1 Hamil

Mataku terbelalak melihat hasil testpack bergaris dua atau mataku salah melihat, aku dekatkan kembali tespack itu dan benar hasilnya garis dua. Sial, harus bagaimana aku sekarang. Aku berusaha menenangkan diriku dan masih menolak hasil tespack itu.

"Jane... Jane!!!"

"Iya, Mama!?"

"Kamu jadi sering melamun. Dipanggil dengan suara keras baru sadar. Ada masalah apa Nak?"

"Ah, engga kok ma"

" Kamu ada masalah dengan temanmu? apa kamu kepikiran mau kuliah? apa... kamu ngga lulus tes masuk?" mama menatapku heran.

"Bukan ma. Aku sudah kenyang aku berangkat ya Ma.. Pa"

"Ya hati-hati" sahut papa.

Saat berjalan menuju sekolah pun pikiranku terbelah, aku bingung harus apa dan bagaimana. Aku masih kepikiran soal testpack yang bergaris dua itu sejak tadi.

"Janee...!!" Mody teriak disampingku

"Aduh ngga usah teriak juga dong Mod.." sahutku kesal.

"Aku sudah berkali-kali memanggilmu Jane, tapi kamu melamun terus sepanjang jalan"

"Ah, gitu? maaf ya!"

Kami jalan bersama menuju sekolah, Mody adalah teman sekelasku. sambil berjalan menuju kelas kami ngobrol-ngobrol sedikit.

"Kamu mikirin apa sih? padahal kan sudah lulus ujian apalagi yang dipikirkan?"

"Ngga, Ngga mikirin apa-apa kok"

"Eh aku dapat kabar lohh!, cowokmu lulus ujian dengan gemilang dan namanya akan dipajang di depan gedung sekolah"

"Serius??" aku langsung menoleh ke arah mody karena kaget.

"Kamu baru tau?! Ah gimana sih kamu kan pacarnya!"

"Eh.. Iya" entah aku harus senang atau sedih dengan keadaan sekarang ini.

Karena sekolah hanya mencari informasi tentang kampus dan tidak ada kegiatan belajar lagi aku berencana pergi ke apotek nanti siang setelah pulang kerumah.

*Tiba dirumah*

Aku segera ganti baju dengan baju rapat, topi, dan kacamat agar tidak ada yang mengenali aku. Dirumah pun tidak ada siapa-siapa mama dan papa belum pulang kerja, jadi berpakaian tertutup seperti ini pun tidak ada yang mencurigai. Siap, aku langsung menuju apotek yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Apotek disini cukup besar dan kita bisa mengambilnya sendiri seperti di minimarket, aku berjalan menuju rak berisi macam-macam tespack. Aku mengambil satu buah. "Coba tes lagi ah" ucapku dalam hati.

"Ini aja mas"

"Iya, totalnya 15.000"

"Ini mas uangnya"

"Uangnya pas ya. Maaf dek alat uji kehamilan ini walaupun murah tetapi akurat, kalau sudah di cek beberapa kali dan hasilnya sama berarti itu benar".

Aku sontak kaget berarti penjaga apotek itu sudah hafal denganku, aku langsung berlari dan pulang.

Aku sudah cek dan hasilnya memang sama garis di tespack itu tetap sama bergaris dua. Sehabis test alat itu kusimpan di laci belajarku aku takut ketahuan mama. sudah ada enam alat tespack yang sudah kupakai dan kusimpan di laci.

"Aku tau sih ini akurat, tapi aku belum bisa terima.. aku harus gimana?"

Ngga terasa hari sudah malam, didalam pikiranku dipenuhi dengan, berarti aku hamil disaat yang ngga tepat ya?, aku ngga bisa bayangin kalau mama sama papa tau apalagi kalau saudaraku tau mama sama papa pasti malu, belum lagi kalau teman-temanku tau mereka mungkin akan meledekku. Karena memikirkan hal itu semalaman aku ngga bisa tidur. sampai hari berganti menjadi pagi

"Kamu seperti orang yang kurang tidur" terlihat kesal.

"Iya ma.." kusuap sedikit nasi goreng yang dibuatkan mamaku.

Seharian ini disekolah hanya diisi dengan beberapa sambutan kelulusan oleh kepala sekolah, hanya itu dan aku pulang kerumah. Hari ini sangat panas aku langsung buru-buru masuk kamar. Ku lihat handphone tertera di layar ada 20 panggilan tak terjawab dan sms dari Tommy.

*Isi pesan Tommy*

"Kok telpon aku ngga di angkat?"

"Balas dong?"

"Kamu lagi dimana???"

"Kamu kenapa?"

-------------------

"Hai" ya aku hanya mengirim satu kata itu aku bingung.

-------------------

"Kamu kemana aja??"

"Kok aku telpon ngga dijawab?"

"Kamu marah sama aku?"

"Aku telpon ya?"

-------------------

"Chatting aja.."

-------------------

"Terus kamu kenapa? Ada apa?"

"Aku kerumah kamu deh ya sekarang?"

-------------------

"Ngga kok aku ngga apa-apa"

"Ngga usah kerumah"

Rasanya aku ingin sekali bilang ke tommy tentang keadaanku saat ini yang sedang mengandung anaknya. Tapi aku ngga bisa, aku ngga mau buat dia kepikiran tentang hal ini dan akhirnya bisa mengganggu cita-cita dan impiannya. Ya Tuhan aku harus bagaimana?. Tanpa terasa air mataku mengalir deras perasaanku berkecamuk pikiranku kacau tapi aku harus menerima.

avataravatar
Next chapter