1 Part 01

"Bodoh!!"

Ctakk

Sebuah telur busuk dilemparkan ke kepalanya oleh anak laki-laki tak jauh dari tempatnya, orang-orang yang menonton tertawa seolah itu adalah lelucon paling lucu di dunia.

Si korban, LuA, hanya bisa tertunduk dengan kepala dan rambutnya dipenuhi telur lengket dengan bau busuk.

"Telur busuk itu sangat cocok untukmu jelek!!" Seru anak laki-laki lainnya, tawa seketika pecah saat itu juga.

LuA berlalu menuju toilet terdekat untuk membasuh rambutnya yang penuh dengan cairan dari telur.

Inilah yang ia alami sehari-hari, perundungan oleh teman-temannya sudah seperti makanan sehari-hari. Dilempar telur busuk, disiram air toilet, dilempar tepung, hingga mengotori lokernya dengan sampah yang bau.

Setiap hari, LuA harus membawa seragam cadangan karena sudah pasti seragamnya akan kotor oleh anak-anak itu.

Cho LuA, gadis pendiam yang memiliki tampilan nerd sehingga mudah bagi siapapun untuk menggertaknya. Belum lagi kemampuannya dalam akademik tidak sebagus siswa lain, sifatnya yang tertutup, serta tinggi tubuhnya yang lebih pendek dari remaja perempuan seusianya.

Menjadikan LuA sebagai sasaran empuk untuk melakukan perundungan.

Jika kalian bertanya mengapa dirinya tidak melawan, kalian salah. Melawan berarti siksaan mereka terhadapnya akan semakin parah, mereka akan senang saat dirinya merespon dengan melawan.

Dan dengan demikian, penderitaannya akan terus berlanjut. Dirinya sudah seperti mainan rusak untuk mereka, diperlakukan hina dan dirusak, tapi mereka enggan membuangnya.

Tak ada yang mau menolongnya. Sebenarnya, dulu ada yang pernah menolong LuA, tapi kemudian siswa tersebut juga ikut menjadi korban perundungan dan dijauhi oleh satu sekolah.

Karena tidak kuat, siswa tersebut kemudian keluar dan pindah sekolah ke luar kota. Hingga kini, LuA menjadi sasaran mereka satu-satunya.

LuA muak, dia sudah mengadu pada guru-guru dan orang tuanya, namun respon mereka sangat mengecewakan. Orang-orang dewasa tak peduli dengan penderitaannya, menutup mata dan telinga mereka seolah apa yang dikatakan LuA hanyalah angin lalu.

Jadi, LuA hanya bisa diam dan menerima semua perlakuan buruk mereka padanya tanpa perlawanan.

Saat dirinya sedang membersihkan rambutnya dengan air keran, seseorang membanting pintu toilet terbuka dan tersenyum miring. "Selamat tinggal jelek!!"

Brakk

Pintu kembali dibanting tertutup, dan ada suara kunci pintu yang diputar dari luar. LuA panik, ia langsung berlari kearah pintu dan mengetuk nya dengan panik.

"Buka!! Seseorang tolong buka pintunya!! Kumohon!! Tolong!!" Seruannya hanya dianggap angin lalu, orang-orang yang berdiri didepan toilet hanya tertawa puas lalu berjalan menjauh dari kawasan toilet wanita itu.

LuA terus menggedor pintu dengan panik, hingga dirinya menangis. Namun tak ada satupun yang membukanya, lebih tepatnya tak ada yang peduli jika dirinya terkunci didalam toilet ini.

Tubuhnya merosot kebawah, ia memeluk kedua lututnya dan menangis dalam diam.

Toilet ini cukup gelap karena penerangannya tidak bagus, bahkan ada lampu yang hampir padam berkedip beberapa kali. LuA tidak suka dengan tempat gelap, karena dirinya trauma.

Dirumah, sang ayah akan menguncinya di gudang yang gelap tanpa penerangan semalaman. Saat itu, tikus-tikus yang berukuran cukup besar mendekat dengan mata mereka yang menyala dalam gelap.

Lalu menggigit tangan dan kakinya hingga berdarah.

Itulah sebabnya LuA tidak suka tempat yang gelap, seperti toilet ini. Walaupun ada penerangan, tapi itu hanya remang-remang.

Ia mengabaikan rambutnya yang masih berbau amis dan busuk, dirinya terlalu takut bahkan untuk sekedar bangkit dari lantai.

