webnovel

Naya & Angga

 

"Nay, ayoklah ngemall bareng!" Kalisa menggamit lengan cewek disebelahnya yang tengah sibuk mengerjakan tugas. Sekarang memang sedang tidak ada kelas karena Bu Nining yang lagi cuti untuk lahiran jadinya kelas mereka hanya diberi tugas. Tapi namanya juga murid Indonesia, tidak ada guru ya berarti tidak ada kelas alias jam kosong, jam pelajaran yang sangat disukai setiap orang.

Naya mengalihkan pandangannya sebentar, lalu kembali fokus menulis. "Ngemall mulu lo perasaan, ngajakin iya tapi bayarin engga, ogah ah!" tuturnya yang membuat Kalisa manyun luar biasa.

"Kapan-kapan dah ya gue traktir, gue pengen beli hoodie nih, keburu abis stoknya Nay." Kalisa terus membujuk. "lo mah gitu, susah banget diajak ngemall."

Rania yang sedari tadi menyalin tugasnya Naya ikutan nimbrung. "Bentaran aja kali Nay, yoklah ikut, lagian lo dirumah juga palingan cuman ngambing doang di kandang."

Sebenarnya Naya juga maunya ikut, cuman karena dia ada misi yang harus dijalankan hari ini kemungkinan dia gak bisa menerima ajakan kedua temannya itu. Ia melepas kacamata yang hampir melorot dari hidung kecilnya. "Gue ga bisa ikut kalo hari ini, lo berdua kan tau Angga nanti ada tanding basket jam 4 sore."

Nama Angga kembali terdengar. Yang jelas Ini bukan pertama kalinya. Hampir setiap hari selalu saja Naya menyebut nama Angga—cowok kulkas yang sialnya menjadi incarannya belakangan ini. Entah apa yang membuatnya bisa tertarik dengan sosok manusia sedingin es dan sekeras batu itu. Padahal sudah banyak cewek yang menyerah untuk mendekati cowok itu. Tapi Naya? Dia malah semakin semangat meluncurkan aksinya untuk mendekati Angga.

Kalisa menepuk jidatnya, sedangkan Rania geleng-geleng kepala tidak percaya. "Lo keras kepala banget Nay, udah tau Angga manusia gak ada akhlak, ngapain juga sih lo deketin terus?" ujar Rania sedikit tidak suka.

"Bener tuh kata Rania, lo tuh cuman buang-buang tenaga tau gak sih, bukannya Angga udah nyuruh lo berhenti ya waktu itu?" timpal Kalisa.

Memang benar kalau Angga sempat pernah menyuruhnya untuk berhenti, tapi sampai sekarang Naya masih belum berhenti. Dia itu tipikal cewek yang gak gampang buat menyerah. Dia bakalan buktiin kalau dia pasti bisa menaklukkan hati Angga. Perasaan sukanya pada Angga yang sudah ia taruh semenjak kelas 10, membuatnya semakin yakin kalau dia bisa mendapatkan Angga.

Naya menatap keduanya bergantian. "kalian..." ucapannya menggantung sesaat setelah melihat segerombolan cowok-cowok berseragam basket lewat di Koridor depan kelasnya. Dari balik jendela Naya bahkan bisa langsung menebak kalau cowok yang lagi dibicarakan tadi ada disana. Matanya membelalak lebar. "Angga!" pekiknya tanpa sadar.

Kedua kakinya dengan sigap langsung berlari keluar kelas untuk mengejar si pujaan hati. Wajahnya terlihat sangat sumringah dengan senyuman yang mengembang. Seisi kelas langsung ikutan berteriak heboh, bermaksud untuk mencomblangkan Naya dengan Angga. Kabar kalau Naya suka sama Angga itu sudah menyebar luas dan bisa dipastikan satu sekolah tau. Hanya saja belum ada kepastian. Ini kisah pencarian cinta oleh si cewek cantik nan gemoy untuk si cowok dingin berhati batu.

***

"Assalamu'alaikum Umi!" Naya mengetuk pintu rumah bernuansa sederhana dihadapannya. Terdapat sekotak bolu hangat yang dibungkus rapi yang tengah ia bawa di tangan kirinya. Tak berselang lama pintu pun terbuka, seorang wanita berjilbab pink langsung tersenyum melihat kehadiran Naya.

"Waalaikumsalam, cantik," balasnya ramah. "ada apa kesini malam-malam gini?"

Naya menyodorkan kotak bolu yang dibawanya. "ini Umi, titipan dari Bunda hehe, oh iya aku ikutan bikin ini juga khusus buat Umi," ujar Naya seraya menunjukkan jempolnya.

"Khusus buat Umi atau buat Angga, hm?" canda Shakira—Uminya Angga. Naya hanya tersenyum malu. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Jujur dia sangat malu sekarang. Senyuman terus mengembang membuat Shakira yang melihatnya pun ikut tertawa.

