semalam bersama istri bayarannya.

"Bagaimana menurut tuan? Apakah semua sudah sesuai?" SIAL! Umpat Darren dalam hati. Saat ini dia sedang memimpin rapat tapi kenapa malah memikirkan perempuan itu?

"Ehem, kita lanjutkan setelah makan siang." Darren keluar dari ruang rapat dengan menjinjing laptopnya.

Semua peserta rapat hanya bisa melongo melihat bos mereka keluar begitu saja. Andrew menghela napasnya. Sejak pagi bosnya seperti tidak biasanya. Sering melamun dan senyum-senyum sendiri. Andrew menebak pasti karena malam pertama dengan istrinya.

"Ya sudah cukup sampai disini dulu rapatnya. Kita lanjutkan lagi jam 1 tepat." Andrew menggeleng-gelengkan kepala mengingat ulah bosnya yang seenaknya menunda meeting hanya karena pikirannya lagi terpecah.

"Andrew, jadwalku hari ini apa saja?" Darren langsung memanggil Andrew yang baru masuk keruangan sang bos.

"Melanjutkan meeting nanti jam 1, ke tempat proyek jam 3 sore, dan menemui klien di kafe Terazza jam 6 sore." Jawab Andrew sambil membuka agendanya.

"Jam 6 atur ke besok pagi saja. Aku mau ke butik mami." Jawab Darren.

"Tapi itu klien penting tuan. Kita sudah mencoba untuk bertemu setelah sekian lama." Andrew mencoba mengembalikan kewarasan bosnya yang sejak pagi sampai sekarang bertingkah aneh. Biasanya bosnya selalu mengutamakan kerja dan kerja, selain itu tidak ada celah lain. Bahkan jika harus bersenang-senang, itu akan dilakukannya tengah malam bersama Jack dan Lewis, teman akrabnya di dunia malam bersama alkohol dan wanita penghibur.

"Kamu sudah berani membantahku?" Tatapan tajam Darren mengintimidasi Andrew yang langsung salah tingkah gugup mematung.

"Tidak tuan. Baiklah, saya coba atur kembali dengan pihak sana. Kalau tidak ada lagi, saya permisi dulu." Jawab Andrew sambil menunduk.

"Pergilah!" Darren mengibaskan tangannya.

Andrew memundurkan langkah dan keluar ruangan segera.

Darren menatap kota Jakarta dari jendela kaca yang ada dibelakang mejanya. Semua kemacetan, gedung-gedung, dan lalu lalang kendaraan terlihat jelas dari lantai paling atas gedung ini. Pikirannya kembali mengingat pergulatan semalam. SIAL SIAL!!! Kenapa harus teringat terus. Mengingatnya membuat Darren ingin segera pulang kerumah dan melampiaskan nafsu kelelakiannya. Namun, dia tidak ingin wajahnya terlihat sampai waktu yang dia tentukan.

Dia masih mengharapkan Britney kembali meskipun sudah menjadi istri orang. Dia tidak ingin pernikahannya membuatnya kehilangan kesempatan kedua dengan kekasih hatinya itu. Britney pernah menyelamatkan nyawanya saat mereka sedang berselancar di pantai selatan. Namun ombak besar menghantam tubuh Darren dan membuatnya hilang tertelan ombak. Beruntung saat itu Britney cekatan dan menyelam mencari dirinya hingga menemukannya dan menariknya ke tepi pantai lalu memberikannapas buatan.

Sejak saat itu Darren berjanji untuk melindungi Britney kapanpun dibutuhkan. Sayangnya, kebaikan Darren disalah gunakan Britney dan Darren ditinggalkan demi mengejar pria kaya raya yang membelikannya apartemen mewah. Dari hasil pernikahan Britney dan suaminya, mereka memiliki anak 2 yang semuanya diserahkan kepada para baby sitter.

Darren kecewa luar biasa dan memutuskan untuk menikah dan memiliki 3 anak agar Britney tersaingi. Kekanakkan memang tapi kalau cinta sudah membutakan mata dan hati maka semua tidak perlu lagi logika.

Disaat Darren melamun, tiba-tiba tubuhnya dipeluk dari belakang yang membuat Darren tersentak kaget. Namun, Darren sudah menduga ini pasti Britney. Karena tidak ada orang lain yang berani memeluknya selain Britney, bahkan istri bayarannya sekalipun.

"Kamu memikirkan apa sayang?" Britney menyandarkan wajahnya di punggung Darren. Punggung lebar dan kokoh yang pasti menjadi idaman semua wanita.

"Aku kangen kamu." Lanjut Britney.

Darren memegang tangan yang melingkari tubuhnya.

"Britney, ini kantor. Tolong kamu jaga sikap." Darren melepaskan satu persatu jari yang berada di perutnya.

"Aku biasanya juga juga sering kesini dan masuk memelukmu. Kenapa sekarang kamu berubah?" Britney mendongakkan kepalanya menatap mata hijau lelaki tersayangnya.

"Duduklah. Aku masih banyak pekerjaan." Darren menarik tangan Britney ke sofa dan mendudukannya disana, agak jauh dari kursi kebesarannya.

"Kamu sudah berubah. Apakah kamu sudah punya pacar baru?" Tanya Britney meradang.

Pacar? Bahkan aku sudah punya istri, batin Darren. Istri yang darah keperawanannya terlihat jelas diatas sprei tadi pagi sebelum meninggalkan kamar pengantinnya. Jadi Darren memilih diam tidak menjawab pertanyaan Britney.

"Siapa dia Darren? Apakah mami mu menjodohkanmu dengan seorang anak pengusaha?" Karena menurut Britney, Darren bukanlah pria yang semudah itu menemukan perempuan pengganti dirinya, kecuali dijodohkan oleh orangtuanya.

"Tidak ada, kamu jangan berpikir macam-macam. Sekarang pulanglah. Nanti aku telpon kalau aku sudah luang." Darren menyibukkan dirinya dengan mulai mengecek beberapa email masuk lewat laptopnya.

Next chapter