Toilet ini tampak menyeramkan, ia tidak mau digigiti oleh tikus-tikus itu lagi, atau dikerubungi kecoak yang menjijikkan.

"Seseorang... Hiks... Tolong buka pintunya..."

Hanya setelah sekolah berakhir seseorang membuka pintu toiletnya, itupun penjaga sekolah yang kan membersihkan toilet. Dirinya terkejut melihat keadaan LuA yang tampak menyedihkan, wanita tua itu dengan baik hati membantunya untuk keluar dan memberinya sebotol air mineral untuk menenangkan diri.

Ia merasa kasihan pada gadis malang itu, percuma dirinya ingin menolongnya, karena itu tidak berguna. Ia hanya bisa berharap gadis malang ini bisa tetap bertahan  hingga kelulusan nanti.

Setelah memastikan LuA tenang, wanita tua itu pamit untuk melakukan tugasnya. Yaitu membersihkan toilet.

LuA pulang dengan langkah gontai, rambutnya lepek dan masih bau amis. Wajahnya sayu dan matanya lembab karena terlalu lama menangis.

Saat ia membuka pintu, tak ada yang memperhatikannya. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing, LuA hanya menghela nafas dan melepas sepatunya lalu berjalan menuju kamarnya yang terletak di sudut rumah.

"Ugh... Bau sekali!! Hey kenapa kau bisa berbau busuk seperti itu hah?!" Bentak Jiyeon, kakaknya.

"... mereka melemparkan telur busuk padaku.." jawab LuA dengan suara kecil.

"Kenapa kau tidak melawan?! Bukannya malah diam! Kau ingin mencari perhatian ya dari Sewon agar dia menolongmu begitu?!" Sentak Jiyeon dengan suara yang tampak jijik pada adiknya sendiri.

"Tidak! Aku tidak bermaksud begitu!! Tapi jika aku melawan, mereka akan melakukan hal yang lebih buruk padaku..." Sanggah LuA sambil menggelengkan kepalanya panik, ia takut kakaknya akan mengadu yang tidak-tidak pada sang ayah dan berakhir dengan dirinya akan mengalami hukuman.

Jiyeon berdecak, lalu mendengus jijik. "Cih!! Awas saja jika kau mencoba merayu Sewon, akan ku adukan kau pada ayah!!" Setelahnya, gadis yang hanya dua tahun lebih tua dari LuA itu beranjak menuju kamarnya.

Tentunya dengan gerutuan tidak jelas yang ditujukan pada LuA.

Kalian bisa menebaknya bukan? Jiyeon membenci adiknya sendiri. Karena menurutnya, LuA itu aib bagi dirinya yang sempurna.

Jiyeon sangat cantik dan pintar, disukai oleh banyak remaja laki-laki disekolah dsn merupakan siswi terkenal disekolah mereka. Sementara LuA, dia hanya gadis nerd biasa yang memiliki otak rata-rata, belum lagi penampilannya yang udik, dan sikapnya yang penyendiri.

Keduanya tampak seperti langit dan bumi, benar-benar berbeda.

Belum lagi, perlakuan orang tua mereka juga sangat berbeda. Saat menyangkut Jiyeon, mereka akan memberikan seluruh perhatian mereka. Namun, jika itu menyangkut LuA, kedua orang tuanya hanya akan menutup mata mereka dan bersikap acuh tak acuh.

Karena perbedaan perlakuan tersebut, kakaknya Jiyeon sering memanfaatkan hal itu. Ia sering mengadu pada ayah mereka tentang sesuatu yang tidak pernah LuA lakukan, dan bahkan sampai menangis agar ayah mereka menghukum sang adik.

Dipukul dengan gagang sapu, ikat pinggang, disiram air dingin, bahkan dikunci di gudang yang gelap dan kotor sendirian. Sudah pernah LuA rasakan semuanya.

Membuat seluruh tubuhnya terdapat memar dan bekas luka, dari yang lama hingga yang paling baru.

Karena semua itu, kepribadiannya menjadi semakin tertutup. Ia terlalu takut untuk dekat dengan orang lain, dan pesimis pada hidupnya.

LuA ingin sekali mengakhiri hidupnya, tapi ia takut sang ayah hanya akan memukulinya karena hal itu. Padahal, apa yang dia lakukan bisa saja membunuh LuA sedikit demi sedikit.

avataravatar