"Umi mah bikin aku malu aja deh." Naya masih salah tingkah. Shakira mengusap lembut rambut Naya saking gemasnya. "Makasih loh ya, nanti Umi bakalan kasih ke Angga kok ini."

Senyum Naya semakin merekah. Langkahnya semakin di depan sekarang. Minimal kenal dengan keluarganya Angga bisa memudahkannya untuk mendapatkan restu. Kebetulan rumah mereka berdua berdekatan karena berada di komplek yang sama. Makanya itu Naya sering mampir ke rumahnya Angga. Dengan alasan memberikan makanan atau sekedar bertemu Shakira untuk mengobrol sebentar.

"Yuk masuk dulu Nay, ngobrol sama Umi, Angga kebetulan juga lagi didalem nih," ajak Shakira.

"eh engga usah Umi," tolak Naya. "Aku langsung pulang kayaknya deh, soalnya tadi izin sama Bunda engga lama."

"Ooh, kalo gitu sebentar ya." Shakira masuk ke dalam. Naya pun menunggu. Langkahnya mendekati sebuah motor Scoopy berwarna hitam di halaman depan. Terdapat stiker logo kecil bertuliskan nama 'Angga Adinata' di sisi samping motornya. Terus juga ada stiker logo 'Barra Brava', nama klub basket sekolah. Angga itu salah satu anggota tim basket kebanggaan SMA Aksara Bangsa. Makanya sudah tidak heran lagi kalau Angga itu terkenal. Sudah ganteng, pinter, jago basket lagi. Gimana Naya gak suka coba?

"Mau ngapain sih, Umi?"

Terdengar suara yang tidak asing. Naya langsung menoleh dan lagi-lagi senyumnya merekah melihat Angga yang keluar dengan Shakira. Ia pun menghampiri keduanya. Sepertinya sesuatu yang menyenangkan bakalan terjadi. Naya sudah dapat membayangkan akan diantar pulang sama Angga.

"Sekarang kan udah malem, gak baik anak gadis pulang sendirian, kamu anterin Naya gih," ujar Shakira seraya memberikan kunci motor Angga. Tapi anaknya itu terlihat ingin menolak. Wajahnya juga sudah terlihat manyun.

"Aku baru cuci motor Umi," balas Angga sedikit malas.

"emang pentingan motor atau Naya sekarang?" tanya Shakira.

"Motor."

Shakira langsung memukul lengan Angga. "Ish kamu itu loh!"

Angga meringis kesakitan. Padahal dia hanya menjawab secara spontan. Tapi Shakira malah memukulnya. Ia mengusap lengannya yang rada ngilu. "Iya iya ini aku anterin deh," ujar Angga pada akhirnya hanya dapat menuruti perintah Shakira.

Rencana berjalan aman. Shakira tersenyum puas. Matanya melirik ke arah Naya yang terlihat menahan senyum. Sesekali dia juga ingin melihat Angga itu bersikap baik sama Naya. Karena anaknya yang cuek itu kadang membuat Naya agak sedih. Makanya Shakira sering kali sengaja menyuruh Angga untuk mengantar Naya pulang.

"Aku pulang dulu ya Umi." Naya menyalami Shakira. "Makasih banyak Umi, Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam, hati hati dijalannya ya sayang, titipin salam Umi buat Bunda kamu." Shakira tersenyum setelah mendapat anggukan dari Naya.

Angga menyalakan motornya. Kalau dilihat-lihat Angga itu mau pakai outfit apapun tetap aja ganteng. Sekarang dia cuman memakai kaus oblong berwarna putih dan juga celana selutut tapi tetap aja ganteng. Naya masih merasa deg-degan kalau melihat Angga dari dekat.

"Buruan naik," titah Angga cuek.

Naya langsung tersadar dan langsung menaiki jok belakang scoopynya. Padahal dia ingin menunggu Angga untuk membukakan pijakan motornya biar kelihatan perhatian gitu. Tapi nyatanya tidak sesuai ekspetasinya.

"Udah nih," ujar Naya lalu berpegangan di pundak Angga.

"Ngapain lo?" tanya Angga. Matanya melirik tangan yang ada di pundaknya. Dan Naya pun menyadarinya. Buru-buru ia turunkan tangannya dan beralih pegangan ke baju Angga. "Disini boleh?" Naya tertawa kecil.

"Jangan pegangan ke gue, atau gue gak anter lo pulang?"

Ucapan Angga barusan membuat Naya pasrah. Ia menjauhkan tangannya dan berpindah pegangan ke belakang motor. Setidaknya Angga sudah mau mengantarkannya pulang. Sepertinya diantar pulang hari ini sudah cukup untuk Naya, dan selebihnya bakalan Naya coba di percobaan berikutnya.

***