153 Mimpi dan Kenyataan

Aodan tertidur di ranjang Luna untuk kesekian kalinya di siang hari, di saat Luna dan para pembantunya masih sibuk mengurus butik dan tidak punya waktu untuk memeriksa apa yang dilakukan Aodan sepanjang siang.

Si kadal seperti biasa, makan sampai kenyang lalu tidur dengan pulas, itu saja sampai membuatnya merasa perutnya semakin membuncit dan tatapan Istvan semakin jijik padanya.

Aodan tidak tahu berapa lama ia terlelap, saat ia membuka matanya ia sudah berada di ruangan yang berbeda dan tangannya berlumuran darah.

"Aodan, kau harus lari!"

Seseorang berteriak dari kejauhan, tidak jelas apa dan mengapa, Aodan terlihat linglung. "Dengarkan aku, kau harus lari!"

"Aodan, selamatkan Tuan Putri!" Suara lain terdengar, kali ini lebih keras dan jelas, seolah sedang memerintah, Aodan tersentak dan melihat sekitar.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

avataravatar
Next chapter